Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Orientasi

Angin musim semi mengelilingi negeri sakura, menyapa para pelajar yang hendak memulai tahun ajaran baru. Tentunya, akan ada banyak hal yang menanti mereka seperti tahun-tahun sebelumnya. Kebahagiaan dan air mata akan mereka lalui.

Tidak hanya itu, bunga sakura juga tidak mau kalah. Kelopak bunga sakura yang berguguran, menari-nari bersama angin. Memberikan kesan bahwa mereka tidak perlu mengkhawatirkan apapun yang terjadi.

Seorang gadis bersurai coklat telah memasuki gerbang sekolahnya. Ia sempat menghela nafas panjang setelah mengingat banyak kejadian saat ia masih menjadi siswa baru. Dan tahu-tahu, sekarang ia menjadi seorang kakak kelas.

'Aku harap, kali ini akan berjalan lancar,' batinnya sembari mengamati lingkungan sekitar sekolah yang sudah lama tidak ia kunjungi.

Setelah puas, ia langsung ke kelas. Namun tepat setelah gadis itu ke kelas, seorang siswa baru bersurai coklat kacang telah hadir. Ia tampak bingung sekaligus kagum dengan isi sekolah barunya.

Matanya tampak berbinar. Raut wajahnya menunjukkan rasa kegembiraan yang tiada batas.

"Mau disitu sampai kapan?" tanya seorang gadis bersurai merah muda keabuan.

Gadis yang tengah gembira itu kembali bingung. Ia melihat kembali seragamnya.

"Mengapa seragammu berbeda?" tanyanya.

Lawan bicaranya tersenyum. "Rahasia. Omong-omong, sedang mencari ruang guru?" tanyanya dan dibalas anggukan.

Tanpa bicara lagi, gadis bersurai merah muda keabuan itu menuntun jalannya. Saat tiba disebuah ruangan, gadis itu tampak meletakkan jari telunjuk dibibirnya dan memberikan kode jika ia mengantarkan murid yang tersesat.

"Selamat pagi," sapa anak baru. Kemudian gadis yang mengantarnya berpamitan. Anak baru sempat mencegahnya dan meminta namanya, namun gadis itu mengatakan jika memang takdir, maka mereka akan bertemu kembali.

Anak baru kembali bingung. Ia merasa jika gadis itu benar-benar sombong.

"Baiklah, lupakan dia untuk sementara, Megumi Sachi-san. Mari Sensei antar ke ruang kelasmu."

*****

Sesampainya di kelas, Sachi merasa aneh. Kelasnya sungguh luas nan megah, namun masih kosong. Mungkinkah ia datang terlalu awal?

"Oh, sepertinya Sensei lupa. Hari ini ada pertunjukan khusus untuk demonstrasi siswa baru. Berdasarkan angket, kau memilih untuk barisan idol kan, Megumi-san?" ucap Sensei.

"Benar, Kunugi-Sensei," jawab Sachi dengan tatapan polos.

Kunugi Sensei tersenyum. Ia memandang luar kelas dan mendapati dua muridnya tengah lewat.

"Chisa, Anzu. Bisa kemari sebentar?" panggil Kunugi Sensei.

"Ada yang bisa kami bantu, Sensei?" tanya gadis bersurai coklat yang tidak lain adalah Chisa.

"Sensei masih ada jadwal untuk mengatur demonstrasi idol, bisakah kalian membantu Sensei untuk menemani murid baru berkeliling?"

"Sebenarnya, Anzu juga terlibat. Tapi, aku rasa aku bisa membantu Sensei," ucap Chisa.

Kemudian, Kunugi Sensei bersama Anzu meninggalkan Chisa dan Sachi. Awalnya, Sachi takut menatap Chisa. Bagi Sachi, Chisa tampaknya memiliki sikap yang kaku, mudah marah atau tersinggung, dan sangat teliti. Kurang lebih seperti perfeksionis.

"Ayo, aku antar berjalan-jalan sebelum acara dimulai," ucap Chisa.

Lorong demi lorong mereka telusuri. Ruangan per ruangan pun mereka hampiri. Bahkan tak jarang Chisa mengenalkan Sachi pada kakak kelas yang bertanya mengenai Sachi.

"Yahoo! Chii-chan! Sebelah sini!" sapa seorang laki-laki yang memiliki warna rambut seperti jeruk mandarin. Tampaknya, laki-laki itu tidak sendiri. Ia bersama dengan laki-laki dengan warna rambut kuning nanas.

"Subaru, Yuki. Apa yang kalian lakukan disini?" tanya Chisa.

Ya, laki-laki yang memiliki warna rambut seperti jeruk adalah Akehoshi Subaru dan yang memiliki warna rambut seperti nanas adalah Makoto Yuki. Kabarnya mereka bersama dengan Hidaka Hokuto dan Isara Mao berpartisipasi dalam demonstrasi idola untuk siswa baru meski dengan unit pilihan sekolah yang disebabkan karena mereka belum memiliki unit idola seperti rekan lainnya.

Akan tetapi, Chisa sendiri juga belum masuk menjadi idola. Walaupun dia sendiri sudah merancang solo debutnya. Namun, Chisa selalu menundanya. Terkadang ia tidak memiliki keberanian seperti kakak kelasnya, Mikejima Madara yang bisa melakukan hal sesukanya.

"Kami sedang berjalan-jalan sebentar sebelum acara dimulai," jawab Yuki.

"Oh, kau anak baru!" ucap Subaru dengan wajah terkejut. Sesaat kemudian, ia kembali mengeluarkan aura keceriaan setelah Sachi mengangguk padanya.

"Salam kenal! Aku Akehoshi Subaru dari kelas 2-A. Omong-omong, apa kau punya uang 10 sen?" sambung Subaru.

"Akehoshi, jangan menakut-nakuti anak baru," tegur seorang laki-laki bersurai hitam, Hidaka Hokuto.

"Aku hanya bertanya saja. Omong-omong...."

"Acaranya sudah mau dimulai. Ada baiknya Chisa mengantarkannya ke tempat yang sudah disediakan," potong Hokuto.

"Apapun yang kau katakan," balas Chisa dan kembali memimpin jalan.

Sachi membungkuk sebentar untuk menghormati kakak kelasnya dan dibalas oleh kakak kelasnya. Setelahnya, ia mengikuti Chisa pergi.

Sesampainya di teather, mereka sempat bingung mencari kursi. Ternyata tidak hanya anak baru yang datang, kakak kelas pun curi-curi kesempatan untuk kembali melihat penyambutan siswa baru.

Namun, berkat bantuan Anzu, mereka mendapatkan tempat duduk meski sedikit jauh dari panggung. Saat tirai terbuka, guru yang tidak asing dimata mereka memberikan sambutan hangat. Barulah acara dimulai.

Satu-persatu idola tampil, termasuk rekan Chisa sebelumnya. Anak baru tampak sangat antusias walau mereka berasal dari jurusan yang berbeda-beda. Akan tetapi mata Chisa berkata lain. Ada yang kurang dalam penampilan ini.

'Undead dan Knights tidak tampil?' pikir Chisa. 'Padahal, merekalah pusat perhatian selain Fine. Tapi aku rasa jika begini akan baik-baik saja. Apabila Undead, Fine, dan Knights keluar, kemungkinan ini bukan menjadi masa orientasi murid baru. Justru menjadi ajang unjuk kekuasaan,' sambung Chisa.

"Chisa senpai melamun?" tanya Sachi yang selesai mengobrol ria dengan teman barunya, Hajime Shino, Tomoya Mashiro, dan Mitsuru Tenma.

"Tidak juga," balas Chisa.

"Itu Valkyrie!?" ucap Mitsuru dengan penuh semangat. Baik Sachi, Tomoya, dan Hajime terpukau dengan penampilan kakak kelas mereka, Nazuna Nito. Ia terlihat seperti boneka yang selalu diidamkan oleh anak-anak.

'Shu senpai masih memaksakan tampil. Oh ya, apakah kondisi Nito senpai sudah baikan?' pikir Chisa. Seperti yang Chisa ingat, Nito masih belum ingin bicara dengannya dan Anzu sebelum mereka dikirim ke teater. Dari gelagatnya saja, Chisa masih merasa jika sekolah ini belum sepenuhnya aman dan tentram bagi pendatang baru.

Entah cobaan apa yang akan terjadi pada tahun ini, mengingat cobaan pada tahun Chisa menjadi anak baru cukup berat. Evolusi yang dikatakan, evolusi yang diharapkan belum terwujud hingga sekarang.

'Nito senpai, jangan paksakan suaramu,' pikir Chisa setelah mendapati hal yang mengganjal ditengah-tengah penampilan mereka. Namun keempat adik kelas disebelahnya masih memberikan tatapan kagum pada Valkyrie.

'Aku harap mereka tidak menjadi penggemar berat Valkyrie setelah ini,' sambung Chisa setelah menghela nafas cukup berat.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro