Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

DUNIA BAGI MEREKA


Nama: Shazia Rizka Nabila
NabilaMdhj

"Bumi. Teknologi di bumi semakin meningkat. Jika kita tidak merusak sistem di bumi, maka para alien akan terancam!" tegas sang ketua dari kumpulan alien itu.

"Apa kita harus mengirim alien untuk menyamar menjadi hacker dan menyebarkan virus di bumi lagi?" tanya alien yang lain.

"Haha ... itu sudah kuno. Aku punya ide yang lebih menyenangkan." Sang ketua alien itu tersenyum.

***

"Anak-anak kemari. Bel sekolah sudah berbunyi. Waktunya jam pelajaran ketiga dimulai." Seorang guru nampak sedang menghampiri anak-anak TK dan menuntun mereka untuk segera masuk kelas.

Anak-anak yang tadinya sedang bermain dengan ayunan dan pasir, segera melangkah masuk kelas.

"Orang tua diharapkan untuk tidak masuk kelas, agar anak-anak bisa fokus belajar," tegas guru itu yang diangguki para orang tua wali.

"Kenapa orang tua sekarang tidak diperbolehkan masuk kelas ya?" tanya Ibu Nao, orang tua dari Fadi.

"Aku tidak mau memusingkan itu," balas Bu Lisa sambil makan pisang.

"Dasar," ketus Bu Nao sambil bersidekap dada.

***

"Tidak perlu menyerang orang tua. Seranglah penerus mereka. Yaitu anak-anak. Kirimkan guru-giru di bumi dan rusaklah otak anak-anak manusia! Hahaha," tawa alien itu menggelegar hingga ke sudut ruangan.

"Tuan sangat pintar. Tuan akan dihormati oleh para bawahan," tukas alien yang lain kepada alien yang pertama bicara.

"Tentu saja. Akan kubuat ide-ide baru untuk menghambat pertumbuhan teknologi di bumi. Hahaha."

***

"Salah, Nak. Kenapa kau tidak mengerti? Hitungan ini salah," tegas Perthon.

"Ayah! Ibu guru sendiri yang memberitahukan hitungan ini. Jadi ini benar." Anak dari Perthon tak ingin mengalah.

Perthon terdiam sejenak. "Oke. Lanjutkan belajarmu, Nak," ucap Perthon sambil mengacak-acak rambut anaknya.

Perthon pun berdiri dan segera berjalan ke teras. Diambilnya handphone dari sakunya dan segera menekan digit nomor.

"Halo, Pak. Aku ingin bicara."

***

"Selamat datang, Agent Perthon," sambut meriah dari seorang bapak yang umurnya tidak jauh dari Perthon.

"Agent Xander. Apa dunia teknologi menemukan virus baru lagi?" tanya Perthon.

"Kali ini tidak. Bersyukurlah," balas Xander.

"Tidak mungkin."

"Ada apa?" Xander heran.

"Setiap teknologi meningkat, pasti ada ancaman virus, tapi sekarang tidak ada. Mungkinkah para perusak teknologi itu beralih rencana?" terka Perthon.

"Bisa jadi. Tapi apa rencananya kali ini? Apa kau mencurigai sesuatu?" Xander meminta pendapat.

"Kurasa aku tahu," Perthon mengusap dagunya.

"Apa?"

"Mereka mengincar manusia," bisik Perthon yang membuat Xander melotot.

"Karena orang dewasa tidak akan berumur panjang lagi. Maka, incaran mereka adalah anak-anak," sambung Perthon.

"Kau tau darimana? Kau pernah melihatnya?"

"Buktinya adalah anakku sendiri," balas Perthon.

Xander mengerti dan segera memberitahu kejadian ini pada presiden.

Presiden mengerti dan akhirnya mengalihkan pendidikan anak usia dini pada Perthon. Perthon mengajarkan anak-anak kecil tingkat TK-SD ke seluruh penjuru dunia dengan media teknologi.

***

"Bagus, Perthon. Ajarkan terus anak-anak dengan ilmu yang sudah aku arahkan," perintah seseorang pada Perthon.

"Tentu, Ketua Alien. Asal kau bisa memberiku peluru yang kau janjikan," balas Perthon sambil menyeringai.

"Peluru pengendali otak manusia? Jika boleh tahu, kau ingin menembak otak siapa untuk dikendalikan?" tanya alien itu.

"Presiden, tentu saja," balas Perthon sambil tersenyum.

'Tentu saja aku akan menembakmu,' batin Perthon sambil menatap alien di hadapannya.

"Baiklah. Kalau begitu. Ini pelurunya." Ketua alien itu pun akhirnya menyerahkan peluru pengendali pada Perthon.

"Terima kasih, Tuan." Perthon menyeringai.

***

Sratt....
Perthon menaikan kaus kakinya sampai ke betis. Memeriksa topi, dan menyimpan peluru pengendali di sakunya.

"Kau siap Perthon?" tanya Perthon pada diri sendiri sambil berdiri dari duduknya.

Perthon pun melangkah menuju laci kecil di ujung ruangan dan mengambil pistol untuk diisi peluru pengendali.

"Siap!" Perthon pun akhirnya berlari ke tempat persembunyian para alien untuk menyusup ke piring terbang mereka.

"Cukup mudah, haha," tawa Perthon saat sudah masuk ke pintu piring terbang alien

Di dalam, ia hanya fokus pada suara 'ing'. Jika suara itu terdengar, maka alien ada di dekat situ. Langkah kaki alien tidak akan terdengar oleh telinga manusia.

"Sial! Aku melupakan sandinya." Perthon menepuk jidatnya saat sudah sampai ke depan pintu kamar ketua.

"Bobol sistem? Oh. Haruskah aku menjadi hacker untuk waktu 10 menit ke depan?" Perthon menyeringai sambil membuka handphone-nya dan mengetikkan sesuatu.

"Hallo, Eddie. Apa kau bisa membantuku?"

***

"Apa ini akan berhasil?" Perthon memutar kunci untuk menutup kembali sensor, setelah itu ia mengetikan sesuatu. Tak lama dari situ pintu ketua alien itu pun terbuka. Lagi-lagi Perthon menyeringai senang.

Dilihatnya alien itu. Hijau dan sangat keras. Sangat menyenangkan jika bisa membobol tembus kulitnya dengan peluru dari perut pistolnya.

Di arahkannya moncong pistolnya pada kepala ketua alien. Tak lama dari situ, terdengar suara tembakan yang membuat sirine berbunyi. Perthon tersenyum saat ia melihat alien itu berdiri menatapnya.

"Salam, Tuanku," ucap alien itu pada Perthon.

Tak lama dari situ, seluruh alien masuk mengelilingi kamar ketua mereka.

"Perintahkan mereka untuk tunduk padaku!" perintah Perthon pada ketua alien.

"Siapa yang memerintah dan diperintah?" tanya alien yang lain dari kumpulan itu.

Saat alien itu bicara, seluruh alien menunduk takut.

"Aku ketua alien. Hahaha. Kau pikir si babu itu pemimpinnya?" tanya alien itu sambil menunjuk alien yang sudah dikendalikan Perthon. Perthon mengumpat dalam hati.

Sring....
Sebuah layar tiba-tiba muncul di depan Perthon. Bagaimana Perthon masuk hingga sampai kesini ditayangkan pada layar itu.

"Kau pikir kami tidak mengetahui langkahmu? Sudah kami sangka manusia tidak setia," tukasnya.

Beberapa alien mulai mendekati Perthon dan menguncinya.

"Ini daerah kami. Kami tau setiap langkah orang yang masuk kesini. Dan masalah kunci sensor. Kau pikir dengan dirimu itu terbuka? Aku yang memerintahkan pengendali keamanan untuk membukanya seakan kau yang melakukannya," sambung alien itu yang diketahui adalah ketua yang asli.

"Sial! Mati saja kalian!" umpat Perthon mencoba melepaskan diri.

"Tuan. Apa yang harus kami lakukan dengan dia?" tanya alien yang mengunci Perthon.

"Bunuh saja!"
"Ya! Bunuh dengan Slaire!"
"Tidak! Dengan Foxa saja!"

Beberapa alien menjerit memberi pendapat. Ketua alien pun mengangkat tangan meminta perhatian agar mereka diam.

"Aku tahu hal yang lebih baik untuk menghukumnya," tegas sang ketua.

Yang lain diam karena heran dan menunggu tuan mereka untuk melanjutkan perkataannya.

"Pisahkan kulit dengan tubuhnya. Dan jadikan kulitnya sebagai baju untuk menyamar menjadi manusia nanti!" Perthon kaget mendengarnya, tapi apa dayanya. Ketua sudah memerintah. Maka, saat itu juga alien bergerak mendekatinya.

***

"Ayah," panggil seorang anak pada seorang pria tua.

"Perthon. Jaga anakmu dulu. Aku sedang mencuci piring!" tukas seorang wanita yang diyakini adalah istri Perthon.

Perthon menatap anak kecil itu dengan wajah datar. Detik berikutnya ia menyeringai.

"Jadilah Perthon sesungguhnya, dan jangan membuat keluargamu curiga!" perintah ketua alien yang suaranya masuk begitu saja pada telinga Perthon.

Inggggg....
"Sayang. Akhir-akhir ini aku selalu mendengar suara ingg. Ada apa ya?" tanya istrinya pada Perthon.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro