Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 9: Siapa Kau?

Mia sudah menduga kalau Damian pasti punya tujuan tertentu kalau sampai menyamar seperti ini. Tapi, dia tidak mengira bahwa ternyata laki - laki itu bahkan memiliki sebuah camp yang terletak di bawah tanah bar rakyat biasa di tengah ibukota.

"Lady, silakan." Sherka mempersilakan Mia untuk turun ke tangga yang akan menghubungkan mereka ke ruang bawah tanah.

Zoey menahan tangan Mia, dia terlihat cemas. Sherka akhirnya tersenyum kecil dan menatap Jimmy. "Nona pelayan sebaiknya tunggu di sini. Kami tidak akan melakukan hal yang aneh - aneh pada Lady Bevel. Ini adalah perintah Putra Mahkota. Jim akan menemani Anda."

"Ta- tapi..." Zoey tidak bisa melepaskan Mia begitu saja. "Meskipun itu perintah Yang Mulia Putra Mahkota, tetap saja Lady kami..."

"Zoey, tidak apa - apa. Kalau aku mati di dalam, katakan pada Tuan Marquess kalau Putra Mahkota membunuhku." Mia menjawab dengan acuh tak acuh. Dia muak dan ingin semua ini cepat selesai. Kalau boleh jujur, Mia lebih memilih untuk menjalani kehidupannya sebagai Mia Bevel dengan tenang, bukan malah terlibat dengan putra mahkota begini.

"Nona!" Zoey panik, sementara Jimmy tertawa kecil.

Sherka mengulum senyum, "saya akan menjamin keselamatan Anda, Lady."

"Kau ini kaki tangan si brengsek itu, bagaimana bisa aku percaya padamu?" Mia menghela napas panjang. "Sudahlah, ayo masuk."

Mia memasuki ruangan bawah tanah yang gelap dan tenang. Suasana di sana terasa suram, tetapi Mia tidak merasa takut. Di sana, ia melihat Damian, yang sedang duduk di sofa yang terletak di sudut ruangan. Damian membalut luka di tangannya dengan perlahan.

"Ah, Anda terluka," kata Mia sambil mendekatinya, tersenyum miring sambil menatap tanpa minat ke arah Damian. "Rupanya Anda masih manusia."

Damian menatap sosok Mia Bevel yang sungguh berbeda. Caranya berjalan, berbicara, dan bahkan duduk. Mia menyesap teh yang dituangkan oleh Sherka. Gerakannya perlahan dan terlihat anggun. Jelas itu berbeda dengan kesan centil yang sebelumnya kerap kali ditunjukkan Mia Bevel jika berada di sekitar Damian.

"Kau berharap aku mati? Kalau aku mati, kau akan terlibat dalam kasus pembunuhan putra mahkota," Damian membalas sambil tersenyum mengejek, "sepertinya kau sudah lupa siapa yang barusan menyelamatkanmu."

"Saya tidak akan masuk ke dalam kejadian itu kalau bukan karena Anda." Mia menjawab tegas, dia menyesap teh dicangkirnya lagi. "Jangan melebarkan topik ke mana - mana, langsung saja. Apa alasan Anda memanggil saya ke tempat ini? Anda tidak takut saya membocorkan rahasia?"

Damian tertawa. Suaranya renyah dan wajahnya tersenyum lebar. Mendadak Mia Bevel yang selalu dia hindari jadi terlihat menarik. Wajah datar dengan senyuman di ujung bibirnya, ketidaksukaannya pada Damian, dan kata - kata yang tajam itu... semuanya sukses membuat Damian merasa Mia Bevel adalah orang yang berbeda.

"Kau akan dirugikan juga kalau membocorkan rahasia ini." Damian tersenyum miring.

Mia mengangkat sebelah alisnya, menelisik tatapan Damian. "Lucu sekali... saya rasanya tidak punya hal yang bisa merugikan diri sendiri."

Jujur saja, Mia merasa terintimidasi saat dia bersama Damian. Pria itu menatap seolah menelanjanginya. Mia merasa tertarik dengan keberanian dan keahlian Damian, tapi dia juga takut kalau sang pangeran ternyata bisa melihat ke dalam dirinya. Mia tidak siap kalau harus berurusan dengan Putra Mahkota yang merepotkan. Hidupnya saja sudah rumit karena harus membereskan masalah yang di timbulkan Mia Bevel yang asli.

Tepat saat Mia mengembuskan napas pelan, Damian melihat ke arah Mia dan mengetahui bahwa ada sesuatu yang rumit dan rahasia di dalam pikiran Mia. Jelas Damian tahu bahwa Mia sedang mempertimbangkan sesuatu. Meskipun tak sepenuhnya bisa menebak hal apa yang Mia pertimbangkan itu. Damian pun menarik napas singkat sebelum membuka mulutnya.

"Mia Bevel, siapa kau sebenarnya?" tanya Damian dengan tatapan intens.

Mia merasa terkejut oleh pertanyaan itu dan ragu untuk menjawab. Namun, Damian melihat ke dalam mata Mia dengan tegas, membuatnya merasa terpaksa untuk menjawab.

"Mia Bevel, tentu saja. Memangnya saya bisa jadi siapa lagi?" Mia mengalihkan pandangan, mencoba menghindari Damian.

"Semua orang tahu kau bukan Mia Bevel yang dulu." Damian menarik napas panjang.

"Sebenarnya apa tujuan Anda memanggil saya ke sini?" Mia mendekati damian, dia dengan perlahan menepuk pundaknya, lalu tangan mulusnya turun ke lengan pria itu. "Apa Anda ingin saya jadi Mia Bevel yang hilang akan seperti sebelumnya? Mia Bevel yang akan menempel pada Anda seperti ini?"

Mia lantas menekan luka yang baru saja dibalut Damian. Pria itu meringis, sementara Sherka diam saja sambil menonton pertunjukan yang menarik itu.

"Itu menyakitkan, Mia." Damian berusaha berbicara dengan nada suara datar, tapi keringat dingin muncul di keningnya sebesar biji jagung.

"Ya, kalau begitu jangan memprovokasi saya." Mia hendak berbalik, akan tetapi Damian langsung menarik tangannya.

Tubuh Mia oleng, dia terjatuh langsung ke pangkuan Damian. Saat hendak berdiri, Damian menahan tubuh Mia, memeluk pinggangnya sambil tersenyum lebar.

"Bagaimana kalau seperti ini? Apakah kau masih akan berpura - pura?" Damian mendekatkan wajahnya.

Mia berusaha menjauhi Damian. Rahangnya yang tegas terlihat jelas, hidung bangirnya hampir menyentuh hidung Mia. Wanita itu menahan napas. Alis tebal dan sorot mata tajam yang ikut membingkai indah wajah Damian kini menatap Mia dengan intens.

Wanita itu tidak tahu apa maksud sang pangeran. Dia tadinya ingin menghindar, tapi Damian seolah mengejeknya dan terus mengikis jarak di antara mereka. Akhirnya Mia melakukan serangan balik. Dengan cepat wanita itu melingkarkan tangannya di leher Damian, mendekatkat wajahnya sampai hidung mereka bersentuhan dan netra yang bertatap - tatapan.

"Jadi, Anda mau saya jadi Mia yang murahan dan menggelikan itu?"

Mia tersenyum, dia kemudian menyasar luka di tangan Damian lagi, dan menekannya. Darah segar kembali merembes dari perban yang sudah terbalut rapi. Damian meringis, dia melepaskan mia dan mengangkat tangannya.

"Oke, baiklah... aku menyerah." Damian tertawa, dia menatap Sherka. "Ambilkan perban yang baru."

Sherka mengangguk dan segera pergi, sementara Mia langsung bangun dari pangkuan Damian. Mia tidak repot - repot duduk lagi, dia berjalan menuju ke pintu, dan menoleh sebelum pergi.

"Kalau Anda hanya mau mengejek saya, sebaiknya enyahkan pikiran menjengkelkan itu. Saya akan pulang sekarang dan meminta Sir Jimmy mengawal." Mia terlihat dingin, sorot matanya gelap dan tampak tidak berminat pada Damian sama sekali. "Atau... kalau masih ada yang ingin Anda katakan, silakan katakan sekarang. Satu... dua... ti-"

"Jelaskan alasanmu berada di toko perlengkapan sihir ilegal itu!" Damian langsung memberikan kalimat perintah dalam satu tarikan napas.

"Saya tidak ke toko perlengkapan sihir. Saya hanya makan kue bulan di toko tadi." Mia menjawab seadanya.

"Kue bulan..." Damian mendengkus, "apa itu kue bulan dengan ekstra mentega?"

Mia tertawa, "ternyata Anda tahu itu bukan toko kue biasa?" Wanita itu berbalik, kemudian dia bersedekap sambil menatap lurus Damian. "Jadi, apa yang dikatakan informan Anda? Apa Anda mendngar informasi kalau saya membeli ramuan khusus untuk membuat Anda jatuh cinta pada saya?"

Damian diam saja. Dia tidak bisa mengatakan kalau informannya bilang di toko itu ada seorang penyihir yang mungkin saja bisa memberikan informasi tentang kontrak darah teratai hitam. Kalau sampai ketahuan putra mahkota mencari tahu tentang sihir, seluruh kerajaan akan gempar. Terutama musuhnya yang selama ini seperti bayangan.

Melihat Damian diam saja, Mia pun tertawa keras. Suaranya nyaring sampai Damian keheranan melihatnya.

"Ada yang lucu?" Damian mengerutkan kening.

Mia mengangguk, "ya... seorang putra mahkota yang menahan saya di sini hanya karena saya membeli kue bulan dengan ekstra mentega."

"Sihir di larang di Forence, Lady Bevel." Damian memicing.

"Lantas, mengapa Putra Mahkota Forence yang terhormat ini mencari toko perlengkapan sihir? Mudah saja,kalau saya ketahuan maka Anda juga dalam masalah." Mia sudah lelah, dia ingin semua ini cepat selesai. "Saya rasa para pembunuh itu tidak mengincar saya. Sebaliknya, dia tahu siapa Anda. Jadi... saya juga dirugikan di sini. Hanya karena Anda penasaran dan membawa saya seperti orang gila ke jalanan sempit dan gelap itu, akhirnya nyawa saya terancam."

Damian diam saja.

"Kalau Anda ingin tahu apa itu kue bulan dengan ekstra mentega, sebaiknya Anda kembali ke toko itu dan melakukan transaksi sendiri." tambah Mia lagi.

"Baik, aku mengerti." Damian memejamkan matanya. Dia tahu kalau Mia tidak akan bicara lebih jauh lagi. "Pulanglah, bawa Jim untuk mengawal kalian."

Mia berbalik tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Saat Sherka kembali, hanya tinggal Damian di sana. Pemuda itu celingukan dan tidak menemukan Mia Bevel di sana.

"Dia sudah pulang." Damian mengambil kain kasa baru yang dibawa Sherka dan membalut ulang lukanya.

"Sepertinya memang ada sesuatu yang aneh pada Lady Bevel." Sherka berkomentar sambil membantu membalurkan obat. "Anda tidak menahannya?"

"Dia tidak akan bicara, dan aku tidak mungkin membahas tentang kontrak darah teratai hitam atau soal Rosaine Marka." Damian menghela napas panjang. "Justru yang jadi pertanyaan besar adalah... siapa yang membocorkan rahasia penyamaranku hari ini?"

Sherka terdiam, dia juga merasa penyamaran kali ini sempurna dan tidak seorang pun yang tahu. Tapi nyatanya sekelompok pembunuh bayaran dikirim untuk melenyapkan putra mahkota.

"Sherka, menurutmu... siapa orang yang sangat ingin membunuhku?"

>>><<<


A/N: Baca lebih cepat bisa ke KaryaKarsa atau Bestory ya guys... Gratis 10 Bab pertama, dan untuk bab selanjutnya hanya 2000 rupiah!

Akun KaryaKarsa & Bestory: bluebellsberry

Judul Cerita: Really, I'm Not Antagonist!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro