Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ALPHA

Nama: KhansaAz

Percayakah ada tahun 3003? Kalau iya, kalian pantas membaca cerita ini.

Kaum manusia adalah kaum yang tertindas pada zaman ini. Bagaimana tidak, berjuta robot datang ke bumi untuk meluluh lantahkan populasi manusia. Mereka ingin mmenguasai dunia ini. Dan seluruh alam semesta.

Manusia juga tak ingin kalah oleh para rangkaian kabel yang menginjak harga diri mereka. Maka kaum terpelajar dan puluhan ahli teknologi berkumpul pada satu tempat. Zylfo tempat mereka membentuk suatu benda yang akan dipersiapkan untuk melawan para robot.

Robot penguasa juga punya cara untuk membodohi para manusia. Mereka membuat peluru khusus untuk gumpalan daging seperti manusia. Mereka namai zhox. Peluru zhox hanya bisa menembus kulit manusia, tidak berlaku bagi robot.

Mengetahui rencana para robot serakah itu, manusia membanting stir untuk membuat sebuah Alpha. Robot yang mempunyai akal juga perasaan seperti manusia. Juga bertubuh besi dan rangkaian kabel macam robot.

Pada saat ini, mereka --kaum manusia dan robot-- masih mempersiapkan segalanya dan menunggu hari itu datang. Hari yang mustahil masih ada kehidupan setelahnya.
***

"Coba kau kerahkan ahli komunikasi kita. Panggil Recha untuk mencobanya." Titah seorang petinggi kaum manusia di Zylfo.

"Baik, prof."

Tak lama, perempuan dengan penampilan macam laki-laki menghampiri profesor. "Ada apa, prof?"

"Kau punya bakat hacker bukan? Coba buka pertahanan lawan."

Recha menggaruk tengkuknya, "Maaf prof, tapi--"

"Recha akan melakukannya." Ucap lelaki angkuh yang berdiri di sebelahnya.

Dari dulu, Recha benci sekali pada Andrew. Menurutnya Andrew kebanyakan omong, tapi gak pernah beraksi. Recha sendiri menganut talk less, do more.

"Baik."

Recha mulai mengetikkan beberapa huruf yang mungkin tidak dimengerti oleh remaja sebayanya. Dengan umur yang masih muda, Recha pernah masuk ke sisitem pertahanan robot bedebah itu. Walau setelah itu dirinya dipenjarakan, tapi itu tidak lama.

Tercetak jelas tulisan 'ERROR' dengan warna merah memenuhi layar monitor. Recha menghela nafas lelah, kali ini pasti robot bedebah itu sudah hafal aksinya. Karena kebodohannya, Recha ditertawakan oleh Andrew. Recha menatap sinis Andrew, yang dibalas cowok itu dengan seringainya.

"Maaf, prof. Kali ini saya mengecewakan." Ujar Recha dengan sedih.

Profesor mmenepuk bahunya pelan, "Tak apa. Mungkin kau terlalu kecil untuk menghacker pertahanan robot yang sudah meningkat dengan cepat. Aku punya hal lain yang harus kau kerjakan."

"Apa itu, prof?" Tanya Recha dengan penasaran.

"Tangani Alpha. Terutama si pemimpin, dia Jeff. Masalah Alpha aku serahkan kepadamu. Jangan mengecawakan kepercayaanku."

Tentu saja Recha senang, ia mempunyai mainan baru sekarang. "Baik, prof. Aku sangat berterima kasih." Recha menjabat tangan profesor. Sementara Andrew mendelik tak percaya.

"Bagaimana bisa dia--"

"Aku percaya padanya. Sebaiknya kau kembali bekerja Andrew, sebelum robot itu memakanmu." Canda profesor. Recha hanya terkikik, sementara Andrew menatap tak percaya. "Baiklah, prof."

Sementara Andrew kembali ke ruangannya, Recha membisikkan sesuatu pada prof. "Terima kasih, Ayah." Profesor tersenyum, "Sama-sama, nak."
***

"Pak, menurut informasi, para manusia membuat robot juga untuk mengalahkan kita. Kita harus bagaimana, zhox tidak bisa menembus kulit robot macam kita."

Laporan dari tangan kanannya membuat ketua robot, atau yang biasa dipanggil Mister R menggeram kesal. Bagaimana tidak, harus membuat apa lagi untuk manusia bodoh itu.

"Buat peluru baru, yang bisa menembus robot juga."

"Tapi mister, kalau peluru itu malah balik mengenai kita, bagaimana?"

"Maka buatlah kita agar tidak kena. Mengapa kau bodoh sekali?" Mister R menggebrak meja. Amarahnya sudah memuncak, ditambah lagi penemuan manusia bodoh itu.

Dengan takut, ajudannya berkata. "Baik mister."

"Tunggu saja kau manusia sialan. Akan ku ambil tempatmu yang indah ini." Mister R mengembangkan seringainya.
***

"Bagaimana dengan para Alpha, Sani?"

"Semua baik, tapi ada kejanggalan pada Jeff. Kusarankan kau yang mengurusnya." Usul Sani pada Recha.

"Mengapa harus aku?"

"Kau kan penanggung jawabnya. Aku akan kembali, tugasku sudah selesai. Jangan lupakan Jeff." Sani meninggalkan Recha sendirian di ruang para Alpha.

Dengan penuh kepercayaan diri, Recha melangkahkan kakinya menuju ruang pemimpin Alpha, Jeff. Recha mengetuk perlahan, dan tidak terdengar sahutan dari dalam. Karena penasaran, Recha masuk ke dalam ruang yang lebih mirip kamar ini.

Ternyata Alpha Jeff sedang tertidur. Profesor membuat Alpha berperilaku seperti manusia, hanya tubuhnya saja yang terbuat dari baja. Recha menusuk-nusuk lengan Jeff yang terbuat dari besi itu.

"Jeff." Bisiknya. Jeff hanya bergumam tidak jelas, sambil memalingkan wajahnya dari Recha.

Recha makin gencar membangunkan Jeff dengan cara menyetrum Jeff dari ponsel miliknya. Semua Alpha terhubung pada ponsel mentornya masing-masing. Dengan keberuntungan atau kesialan, mentor Jeff adalah Recha.

"Kau--" Geram Jeff. Recha jadi gelagapan sendiri. Ia mengentikan setrumannya.

Jeff berdiri bersiap menghampiri Recha, "Stop, berdiri di situ." Jeff hanya patuh.

Sinar biru muncul dari ponsel Recha menscan seluruh tubuh Jeff. Dari atas ke bawah, dari bawah ke atas. Sampai bunyi ting, barulah pengecekan itu selesai. Recha langsung mengecek hasilnya.

"Astaga. Kau terdeteksi oleh mister rakus." Ujar Recha heboh. Mister rakus adalah sebutan dari Recha untuk Mister R.

"Lalu?" Tanya Jeff polos.

"Aku harus mereset mu dari awal. Apa kau siap?"

"Apa artinya itu aku tidak bisa mengingat apapun?" Tanya Jeff.

"Iya, memang kenapa?"

"Kalau gitu, resetlah setelah aku mengucapkan ini. Aku tidak akan melupakanmu Recha."

Kalimat sederhana yang membuat Recha mematung seketika. "Cepatlah reset aku, kau tidak mau, 'kan Mister Rakus melacak kita?" Dengan sekuat tenaga, Recha mengetikkan angka-angka acak untuk menyetel kembali Jeff.

Recha bukan hacker handal. Tapi hacker tetaplah hacker.

Belum selesai memproses, bunyi benda jatuh sangat keras terdengar oleh Recha. Dengan sigap, ia mencoba menghubungi profesor lewat telepati anak dengan ayahnya.

'Ayah, apa yang terjadi?'

'Bukalah semua Alpha. Robot bedebah telah menyerang kita.'

Terburu-buru Recha membuka semua kunci Alpha dan membuat perintah untuk mereka. 'HABISI MEREKA SEMUA.' Setelah mendengar itu, para Alpha mulai berpencar untuk melawan para robot.

Recha melupakan Jeff, dengan cepat ia kembali ke tempat Jeff. Sampai di sana, Jeff hilang. Recha mencoba menghubungi ayahnya lagi, 'Ayah, kemana Jeff?'

'Sudah di medan pertempuran.'

'Aku belum selesai menyetelnya. Apakah itu berdampak buruk?'

'Firasatku mengatakan ya. Cepatlah ke ruang bawah tanah nak. Ada proyek yang harus kau selesaikan.'

Recha berlari dengan sekuat tenaga yang ia punya. Persetan dengan peluh keringat yanng bercucuran. Recha hanya ingin, ia hidup lebih lama. Menikmati waktu seperti anak remaja lainnya.

Sampai di ruangan, tempat itu sudah penuh. Beberapa orang menduduki komputer yang tersedia. Recha langsung berlari menuju komputernya. Ia berusaha masuk hanya sampai sistem kapal perangnya saja. Tapi menurut Recha itu tidak masalah. Ia segera memakai headsetnya untuk mendengar lebih jelas percakapan di pesawat.

'Persiapkan x-zhox. Kita akan memakai itu sekarang.'

Dalam hati Recha bertanya apa maksud x-zhox. Apa itu temuan baru mereka?

'Sama saja membahayakan kaum kita. X-zhox akan mematikan siapapun yang terkena peluru itu. Termasuk kita.'

Percakapan lainnya tidak terdengar oleh Recha. Ia masih sibuk berfikir apa itu x-zhox? Mengapa bisa membahayakan kaum mereka? Apa peluru itu dapat mematikan robot juga? Kalau begitu--

DORR!

Tembakan dari kaum robot langsung menuju para Alpha dan mematikan Alpha pada saat itu juga. Recha berfikir, berarti peluru itu, dapat menembus baja? Kalau iya, kaum mister rakus juag dapat senjata makan tuan?

Kawanan Recha yang sebagai mentor para Alpha mulai kewalahan menanggapi serangan para robot. "Recha, bagaimana dengan Jeff, apa dia baik-baik saja?" Tanya Sani.

Ah, Recha melupakan Jeff. Dengan komputernya, ia membuka badan Jeff dan memasukinya untuk mengontrol Jeff. Peran Recha di balik Jeff hanya menggerakkan kontrolnya.

Energi Jeff hampir habis, Recha tidak ingin melihat Alpha lain ikut mati. Recha memandang arena melalui mata Jeff. Ia menemukan potongan robot yang sudah bangkai. Potongan itu memantulkan cahaya, dan itu berarti bisa Jeff gunakkan untukk mengalihkan perhatian para robot.

Jeff berlari menghindari serangan robot. Ia mengambil potongan itu dan memantulkan cahayanya. Sementara itu, Recha mencoba membuka sistem peluru x-zhox tersebut. Ia mencoba mengatur arah target. Recha mengatur targetnya adalah menuju kawanan robot.

Sistem peluru x-zhox ada dalam satu perintah. Maka, Recha mengubah perintah itu menjadi perintah untu menembak kawanannya sendiri. Dengan begitu, hanya kaum robot yang saling membunuh. Dan, ENTER!

Robot-robot itu berhenti seketika dan mulai kembali menembaki kawanannya sendiri. Melihat peluang itu, para Alpha membabat habis para robot yang sedang heboh sendiri. Bunyi tembakan terdengar di luar sana.

Tak lama Mister R masuk dalam arena. Dengan pakaian lengkap siap tempur. Tapi, entah ini hari buruknya, ia malah tertembak peluru buatannya sendiri. Recha terkkikik dalam diam. Rasakan itu mister rakus ujar Recha dalam hati.

Arena peperangan mulai redam. Asap peluru memenuhi udara di luar sana. Bangkai robot yang bodoh itu, tergeletak mengenaskan. Para Alpha kembali ke tempatnya semula. Dengan tiba-tiba profesor memeluk Recha.

"Kau sangat menakjubkan. Aku tau kau yang mengambil alih sistem x-zhox, 'kan?" Bisik profesor dalam pelukannya. Recha hanya mengangguk sambil tersenyum.

Mereka melepaskan pelukannya. Kaum manusiak memekik bahagia telah memenangkan peperangan ini. Semua orang tenggelam dalam kebahagiaan. Tak terkecuali para Alpha, jangan lupa mereka juga memiliki akal dan perasaan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro