Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PRACTICUM FAIL


Nama : imelda sukma
imeldaasp

"Kita harus cepat melaksanakan operasinya sekarang!" perintahnya sambil memasang sarung tangan serta masker untuk menutupi hidung serta mulutnya.

"Tunggu, Dokter Lisa! Anda tidak bisa melaksanakan operasi ini begitu saja. Ini namanya pelanggaran. Belum ada informasi dari pihak terkait," komentar suster berkepang dua ini. Dia datang sambil membawa nampan berisikan suntik serta cairan obat bius.

Dokter Lisa langsung melepaskan maskernya dan berkata, "Terus? Kita harus menunggunya sampai tak bernyawa, gitu?"

Tiga orang suster di sana langsung menundukkan kepalanya ketika mendengar ucapan dokter Lisa.

Tak lama, datanglah seorang doker paruh baya yang membawa peralatan khusus ditangannya. Semua yang ada di ruangan operasi sontak menoleh ke arahnya.

"Dokter Lisa, sepertinya kita tidak bisa gegabah dalam urusan operasi ini." Suara dokter paruh baya itu terbuka ketika dirinya telah selesai merapikan peralatan yang dibawanya tadi.

Dokter Lisa termenung sejenak. Dirinya juga bingung dihadapkan oleh hal seperti ini. Mengapa harus hal begini yang dihadapinya?

"Ada apa lagi sih, Dokter Raka? Lihat saja, dia sudah sangat butuh pertolongan kita. Mau tunggu apa lagi?" pekik dokter Lisa sedikit kesal.

Dokter Raka menghela nafas pela. "Dokter Lisa, teknologi yang kita miliki tidak memadai. Anda harus sadar bahwa saat ini kita sedang krisis teknologi. Bahan-bahan yang kita miliki tidak bisa dilaksanakan untuk menjalankan operasi ini. Kalau kita tetap melaksanakannya, yang ada malah bahaya untuknya," jelas dokter Raka dan membuat dokter Lisa terdiam.

Para suster di sana juga terdiam tak menanggapi penjelasan dokter Raka. Mereka terlalu larut untuk mencerna setiap kata yang terlontar dari dokter Raka.

"Dokter! Dokter!" Seseorang berteriak keras hingga mengejutkan seisi ruang operasi ini.

Dokter Raka langsung melangkah mendekati orang tersebut dan menyentil dahinya pelan. "Wong edan! Ojok jerit-jerit nang kene. Iki panggonan khusus, guduk lapangan basket!" (Orang gila! Jangan teriak-teriak di sini. Ini tempat khusus, bukan lapangan basket!)

Logat jawa yang dilontarkan oleh dokter Raka mampu membuat dokter Lisa serta suster-suster di ruangan operasi itu tertawa keras. Sedangkan orang yang terkena semprotan dokter Raka langsung memperlihatkan sederet giginya.

"Ojok ngono kon! Untumu iku lho onok lomboke. Mingkem!" (Jangan gitu kamu! Gigimu itu lho ada cabainya. Tutup mulut!) komentar dokter Raka dan membuat orang tersebut hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Mengapa Anda ke sini? Ada sesuatu yang ingin Anda katakan, Pak Rifaldy?" Dokter Lisa berjalan mendekat ke arah orang yang dipanggilnya dengan sebutan pak Rifaldy itu.

"Panggil Pak Rif saja. Biar gaul," balasnya sambil cengengesan.

"Edan kowe itu!" (Gila kamu itu!) ucap dokter Raka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Oke, serius. Saya mau menyampaikan bahwa ada pihak yang memberitahu saya kalau operasi masih bisa dilaksanakan," jelas pak Rif. "Namun, kita harus mencari tahu dulu siapa hacker yang sudah membobol data rumah sakit sehingga stok bahan-bahan kita tidak bisa masuk."

Dokter Lisa serta dokter Raka mengangguk paham sambil menunggu lanjutan penjelasan dari pak Rif.

Lama mereka terdiam setelah penjelasan pak Rif dan akhirnya beliau kembali bersuara, "Lapo kowe meneng, Rak? Kowe pisan, Lis! Aku iki ngomong, tanggapono. Malah meneng wae!" (Kenapa kamu diam, Nar? Kamu juga, Kei! Aku ini bicara, jawablah. Malah diam saja!) sungut pak Rif kesal akan diamnya dokter Lisa dan dokter Raka.

Mereka pum hanya tertawa kecil melihat kekesalan pak Rif. "Oke, maafkan kami, Pak Rif." Dokter Lisa pun bersuara. "Pak Rif, menurut saya itu akan memperlambat waktu. Sedangkan dia di sana sudah harus dioperasi. Kita harus bertindak cepat agar dia terselamatkan."

Pak Rif menggeleng. "Jangan gegabah, Dokter Lisa! Kita harus menunggu bahan-bahannya dulu. Obat-obatan seusai operasi nanti juga diperlukan. Jadi,  kalau kita melakukan operasi dan obat-obatannya tidak ada, sia-sia juga dong usaha kita?"

"Pak Rif, kita jangan pikirkan obat-obatannya dulu, tetapi operasinya. Dia harus segera dioperasi, Pak. O-pe-ra-si! Peluru yang bersarang bisa merusak organ tubuhnya."

Dokter Raka yang melihat begitu keras kepalanya dokter Lisa hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Rupanya, dokter muda itu belum mengerti juga, batin dokter Raka.

Pak Rif melepaskan kacamatanya sambil memijat tulang hidungnya sejenak. "Pak, kita sudah menemukan siapa yang sudah meng-hack data kita." Seseorang datang memberi sebuah informasi yang menguntungkan dan membuat semua orang yang berada di sana bernafas lega.

"Baiklah, saya akan mengeceknya sekarang juga," jawab pak Rif seraya akan beranjak dari tempatnya berdiri sekarang.

"Tunggu!" sela dokter Lisa, "saya ikut."

Pak Rif langsung mengangguk dan berjalan menuju ruang dokumentasi diikuti oleh dokter Lisa di belakangnya.

Mereka pun tiba di ruang dokumentasi. Pak Rif dan dokter Lisa telah duduk di kursi yang telah tersedia. Layar komputer sedang bergerak secara otomatis setelah mengikuti intrupsi dari pak Rif.

"Wah! Tidak saya sangka komputer ini sangat canggih sekali. Hanya berkata sesuai yang diinginkan sudah bergerak dengan sendirinya," komentar takjub terlontar dari dokter Lisa.

Pak Rif hanya memutar bola matanya jengah melihat kenorakan dokter Lisa.

Mereka pun sedang menunggu komputer tersebut bereaksi dengan cepatnya. Mengecek data-data yang sudah di hack oleh hacker tak berguna itu dan entah siapa.

Ketika layar komputer mendadak berhenti seketika, mereka pun terkejut melihat nama hacker yang tertera di sana.

"DOKTER RAKA?" pekik mereka bersamaan sambil saling menatap satu sama lain.

Tak lama, pintu ruangan dokumentasi terbuka. Muncullah dokter Raka dengan senyum tak berdosa yang terpampang jelas diwajahnya. Sedangkan dokter Lisa yang melihatnya seakan ingin meninju wajah tua bangkanya itu.

"Wusss!! Yang tenang dong. Jangan marah dulu,"ujar dokter Raka ketika melihat gurat kemarahan di wajah dokter Lisa.

Dokter Lisa hanya mampu menggenggam erat kedua tangannya melihat wajah dokter Raka yang sedang tertawa kecil seakan mengejeknya

Pak Rif yang kebingungan dengan perbuatan dokter Raka masih terdiam. Dia bingung harus berbuat apa di tengah perang dingin yang lagi timbul saat ini.

"Apa maksud, Dokter Raka? Mengapa anda meng-hack data rumah sakit? Apa tujuan, Anda?" tanya dokter Lisa dengan menggebu. Dokter Raka yang masih berdiri itu langsung menyeret kursi di dekatnya dan mendudukinya.

"Saya tidak ada maksud apa-apa. Saya cuma--"

"Cuma apa, Dok? Apa Anda sadar bahwa tindakan yang Anda lakukan itu membahayakan sebuah nyawa?"

"Aduh, nyawa-nyawa mulu yang dibawa. Dia itu nggak kenapa-kenapa kali," balas dokter Raka yang mulai tersulut emosi.

"Ih! Dokter Raka! Ini tidak sesuai dengan yang seharusnya. Dokter tahu, Dokter itu--"

"Dokter Raka," panggil seseorang dari balik pintu.

Dokter Raka menoleh dan muncul suster berkepang dua dari balik pintu. "Kenapa, Sus?"

"Dia tidak bisa diselamatkan lagi."

"APAAA??" teriak dokter Lisa spontan.

"Iya, Dok. Dia tadi sempat kejang dan saya kasih alat pengejut jantung juga tidak mempan. Akhirnya, dia ...,"

"Tuh kan! Dokter Raka si!! Argghh!"

"Dokter Lisa kenapa frustasi gitu sih?" tanya suster berkepang dua itu yang menatap dokter Lisa bingung.

"Tau tuh si Lisa. Dia kan cuma anjing. Perlu saya tekanin. An-jing. Paham, Lisa?" jelas dokter Raka yang sudah sangat kesal dengan dokter Lisa.

"Tetapi kan itu praktikum saya, Dokter Raka!!" pekik dokter Lisa sambil lompat-lompat tidak jelas.

"Bodoh amat!" Dokter Raka pun berlalu dari ruang dokumentasi diikuti suster berkepang dua serta pak Rif dan meninggalkan dokter Lisa sendiri di ruangan itu.

Sebelum itu, pak Rif mengucapkan sesuatu pada dokter Lisa. "Kasihan sekali kamu, Nduk." Dokter Lisa membanting dirinya begitu saja di lantai.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro