Bab 8: Pertemuan
"Bunuh mereka berdua!"
Damian mengeluarkan pedangnya dari sarungnya dan mengambil posisi siap tempur. Para pembunuh bayaran itu merangsek mendekati mereka dengan cepat, pedang mereka sudah siap terhunus. Damian menyerang terlebih dahulu, menebas pedangnya dengan cepat untuk menghalangi serangan lawan. Mia yang awalnya takut, kini melihat dengan takjub bagaimana gerakan Damian yang begitu lincah dan tangkas.
"Bentuk formasi!"
Damian mundur beberapa saat, dia melirik kepada Mia. "Tetap berdiri di belakangku."
Mia mengerjap, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia benar - benar berlindung di belakang Damian tanpa protes.
"Pokoknya aku tidak mau mati di sini, cepat maju!" Mia mendorong punggung Damian, tapi menarik jubahnya lagi karena ketakutan. "Aaakkhhh...! Jangan jauh- jauh, aku takuuuuttt...!"
Damian menoleh dengan kesal, "jangan menarik - narik jubahku!"
"Aku takut, sialan!" Mia melotot, tapi tiba - tiba dia menjerik kuat. "Kyaaaaa!"
Jleb!
Tiba - tiba saja sebilah pedang menancap pada peti kayu bekas yang ada di sebelah Mia. Wanita itu terbelalak, tapi Damian dengan sigap menarik pinggang Mia.
"Sialan!" Damian langsung berbalik, kemudian menghunuskan pedangnya menyerang lawan.
Pertarungan sengit pun terjadi. Damian menghindari setiap serangan musuhnya dengan mudah, lalu menghantamkan pedangnya dengan kekuatan besar. Beberapa pembunuh bayaran berhasil dihantam, terjatuh, dan tak mampu bangkit lagi. Sementara itu, Damian tetap memposisikan dirinya untuk melindungi Mia.
"Jangan jauh - jauh, Mia Bevel...."
Namun, sekelompok pembunuh bayaran yang tersisa semakin memperketat serangannya. Damian menyadari bahwa ia tidak bisa terus bertarung sendirian. Ia menarik Mia ke arahnya dan memberi isyarat agar Mia segera berlari meninggalkan tempat itu.
"Kau harus pergi, aku akan membuka jalan. Carilah bantuan." Damian berbisik jelas kepada Mia. "Aku tidak bisa bergerak dengan leluasa."
Damian tidak menunggu jawaban dari Mia. Dia menghadapi sisa kelompok itu dengan sangat cepat. Pedang Damian menebas habis deretan musuh, membuat mereka mundur serentak sehingga membuka jalan bagi Mia untuk melarikan diri dari situasi tersebut.
"Mia Bevel, sekarang!"
Mia tidak tahu harus berbuat apa, tapi ia tahu ia harus menuruti Damian. Mia berlari secepat mungkin sambil menatap ke belakang, melihat Damian masih bertarung dengan para pembunuh bayaran itu.
Aku harus pergi!
Cepat, ayo... cepat!
Mia berlari sejauh mungkin hingga ia tidak dapat melihat pertarungan tersebut lagi. Dia menghentikan langkahnya dan menatap ke belakang, berharap Damian tidak terluka parah.
Apa dia baik - baik saja?
Apa yang kulakukan ini sudah benar?
Pria itu ... dia tidak akan mati, kan?
Saat Mia menoleh ke belakang, tiba - tiba saja sosok Zoey berlari ke arahnya. Wajah Zoey terlihat panik dan cemas. Dia langsung memeluk Mia, dan merengek padanya.
"Nonaaaa! Anda baik - baik saja, kan?!" Zoey memeriksa kondisi Mia, "Anda tidak apa - apa, kan?"
Mia mengangguk kecil, dia menatap seorang pria bertubuh tinggi tegap dengan rambut hitam, dan dua orang kesatria di belakangnya.
"Nona! Apa yang harus saya lakukan kalau terjadi sesuatu pada Anda?!" Zoey masih memeluk Mia, dia menangis haru karena akhirnya menemukan Mia. "Saya sangat panik! Saya tidak bisa menolong Anda dengan cepat, maafkan saya!"
"Zoey, aku tidak apa - apa, dan sekarang bukan saatnya kita berpelukan begini." Mia melepaskan pelukan Zoey, kemudian menghapus air matanya. "Kita harus menolong Damian."
Mata Zoey terbelalak, "Yang Mulia Pu- Putra Mahkota?!"
Mia mengangguk, tatapannya beralih pada sosok pria yang datang bersama Zoey dan kesatria di sampingnya.
"Kalian berdua pasti mencari Pangeran Mahkota, kan?" Mia menatap intens pada mereka berdua, "ikut aku sekarang juga!"
Dua pria itu saling menatap, kemudian mereka mengekori Mia dari belakang. Mereka adalah Sherka dan Jimmy, asisten dan kesatria pengawal yang menemani Damian pergi memeriksa laporan yang mereka temukan dini hari tadi.
Sherka dan Jimmy terus mengejar langkah Mia ke dalam gang sempit dan melihat Damian sedang berada dalam pertarungan sengit melawan sekelompok pembunuh bayaran. Sherka menarik belatinya dan bersiap untuk membantu Damian.
Mia melihat dengan kaget ketika Sherka dan Jimmy muncul di belakangnya, mengikuti setapaknya dengan hati-hati. Namun ketika mereka memasuki gang sempit yang gelap itu, mereka segera menyadari situasi berbahaya yang terjadi.
"Sialan, situasinya kacau," kata Jimmy sambil menatap Damian yang sedang berkelahi.
Sherka menghela napas panjang, "Kita harus membantu Yang Mulia."
Sherka mengambil pisau kecil yang ia selipkan di sepatunya dan mempersiapkan diri untuk bertarung. Mia merasa gelisah dan ingin membantu, tapi dia tidak tahu bagaimana cara melakukannya. Dia hanya bisa menonton dan berharap semuanya akan baik-baik saja.
Sementara itu, Damian semakin terpojok, "ini tidak ada habisnya, sialan!"
Damian tampaknya tidak kesulitan menghadapi para pembunuh bayaran itu. Dia menendang dan melompat dengan lincah, menebas lawan dengan pedangnya yang tajam dan gerakan yang tangkas. Namun ketika salah satu pembunuh itu mendekatinya dari belakang, Jimmy melompat dan memukulnya dengan keras, membuatnya terjatuh dan tidak sadarkan diri.
"Jangan harap bisa menyentuhnya." Jimmy menginjak pembunuh itu sambil menyerang yang lain.
Para pembunuh bayaran itu kemudian mundur beberapa langkah. Mereka paham bahwa Damian mendapatkan bantuan, jadi semuanya tidak akan semudah kelihatannya. Mereka saling menatap, kemudian saling mengangguk satu sama lain. Lalu, tiba - tiba saja salah satu dari mereka mengincar Mia.
Mia yang lengah pun sama sekali tidak menyadari serangan yang di arahkan padanya.
Jleb...!
Mata mia terbelalak, tiba - tiba saja tangannya di tarik dengan kuat. Lalu sebilah pisau kecil melesat melewati samping wajahnya dengan cepat. Rupanya barusan Sherka menarik yang menarik tangan Mia dan melemparkan sebuah belati untuk melumpuhkan salah satu pembunuh yang mengincar Mia.
"Lady, Anda baik - baik saja?"
Mia tidak bisa menjawab, dia terlalu syok, dan yang bisa dilakukan gadis itu hanya mengangguk kecil.
"Tolong jangan jauh - jauh dari kami." Sherka memunggungi Mia. Sekarang posisi Mia di apit oleh tiga pria yang sedang menghadapi pembunuh bayaran itu.
"Ayo selesaikan ini secepatnya." Damian memberi perintah, lalu Sherka dan Jimmy mengangguk singkat.
Sherka dengan cepat menyerang pembunuh lain, menghindari serangan mereka dengan gerakan yang lincah. Mia mengagumi kecepatan dan ketangkasan mereka, dan dia merasa terkejut ketika Sherka tiba-tiba mengayunkan belatinya untuk melukai perampok yang hendak menyerang Mia lagi.
Jimmy baru saja memukul mundur tiga orang dari arah belakang, sedangkan Damian kembali menebaskan pedangnya untuk melukai para perampok dari depan. Sherka tampak kewalahan, jadi Damian langsung membantunya.
"Kalian berdua baik-baik saja?" tanya Damian sambil menghadapkan pedangnya pada pembunuh yang tersisa. "Ayo pindah ke tempat yang lebih aman."
Kedua kesatria itu mengangguk, dan Mia merasa lega ketika mereka akhirnya keluar dari gang sempit itu dan kembali ke jalan yang lebih ramai.
"Yang Mulia, bagaimana dengan Lady Bevel?" Sherka bertanya saat dia melihat Mia celingukan mencari Zoey.
"Bawa dia." Damian lebih dulu menghilang di tengah kerumunan.
Tak lama kemudian sosok Zoey muncul dari keramaian. Dia berlari ke arah Mia dan memeluknya erat.
"Nona! Anda baik - baik saja, kan? Tidak ada yang terluka, kan?" Zoey panik saat melihat sosok Mia yang berkeringat dan berantakan.
"Aku tidak apa - apa." Mia segera berbalik, "ayo pulang, aku ingin mandi air hangat."
Zoey hendak mengikuti Mia, tapi tiba - tiba saja Sherka dan Jimmy menghadang jalan mereka.
"Ada apa lagi?" Mia terlihat kesal. "Aku memang berterima kasih karena kalian menyelamatkanku, tapi aku dan pangeran sialan kalian itu tidak akan terlibat dengan pembunuh bayaran kalau dia tidak membawaku ke tempat sepi itu duluan!"
Jawaban ketus Mia membuat Sherka dan Jimmy tidak enak hati. Memang benar, para pembunuh tadi sebenarnya sejak awal hanya mengincar Putra Mahkota. Tapi, karena mendadak Damian bertindak diluar rencana saat mengecoh mereka, maka serangan brutal itu terjadi. Dan sekarang baik Sherka maupun Jimmy tidak bisa menolak perintah Damian.
"Lady, maafkan kami. Tapi masih ada yang ingin dibicarakan oleh Yang Mulia Putra Mahkota." Sherka mencoba berbicara dengan suara pelan, agak membujuk. "Kami minta maaf atas kejadian barusan. Kami akan memastikan istana Putra Mahkota akan mengganti rugi dan memberikan kompensasi."
"Aku mau pulang, aku tidak ada kewajiban untuk ikut dengan kalian. Di sini aku yang dibahayakan. Belum tentu aku akan menerima kompensasi, bagaimana kalau aku dituduh macam - macam?" Mia bersedekap, gaya bicaranya angkuh dan tampak acuh tak acuh.
Sherka agak bingung. Biasanya Mia Bevel adalah orang yang paling cepat bergerak kalau urusannya menyangkut Putra Mahkota. Tapi, respon macam apa ini?
Apa berita itu benar? Katanya Mia Bevel hilang ingatan setelah jatuh ke danau?
Sherka menatap Mia lamat - lamat, kemudian dia berusaha menahan wanita itu. "Begini, Lady... kami harus memeriksa dan memastikan agar para pembunuh itu tidak mengikuti Anda lagi."
Saat mendengar jawaban itu, Zoey langsung menatap Mia. "Nona, sepertinya kita temui dulu Yang Mulia Putra Mahkota, ini demi keamanan Anda!"
Mia berdecak, lalu mendengus sebal. Dia sudah lelah dan sudah terlalu lama berada di luar. Tapi ucapan asisten putra mahkota benar juga. Kalau ada mereka, setidaknya Mia aman. Tapi, bagaimana kalau dia diserang lagi saat pulang sendirian?
Mia menggeleng keras, dia tidak mau itu sampai terjadi. Jadi, dia akhirnya berbalik dan mengikuti Sherka. "Baiklah, ayo pergi."
Apa yang sebenarnya mau dibicarakan pria menyebalkan itu, sih?
>>><<<
A/N: Baca lebih cepat bisa ke KaryaKarsa atau Bestory ya guys... Gratis 10 Bab pertama, dan untuk bab selanjutnya hanya 2000 rupiah!
Akun KaryaKarsa & Bestory: Bluebellsberry
Judul Cerita: Really, I'm Not Antagonist!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro