POS| Hey
9 tahun yang lalu..
Hari ini hujan deras. Langit sangat gelap padahal masih siang. Aku merasakan Bang Galen mengangkat tubuhku dan masuk kedalam mobil.
Aku mengantuk. Tapi suara getir Ayah masih dapat terdengar olehku. Tidak begitu jelas. Hanya ada kata "pikir" dan "Geo" yang dapat aku tangkap.
Mobil berhenti. Sekelebat aku lihat Ayah dan Bunda langsung keluar tanpa peduli hujan yang mengguyur mereka.
Aku membuka mataku ketika Bang Galen hendak keluar juga.
"Bang Alen..." suaraku parau. Aku enggan ditinggal sendirian.
"Zizi tunggu disini, ya. Ada yang perlu bantuan Alen Man. Jangan takut," dan begitulah Bang Galen juga keluar meninggalkanku.
Dari jendela mobil aku lihat banyak mobil usang dan tidak terawat. Ada seseorang disana.
Tangan kecilku menggapai pintu mobil dan mendorongnya. Bang Galen lupa memakaikan sepatu. Aku turun tanpa sepatu. Hujan langsung membasahi kepalaku tanpa ampun.
Semakin dekat, semakin jelas. Anak laki-laki lebih kecil dariku. Aku takut bunyi petir, sepertinya anak laki-laki itu juga. Kedua tangannya terangkat menutup telinganya. Mata sembab dengan bibir yang membiru, dia kedinginan.
"Ayo," tanganku terulur meminta tangannya menyambutku. Tapi dia tidak menoleh sedikitpun.
Aku ikut berjongkok didepannya. Anak laki-laki itu menoleh dengan bibir bergetar.
"Ayo pulang," ucapku yang sudah mulai menggigil.
Laki-laki itu terlihat kebingungan. Aku juga jadi bingung.
"Enggak ada suara," ucapnya pelan dengan suara bergetar.
Aku mengulurkan tanganku dihadapannya lagi. Laki-laki itu menatap tanganku lama lalu kembali menatapku. "Pu ... lang," ucapku perlahan.
"Pu... lang?" tanyanya ragu.
Aku mengangguk mantap. Ya ampun, berapa lama dia disini? aku saja sudah kedinginan.
Dia menyambut uluran tanganku yang sudah bergetar dengan jemari yang mulai mengerut.
"Geo!! Zidny!!"
Aku terkejut ketika Ayah datang. Ayah membawaku dan anak laki-laki itu kedalam pelukannya.
"Galen, bawa Zidny," ucap Ayah yang kemudian menggendong anak laki-laki itu. Saputangan jatuh dari sakunya.
Geovano Anderza, 2003.
Aku lebih tua.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro