Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Dia!?

Suasana Yumenosaki yang baru rasanya seperti saat Chisa pertamakali hadir. Sangat ringan, nyaman, dan damai.

Terkecuali bagi Sachi. Chisa mendapati Sachi terus mondar-mandir sepanjang lorong bersama anak-anak Ra*bits lainnya, mengingatkan Chisa pada kejadian saat Trickstar hancur.

Apalagi jika bukan adegan anak teater, Romeo Juliet yang diperankan Tomoya dengan Hokuto. Entah berapa kali Sachi memotret Tomoya dengan gaun dan make up era victoria hingga membuat Tomoya sangat malu.

Tidak sampai disitu, dia juga kegirangan saat menunjukkan hasil fotonya pada Wataru selaku ketua teater. Herannya, Wataru juga ikut senang hingga membuat Chisa berpikir bahwa di sekolah ini tidak ada yang waras.

Tidak lama setelahnya, Mitsuru berlari di lorong dan diikuti oleh Keito yang juga berlari, namun seperti pose langkah tegak maju. Baiklah, sampai detik ini Chisa merasa bahwa Yumenosaki semakin tidak waras.

Akan tetapi, karena Chisa penasaran, dia mengikuti Mitsuru dan mendapati anak-anak Ra*bits tengah melakukan pesta teh. Tampak Hajime yang menuang tehnya dan Sachi seperti menyajikan kukis.

"Sachi buat sendiri?" tanya Tomoya yang sudah siap menyantap hidangan kali ini.

Sachi mengangguk penuh antusias, "Aku masih belajar sih. Jika tidak enak atau ada yang kurang, tolong sampaikan."

Masing-masing anak Ra*bits, kecuali Sachi mengambil bagian. Pertama-tama, mereka membolak-balikkan kukis lalu melahapnya.

"Sachi, benar kau bikin sendiri?" tanya Nito.

Sachi takut. Karena pada faktanya, Sachi benar-benar buruk dalam urusan dapur. Baru kali ini saja dirinya berani jika tidak mengingat keinginan Hajime untuk mengadakan pesta minum teh setelah aturan dirubah.

"Woah, ini benar-benar enak!" ucap Mitsuru dengan mata berbinar-binar.

"Um, benar. Ini sangat menyatu dengan tehnya," timpal Hajime.

"Aku baru tahu kalau Sachi punya bakat terpendam untuk membuat kukis selezat ini," tambah Nito.

"Aku bahkan tidak bisa mengatakan apapun. Kukis ini sangat enak," ucap Tomoya.

Sachi tampak ragu, "Kalian tidak berbohong?"

Nito tertawa kecil dan tersenyum setelah menghabiskan kukis ditangannya. "Nii-chan tidak pernah berbohong. Jika salah Nii-chan akan bilang salah, jika baik maka akan Nii-chan bilang baik," jelas Nito.

"Sachi belum sempat mencicipinya? Aaa...." Tomoya menyodorkan potongan kukis bite size pada Sachi.

Spontan, Sachi membuka mulutnya dan Tomoya menyuapinya. Saat Sachi mencicipinya, ternyata memang benar. Kukis yang dirinya buat tidak seburuk dugaannya.

"Memperhatikannya tetapi tidak menghampirinya?"

Chisa berbalik dan mendapati Keito telah berpose untuk menceramahinya. Selain Kunugi-sensei, Keito lah yang gemar menceramahi Chisa.

Seperti kali ini, Keito memperhatikan Chisa dari ujung kaki ke ujung rambut. Ia tampak menghela nafas sejenak dan membenarkan kacamatanya yang tidak bergeser sedikitpun.

"Sudah berapa peringatan yang kau terima, Hayashi Chisa? Berpakaianlah seperti seragam perempuan. Pakai rok sekarang atau akan dapat skorsing," ancam Keito.

Chisa masih setia menatap Keito dengan tatapan datar. Semakin panjang tegurannya, Chisa tetap datar-datar saja.

Pada akhirnya, Keito menghentikan tegurannya. Ia menatap Chisa dan mengatakan jika kali ini Anzu benar-benar membutuhkan bantuan Chisa untuk mengurus beberapa keributan yang akan ditimbulkan dalam jangka waktu dekat. Karena Keito sendiri juga tidak paham dengan pola pikir Eichi.

"Kenapa aku? Sachi juga ada," ucap Chisa. Keito memijit kepalanya sejenak, "Sachi belum bisa diandalkan sepenuhnya seperti anak kelas satu lainnya. Jika dibilang, Sachi memiliki kemampuan tertentu yang hanya keluar disaat tertentu. Buktinya, dia bisa debut dengan Ra*bits dalam waktu singkat."

Benar juga, Chisa bahkan tidak kepikiran hal itu. Sachi memang memiliki tingkah yang merepotkan. Dia cerewet dan periang, mirip seperti rekan satu kelasnya, Akehoshi Subaru. Walaupun begitu, Chisa belum mengenal lebih dalam siapa Sachi yang sebenarnya. Satu kamar bukan berarti dapat mengenal dekat. Satu kamar juga bukan berarti saling mengerti.

*****

Apa yang dikatakan oleh Keito memang benar adanya. Anzu kerepotan menangani lima orang dari sekolah yang berbeda. Ditambah dengan tiga siswa yang tidak asing bagi siswa lama Yumenosaki, Hiyori Tomoe, Nagisa Ran, dan Kurosaki Neko.

Menurut rancangan jadwal dari Anzu, mereka kemari untuk berurusan dengan Trickstar terkait ajang idola tingkat tinggi. Kehadiran mereka sempat membuat penduduk Yumenosaki keheranan, utamanya dari jurusan lain.

"Debut dengan Sachi?" Chisa sedikit tidak menyangka akan keputusan Eichi yang seenaknya meminta dirinya dan Sachi debut. Bukan tanpa alasan, tampaknya Chisa menangkap maksud tersembunyi seperti yang sudah-sudah.

"Tapi kalau dipikir-pikir ada benarnya juga. Chisa dan aku sudah lama kenal tapi tidak kepikiran untuk debut bersama. Lagipula aku sudah menjadi bagian dari Ra*bits," celoteh Sachi.

"Jangan sok dekat denganku," tegur Chisa.

"Ish, Chisa jangan begitu," ucap Sachi.

Eichi tersenyum melihatnya dan menganggap bahwa Chisa dan Sachi memang sangat dekat. Mungkin seperti kedekatan Tori dengan Yuzuru.

"Satu hal lagi. Bukankah sangat berbahaya jika debut di kondisi seperti ini?" ucap Chisa.

"Aku rasa tidak begitu berbahaya. Apalagi jika kalian bisa menarik perhatian idol sekaligus komposer seperti Tsukinaga Leo, maka banyak keuntungan yang bisa kalian raih," jawab Eichi.

"Sejauh ini, aku sudah bernegosiasi dengannya. Namun dia tetap menolak. Mungkin jika dia bertemu dengan kalian, dia bisa berubah pikiran dan akan bergabung dengan kalian," sambung Eichi.

Idol, komposer, dan negosiasi. Sepertinya itu kata kunci mengenai siapa yang dimaksud oleh Eichi.

Setelah keluar dari ruang OSIS, Chisa mengambil nafas dalam. Ia merasa jika dirinya sudah terlalu jauh untuk ikut campur urusan sekolah ini. Lagipula, siapa yang mau debut bersama Sachi meski sebenarnya Chisa juga ingin debut seperti yang direncanakan oleh rekannya sebelum rekannya memutuskan untuk pindah sekolah.

"Ha! Perempuan yang waktu itu!"

Suara Sachi membuat Chisa sedikit terkejut. Chisa menatap arah yang ditunjuk Sachi. Benar adanya, seorang perempuan mantan warga Yumenosaki tengah menatap jendela. Dari tatapannya, Chisa paham jika gadis itu tengah bernostalgia.

"Chisa, ayo hampiri dia," ucap Sachi yang tanpa meminta izin, langsung menarik tangan Chisa untuk mengikutinya.

"Neko-senpai, salam kenal!" sapa Sachi dengan penuh semangat.

Neko sedikit tersenyum, "Salam kenal. Akhirnya kau mengetahui namaku."

"Yah, seperti yang Senpai katakan. Tampaknya takdir kembali mempertemukan kita," balas Sachi.

"Terimakasih sudah mempercayainya. Tidak seperti Chisa yang sulit mempercayai beberapa hal."

Sachi menatap Chisa. Tentunya Chisa sudah memberikan tatapan datar, bahkan sangat datar dari biasanya. Seolah-olah ia telah membangun tembok tebal agar tidak diruntuhkan oleh siapapun.

Pada akhirnya, Sachi mencairkan suasana dengan mengajak kedua kakak kelasnya duduk di kantin dengan menu yang Sachi rekomendasikan juga. Bagaimana dengan Chisa? Dia masih berekspresi datar walaupun hidangan mewah tersaji dihadapannya.

"Aku dengar, kau sudah debut menjadi anggota Ra*bits, Sachi?" ucap Neko setelah mencicipi salah satu makanan yang dihidangkan.

Sachi mengangguk antusias. "Senpai ... maksudku, Neko tahu? Woah, padahal aku tidak tampil di panggung tapi Neko tahu. Kemampuanku memang keren," puji Sachi pada dirinya sendiri.

Neko tersenyum kecil mendengarnya.

"Oh iya, Neko. Selama berada di Shuetsu, apa yang kau lakukan sebagai idola?" tanya Sachi.

"Membuat laguku sendiri walaupun aku masih belum ingin menampilkannya di publik. Meski begitu, aku memilih aktif di dunia musikal. Selain itu, ketua OSIS kalian sempat bernegosiasi denganku mengenai idol grup wanita. Namun aku belum berniat memberikan jawaban," jawab Neko.

Tunggu, sepertinya Chisa mengetahui sesuatu. Idol, komposer, dan negosiasi. Mana mungkin Chisa berdiri satu panggung dengan orang yang sudah menghancurkan impian rekannya.

"Woah, apakah itu mirip seperti Leo-senpai dan ayahnya Nagisa nii?" tanya Sachi.

"Nagisa nii? Maksudnya Nagisa Ran?"

"Un! Maaf, itu kebiasaanku saat di rumah. Tapi, ayahnya Nagisa-senpai membuat lagu untuk Eden dan kabarnya di komposer oleh seseorang di sekolah."

"Itu aku. Aku yang melakukan komposer untuk mereka juga jika ayah Nagisa tidak sempat," jelas Neko.

Sachi kembali berbinar-binar. "Aku sudah mencoba membuat lagu. Kalau begitu, boleh kapan-kapan kita buat lagu bersama!" ucap Sachi dengan penuh antusias.

"Tentu," jawab Neko tanpa pikir panjang.

Chisa ingin sekali menghentikannya. Bekerja sama dengan Shuetsu ataupun Reimei hanyalah buang-buang waktu, yang ada hanya dimanfaatkan oleh mereka saja. Apalagi kedua sekolah elit itu dididik oleh ayah dan ibu dari Hidaka Hokuto. Sungguh level mereka sangat jauh lebih tinggi dibandingkan Yumenosaki.

"Chisa harus ikut, ya," pinta Sachi.

"Tidak. Aku tidak mau membuat diriku lelah untuk orang lain," elak Chisa.

"Tapikan dia bukan orang lain. Dulunya ia juga anggota Yumenosaki," bela Sachi.

"Sekarang dia di Shuetsu, sama saja dengan orang lain bagi Yumenosaki," tegas Chisa.

Sachi menggebrak meja pelan lalu mengatakan jika dirinya ingin ke toilet. Sesegera mungkin, Sachi berlari dari hadapan Chisa. Ya, Chisa paham jika Sachi tengah tantrum padanya.

"Sachi terlalu periang untuk Chisa yang selalu terpaku pada satu acuan."

Chisa sama sekali tidak berminat membuka topik dengan anak dari Shuetsu. Chisa memilih menghabiskan makanannya, daripada tidak ada yang makan sama sekali.

"Masih berminat debut denganku? Aku bisa membantu kalian dalam beberapa hal ...."

"Tidak, terimakasih. Aku dan Sachi bisa debut sendiri. Jika diperlukan, aku akan bicara baik-baik dengannya," potong Chisa dengan sangat tegas.

Neko mengukir senyum kecil. Ia merasa tertantang, sama seperti saat Rei meminta dirinya untuk menghancurkan idol wanita agar para wanita tidak menjadi bagian dari boneka Fine.

Lagipula Neko hanya iseng menanyakannya. Dirinya juga sudah terlanjur nyaman sebagai solo idol semenjak rekannya pergi. Namun ia juga tidak tahu apa rencana Eichi kali ini. Jika memang Eichi memaksa mereka bersatu, Neko tidak yakin jika ini ide yang bagus.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro