DC5
Arum memandang jauh ke laut lepas, gemuruh ombak bagaikan irama senja. Semilir angin meniup menusuk relung kalbu, terjuntai indah rambut bak rupawan. Terlihat bagaikan kristal sudut bola mata Arum yang indah, ia tak pernah membayangkan akan bertengkar hebat dengan Arian.
"Kamu benar-benar egois Arian, kamu permainkan perasaan aku," gumam Arum kecewa.
Arum tidak habis pikir, Arian berubah 180 derajat semenjak dirinya kenal dengan gadis dari kota bernama Yuma. Arum sangat membenci gadis tersebut, karena sudah membuat dirinya bertengkar hebat dengan Arian.
Tetapi tidak ada yang bisa dilakukan Arum, ia telah lelah dengan semua permainan drama ini. Ia hanya bisa merasakan dersik menerpanya dengan tetesan air mata yang senantiasa membanjiri kedua pipinya.
"Aku lelah dengan semua permainan cinta ini," gumam Arum dalam isak tangisnya.
"Tak bisakah ini berhenti?! Aku muak dengan laga dan peran sok manismu," Arum berteriak lantang menerpa hembusan angin.
Arum bermonolog ria dengan kekalutan hatinya, seolah ia bercakap dengan desir angin yang makin membuatnya semakin dilanda kebingungan.
"Apa cinta ini harus diakhiri sampai disini?" jerit Arum membatin.
Ia terus mengulang pertanyaan itu dalam kepalanya. Namun, ia masih tak terima dengan apa yang telah kekasih hatinya lakukan.
"Desir Angin."
Ia berkata seolah itu kalimat sakral, benar ia akan mengikuti dersik. Ia akan berhembus ikut alur seperti arah angin yang membawa kekalutannya.
Di mana cinta akan hilang di hempas dersik.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro