Monthly Event - Songfiction
Bebaskan Diriku
•••
Lyra sudah tak tahan lagi dengan sikap Arkha ke padanya. Lyra merasa bahwa Arkha hanya memandangnya sebelah mata saja.
"Lyra cepetan, gue capek! Bawa semua yang benar. Jangan sampai ada yang tertinggal. Awas aja kalau ada," teriak Arkha sambil berjalan cepat dengan langkah besarnya menuju mobil.
Sedangkan Lyra? Ia masih setia di belakang sambil membawa barang bawaan Arkha yang begitu banyaknya.
Lyra begitu lelah. Mati-matian sudah Lyra memendam semuanya. Memendam segala bentuk ucapan dan perilaku yang Arkha berikan untuknya.
Lama sudah
Ku pendam ini
Lama sudah
Ku makan hati
Menghadapimu
Ini semua
Tentang dirimu
Tentang caramu
Memperlakukanku
Sakit yang dirasakannya tidak sebanding dengan mendapat nilai ujian di bawah rata-rata. Sakit hati yang sudah lama bersarang di hatinya memang harus segera diobati.
Tak sadarkah
Kau selama ini
Bukan cuma hati
Yang kau sakiti sakiti
Juga hidupku
"Lyraa! Lo ini gimana sih? Gue kan bilangnya bawa semua barang-barang gue ke kamar. Kenapa lo malah bawa ke ruang tamu aja?" Lyra pun langsung menuruti perintah Arkha.
Dengan perlahan, dirinya membawa tas-tas milik Arkha yang berisikan baju serta perlengkapan basketnya. Arkha memang baru saja kembali dari lomba dan mengakibatkan banyaknya barang yang di bawanya.
Setibanya di kamar, Arkha mendengar suara tangis. Dan ia yakini bahwa suara itu adalah milik Lyra, kekasihnya. Dia pun langsung melangkahkan kakinya mendekati Lyra.
"Kenapa nangis? Cengeng banget sih lo jadi cewek. Lo nggak suka gue suruh-suruh begitu? Hah! Jawab!" bentaknya sambil menarik kuat rambut milik Lyra.
Sedangkan Lyra merintih kesakitan sambil memohon ampun pada Arkha agar melepaskan tangannya dari rambutnya.
"Udah untung lo jadi pacar gue. Ganteng, pemain basket, banyak fans. Beruntung 'kan lo? Masih mau ngelak juga sama keberuntungan yang lo dapetin?" Arkha pun akhirnya melepaskan tangannya dari rambut Lyra.
Lyra masih terisak kecil tanpa mau menatap Arkha. "Kenapa kamu giniin aku, Ar? Apa salah aku?" lirih Lyra.
Arkha yang mendengarnya langsung tersenyum miring. "Simple sih gue. Pertama ya, gue punya pacar kayak lo juga banyak manfaatnya kok. Lo itu cantik, gampang kalau dipamerin, terus lo juga nurut dan nggak banyak omong. Kedua, gue jadi nggak harus ngeluarin uang untuk bayar asisten deh. Lo aja ada, kenapa harus orang lain? Hahaha .... "
Hati Lyra serasa tertikam oleh ribuan belati tajam. Dirinya sudah tak sanggup menahan sesak di hatinya. Apalagi ditambah dengan ucapan Arkha yang terdengar sangat tajam. Sungguh, dirinya mulai mencapai titik akhir kelelahan.
Diriku ini pasanganmu
Bukannya musuhmu
Tak perlu kau siksa aku
Lyra sudah tidak tahan dengan semua itu. Apapun yang Arkha lakukan padanya sudah membuat kepercayaannya hilang seketika. Berbagai macam bentuk kebohongan sudah di terimanya. Dan sekarang, Lyra ingin berhenti dari semua ketidakjelasan ini. Arkha dan Lyra bagaikan shampo dan rambut. Jika rambut diberi shampo yang menyebabkan rambut itu rontok, maka rasa tak nyaman pun menghampiri. Sama seperti Lyra. Lyra merasa sudah tidak nyaman lagi bersama Arkha, dan Lyra harus segera mengakhiri semuanya.
Dengan berani, Lyra berdiri menatap Arkha dengan penuh perjuangan. Dirinya sudah tidak boleh goyah lagi. Pendiriannya harus segera dilaksanakan.
"Apa?" tanya Arkha bingung ketika Lyra menatapnya seperti itu.
Lyra memejamkan matanya sejenak dan kemudian membukanya kembali, "Kita sampai disini aja." Empat kata yang membuat jantung Arkha berpacu lebih cepat dari biasanya.
"Enggak! Gue nggak akan putusin lo!" tolak Arkha sambil menggeleng tak terima.
Giliran sekarang, Lyra tersenyum sinis terhadapnya. "Kenapa? Toh juga kamu cuma anggap aku sebagai asisten kamu. Jadi, buat apa kita pertahanin hubungan ini kalau cuma aku aja yang menganggap hubungan ini ada? Cuma aku aja yang perjuangin semuanya. Sementara kamu? Jangankan perjuangin, menganggap aku sebagai orang yang spesial di mata kamu aja enggak."
Skakmat! Arkha tak bisa berucap lagi. Kalimat yang terlontar dari bibir Lyra mampu membuatnya terpaku di tempat. Lyra yang melihat itu hanya bisa tersenyum tipis hingga akhirnya dirinya tak tahan lagi untuk segera pergi dari kamar Arkha. Khususnya, ingin pergi dari semua kenangan buruk yang Arkha berikan padanya.
Sementara Arkha? Dia masih terdiam cukup lama di tempat setelah mendengar ucapan terakhir dari Lyra. "Aku pergi, sayang .... "
Aku berhenti sayang
Ku tak bisa lanjutkan
Kisah ini bersamamu
Aku takkan mampu
Menghadapi semua
Kebohongan yang biasa
Kau lakukan
Aku hanya minta
Bebaskan diriku
•••
[3 Desember 2016]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro