Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

04: The Snow Monster of the North

"Dobryy vecher*."

[*note: dobryy vecher (Добрый вечер) dalam bahasa Kesatuan Federasi Utara berarti "selamat sore/malam."]

Bulu kuduk So Raru langsung berdiri ketika membalik badan. Sosok berwajah pucat itu tersenyum padanya. Sepasang batu rubi menyorot diantara helai bulu mata seputih salju. Ciri fisik yang tinggi besar dan pucat ditambah tanda menyerupai barkode di bawah mata kiri. Tidak salah lagi...

Orang ini adalah momok yang disebut-sebut sangat ditakuti di dunia bawah Federasi. Si psikopat sadis yang kabarnya senang menghancurkan tengkorak manusia.

Sang "Monster Salju dari Utara".

Mafuyu Abramovich Raskolnikov.

Cepat-cepat So Raru menarik kesadaran kembali. Ia harus fokus. Terlihat gentar hanya akan membuat lawan bicaranya melihat celah. Maka, dengan nyaris tak ragu sama sekali sang agen begitu tenang membalas. "Selamat malam. Apakah kita saling mengenal?"

Tampak pria itu mengerjapkan mata beberapa kali dengan sorot cukup terkejut. Setelah itu, dia menyembur tawa tertahan. "Tidak, tidak sama sekali, Sir. Hanya saja Anda terlihat larut dalam pikiran Anda sendiri. Jadi, saya mencoba menyapa Anda."

Tanpa mengubah airmukanya, So Raru langsung membalas, "Terima kasih sudah mengkhawatirkan saya. Tapi tidak usah pedulikan saya. Saya baik-baik saja."

"Benarkah?" Sebelah alis Mafuyu Abramovich naik. Tubuhnya sedikit dicondongkan ke depan hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa senti. Sekali lagi bibir pucat lelaki albino tersenyum. "Bagaimana mungkin saya tidak mempedulikan Anda? Apalagi, karena Anda sedang asyik memerhatikan foto saya seperti itu."

So Raru seketika terhenyak, sadar bahwa orang ini memang sedang memergokinya. So Raru menarik napas dalam. Masih tenang ia menyahut, "Apakah salah bagi saya untuk mencari tahu rupa orang-orang yang hadir di perjamuan kali ini?"

Sekali lagi sepasang mata pria albino mengerjap. "Anda tahu saya akan hadir?"

Kenapa fokus pembicaraannya jadi ke arah sana?

Menyimpan pertanyaan itu untuk benaknya sendiri, So Raru balik melempar pertanyaan lain, "Bukankah keluarga Anda pemegang tanggung jawab administratif daerah Rdovka?"

Syukurlah dia mengingat dengan baik seluruh informasi yang disampaikan Kolonel Gero.

Namun, lagi-lagi balasan Mafuyu membuat batinnya terhenyak. "Anda sepertinya tahu sekali soal saya, ya? Padahal tadi mengaku tidak kenal."

Orang ini pandai sekali bicara, So Raru berdecak pelan. Lagi-lagi, kalimat yang keluar dari lisannya berbeda dari yang dia pikirkan. "Bukankah Anda yang langsung menyimpulkan sepihak tadi? Saya mungkin mengenal Anda, tapi, memangnya Anda mengenal siapa saya?"

"Ah..." Pria itu kembali tersenyum. So Raru nyaris menahan napas ketika wajah itu malah semakin mendekat. Tepat di samping daun telinga kirinya, So Raru bisa mendengar pria itu berujar pelan. "Apakah 'siapa' yang Anda maksud itu 'seekor gagak dari timur yang terbang di langit malam'?"

Sontak kedua manik biru safir melebar. Sepasang alis sang agen segera menukik. Tanpa harus melihat wajahnya, So Raru bisa merasakan senyum tenang seorang Mafuyu Abramovich masih bertahan di belakang sana. Kepalan tangan lelaki gagak mengerat. Sangat lirih bibirnya berbisik tajam, "Sejauh mana yang kau tahu?"

"Anda ingin saya menjawab bagaimana?"

"..."

Dalam keheningan saling bisu mereka, So Raru bisa merasakan embusan napas menyapu daun telinga kirinya. Entah ekspresi macam apa yang pria albino itu buat di belakang bahunya, So Raru tidak tahu dan tidak ingin tahu. Mungkin sang lawan bicara berpikiran sama, sehingga sama sekali tak membuka percakapan lain. Selama itu yang terdengar hanya lantunan orkestra yang mendominasi hiruk pikuk pesta dibumbui riuh rendah cengkerama para tamu. Tanpa konversasi, mereka hanya menyelidiki detak jantung dan nafas masing-masing oponen. Hingga kemudian, Mafuyu menjauhkan tubuhnya. "Anda tenang sekali, ya. Tidak asyik."

"Memangnya Anda ingin saya bersikap bagaimana?"

Mendengar pertanyaannya dikembalikan, Mafuyu tertegun sekian detik. Selanjutnya ia beri tawa pelan pada So Raru. "Tidak, saya bercanda. Rasanya mengobrol dengan Anda cukup menyenangkan."

Tidak. Tidak menyenangkan sama sekali. Pergilah, lagi dan lagi kalimat itu hanya ditahan sebatas omongan batin. Seperti membaca pikirannya, Mafuyu kembali membuka suara, "Apa Anda yakin tidak ingin bertukar dialog lebih jauh dengan saya? Saya bisa saja satu-satunya orang yang bisa membantu Anda saat ini."

Kepal tangan So Raru diam-diam mengerat lagi. Setelah menahan gerit gigi di balik wajah datarnya yang menyorot dingin, So Raru mengembus napas panjang. Tanpa mengendurkan tajam matanya sang agen melirih, "Dimana tempat bicara yang lebih aman?"

Pria albino di depannya tidak langsung menjawab. Dia membalik tubuh, memenuhi pandangan So Raru dengan mantel bulu hitamnya yang berukuran besar. Melihat pemandangan seperti itu, So Raru rasanya kini mengerti darimana asal panggilan "beruang" yang didapatkan lelaki ini.

"Ikuti aku," itu kata dia.

Menuruti permintaan bukan berarti So Raru mengendurkan kewaspadaan. Ia tetap mengekor dengan berjarak. Mereka keluar dari aula melalui salah satu pintu di sisi samping. Untuk beberapa lama, keduanya menyusuri lorong panjang yang diterangi lampu-lampu kuning hangat temaram. Satu-satunya bunyi yang terdengar adalah gema langkah mereka sendiri. Baik So Raru maupun Mafuyu, keduanya sama sekali tak ada niat untuk mengajak bicara satu sama lain.

Hingga akhirnya Mafuyu membuka satu-satunya pintu di ujung lorong, mereka telah tiba di halaman samping Hall Basilika. Tak ada seorang pun terlihat di sana. Mafuyu melanjutkan langkahnya diikuti So Raru menuju sebuah gasebo yang berada di salah satu sudut di tepi taman samping Hall.

Barulah saat keduanya sama-sama berdiri di bawah naungan kubah gasebo tersebut, Mafuyu membuka percakapan lagi. "Di sini tidak akan ada yang mendengar kita. Jadi, Anda dan saya bisa berbicara dengan bebas."

"Kau yakin sekali," kalimat So Raru jelas terdengar sangsi. Mafuyu membalas santai, "Tentu saja saya yakin."

So Raru melipat kedua tangan di depan dada. Wajahnya terlihat masam saat kedua matanya terpejam dengan alis berkerut. Sejenak kemudian wajahnya beralih ke sisi kanan. "Kau tidak berharap aku akan menaruh kepercayaan dengan mudah pada biang masalah tanpa tali kekang sepertimu, kan?"

"Benar, kan, ternyata kau tahu tentang aku." Pria albino masih belum mengendurkan senyum tenang di wajahnya.

"Ha! sekarang kau mulai bicara kasual, huh?" Kedua manik So Raru lurus pada sepasang merah delima itu, "Mafuyu Abramovich Raskolnikov, putra tunggal dari pasangan Abram Vasilyevich Raskolnikov dan Elena Aleksandrovna Melnikova. Lahir dan besar di Rdovka dan menghabiskan sepanjang masa kecilnya disana, tak pernah menampakkan diri di acara sosial mana pun sampai kedua orangtuanya meninggal 10 tahun lalu. Sekarang berumur 25 tahun dan masih tinggal di Rdovka meski menghabiskan sebagian besar waktunya di Moskva.

"Selain catatan kematian kedua orangtuanya yang misterius, sejak kemunculannya mulai banyak masalah dan teror yang terjadi di dunia bisnis bawah tanah Federasi, terutama Moskva. Manifestasi dari 'dongeng yang keluar dari buku'. Orang-orang di dunia bawah menyebut pria itu 'Monster Salju dari Utara'. Selain terlibat dalam sejumlah praktik kotor, dia juga dicurigai bertanggung jawab atas rangkaian aksi brutal yang membuat orang-orang di dunia bawah resah sepanjang satu dekade terakhir. Bagaimana mungkin aku bisa memercayakan diriku pada orang seperti itu?"

Satu dengkusan lembut terdengar. "Sepertinya kau tidak menjelaskan semuanya dengan objektif, gospodin* So. Aku merasa dicurangi karena diberi penilaian sebelah mata seperti itu," nada bicara Mafuyu masih terdengar tenang.

[*note: gospodin (господин) dalam ungkapan Federasi setara dengan "Sir", "Lord", atau "Mister". Meski begitu, istilah ini sangat jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Mafuyu menggunakan honorifik ini dengan memikirkan tata krama pada So Raru yang merupakan orang asing.]

Sekali lagi mimik So Raru terlihat masam. Satu decakan sempat dia beri sebelum membalas protes dari pria yang berusia lebih muda itu. "Kau juga ternyata sudah tahu namaku, tuh. Yah, baiklah. Harus kuakui, kau adalah pria dengan jaringan koneksi dan informasi yang sangat luas; baik di dunia politik maupun di dunia bawah. Kinerjamu mengurus daerah menggantikan ayahmu juga dinilai sangat bagus meski kau menyerahkan sebagian besar pekerjaan di sana pada bawahanmu. Dan menurut penyelidikanku--"

Tangan kanannya menengadah menghadap ke arah sang lelaki albino. Meski begitu sepasang mata So Raru sedikit menyipit tak senang. "--Semua sumber yang kudapat mengatakan bahwa kau adalah gudang informasi terlengkap dunia bawah Federasi."

Kolonel Gero benar. Rasanya mustahil menghindari berurusan dengan orang ini di dunia bawah tanah Utara.

"Kurang lebihnya memang seperti itu," nada bicara Mafuyu terdengar riang. So Raru lagi-lagi berdecak. "Jadi," kini ia berkacak pinggang, "kurasa kau juga sudah mengerti situasinya?"

Dengan santai Mafuyu mengangkat kedua tangan hingga kedua telapaknya sejajar dengan telinga. "Aku bersumpah tidak mengetahui apa pun melebihi batas yang seharusnya. Selain itu, aku bisa menjamin bahwa informasi yang kau dapatkan dariku akan sangat berguna."

"...Lanjutkan."

Mafuyu merogoh bagian dalam jasnya, kemudian menyerahkan selembar foto kecil bersama sebuah bungkusan berukuran sama dengan foto itu pada So Raru. Ketika sang agen melihat foto tersebut, maniknya sedikit melebar. Di dalam foto, tampak sebuah kepingan chip kecil yang telah dihancurkan berkeping-keping. Ia bisa melihat dengan jelas emblem Kekaisaran di sudut kepingan-kepingan tersebut.

"Benda itu pertama kali ditemukan di sebuah kamar hotel di daerah barat Moskva. Serpihannya ada di dalam bungkusan yang kuserahkan padamu. Penyewa kamar sebelum barang itu ditemukan adalah seorang turis asal Republik Kepulauan di barat daya."

"Republik??"

Mafuyu mengangguk. "Kemungkinan besar memang tamu ini yang menghancurkan chip-nya. Dia sengaja memilih menginap di hotel bintang satu yang minim kamera pengawas. Gerakan yang cukup cerdik."

"Tapi ini tidak masuk akal," So Raru menyanggah, "tidak ada masalah pada hubungan antara Kekaisaran dengan Republik. Setahuku Republik juga bukan negara yang suka mencari masalah dengan negara lain. Kenapa..."

"Haha, itu juga yang ingin aku tanyakan," kalimat ini diujar lirih, nyaris tak terdengar oleh So Raru. Namun, belum sempat So Raru menanyakan apa maksudnya, Mafuyu keburu memotong duluan, "Tapi yang jelas, sepertinya orang ini juga tidak ada kaitannya dengan pemerintahan Republik. Dia datang kemari untuk menghadiri acara peluncuran game yang akan diadakan dua hari lagi."

Baiklah, rentetan informasi yang dia dengar semakin terasa konyol. So Raru langsung menyambar, "Apa kau sedang mempermainkanku?"

Mafuyu segera menggeleng di sela gelaknya yang masih ditahan, "Sayang sekali aku serius. Aku akan memberimu foto orangnya dan alamat tempat peluncuran game itu. Datanglah kesana dua hari lagi dan kau akan mengerti."

Tetap saja kalimat itu tak meluruhkan kecurigaan So Raru. "Jika kau memang sepercaya diri itu, aku ingin mendengar detail soal orang ini lebih jauh. Kau tidak akan merasa keberatan, kan?"

"Tentu saja, Tuan Klien. Jika Anda bersepakat melakukan transaksi dengan saya."

Tanpa sadar sudut bibir So Raru berkedut. Sudah dia duga, orang ini memang pandai sekali bicara. Sejak tadi, percakapan mereka rupanya sudah digiring ke arah ini. Namun, sekali lagi So Raru tidak memiliki pilihan lain. Untuk saat ini, dia tidak bisa pilih-pilih. Dia harus menggenggam informasi dan petunjuk sekecil apa pun agar misinya berprogres. Dia sedang berbalapan dengan waktu.

Setelah membuang napas dengan kasar, akhirnya So Raru menyatakan setuju untuk bertransaksi dengan si pria albino. "Berapa yang harus kubayar?"

Lihat itu wajahnya yang tersenyum puas. Mafuyu kembali merogoh bagian dalam jas untuk mengeluarkan sebuah flash disk. "Semua informasi yang kau inginkan ada di sana. Semua, kecuali motif."

Dengan perkataan itu, Mafuyu melenggang santai, mulai berjalan menjauh ke balik punggung So Raru. Sang agen bersurai gagak mengikuti perpindahan Mafuyu dengan arah wajahnya sembari berkata, "Hei, transaksi ini tak imbang."

Perkataan itu membuat Mafuyu berhenti. Tanpa membalas tatapan So Raru dia membalas, "Kenapa?"

"Kau menyerahkan ini secara cuma-cuma? Apa bayaranmu dari melakukan hal ini?"

Ada kesunyian yang sedikit panjang diantara keduanya. Embus pawana berbisik mengisi ruang. Hingga pada satu momen, Mafuyu akhirnya melirik dari balik bahu. "Bagaimana dengan sedikit hiburan?"

"Maaf?"

So Raru masih tidak mengerti darimana asal kesenangan yang membuat bibir itu terus menyungging senyum tenang. Ringan pula nada suara lembut yang keluar dari si pemilik bibir. "Aku menantikan keseruan apa lagi yang akan kau berikan untukku."

Sepasang kaki jenjangnya kembali berjalan menjauh. Kalimat terakhir yang didengar So Raru sebelum sosok itu benar-benar pergi adalah,

Sepasang biru memandang sepat punggung lebar sang albino. "...Jangan muncul lagi di hadapanku."

Sosok Shō Sei yang tampak sedang menunggunya di dekat pintu masuk Hall sedikit mengejutkan So Raru. Selagi menaikkan posisi kacamata dengan telunjuk, sang duta besar bertanya, "Dari mana saja, kau? Aku mencarimu kesana kemari."

Satu helaan napas panjang meluncur dari mulut So Raru. "Aku baru saja bertemu seorang pria yang mengaku sebagai informan dan tahu soal petunjuk yang kita perlukan."

Seketika wajah Shō Sei menegang setelah mendengar kalimat itu. Namun, itu tak lama. Sorot matanya segera sarat akan kewaspadaan. Nyaris berbisik pria itu bertanya, "Siapa 'informan' yang kau maksud?"

"Seekor beruang raksasa."

Wajah Shō Sei tersirat baru saja memvalidasi sesuatu, terlihat dari bagaimana otot rahangnya berelaksasi. Aneh, suaranya kemudian sedikit terdengar 'lega'. "Jadi kau sudah bertemu dengan Raskolnikov?"

Mata sebiru langit malam sedikit menyipit. "Anda kenal pria itu?"

Shō Sei sempat bercelingak-celinguk memerhatikan sekitar. Setelah merasa cukup aman, dia mengajak So Raru masuk ke sebuah ruang istirahat. Barulah di sana dia memberi penjelasan secara gamblang.

"Aku yakin pihak EMORSA sudah memberitahumu."

"...Ya, kurang lebih. Tapi, detail tentang profilnya aku cari tahu sendiri."

Kotak berisi batangan rokok dikeluarkan. So Raru menolak dengan gestur tangan ketika satu batang hendak disodorkan padanya. Sambil memantik korek gas, Shō Sei melanjutkan, "Tidak ada yang tidak mengenal dia di sini. Meski kubilang begitu, memang setiap sisi 'mengenal' dia sebagai sosok yang berbeda. Tapi, semua sepakat akan satu hal; Pria yang masih sangat muda itu mengetahui hampir semua hal yang terjadi di Utara."

Baiklah, kini sebelah alis So Raru naik. Skeptis nada bicaranya kemudian, "Sebegitu hebatnya?"

"Yah, tidak bisa dibilang 'hebat' sih," Shō Sei menyulut batangan tembakau, "kesampingkan fakta bahwa meski punya darah keluarga terhormat, dia hanya penguasa tingkat rendah di sebuah kawasan kecil paling utara yang berbatasan dengan kutub dan nyaris selalu bertemu suhu nol derajat ke bawah sepanjang tahun. Yah, daerah miskin sumber daya, memang. Namun, biar begitu anak ini selain pandai dalam urusan administratif, dia sangat pandai bicara."

Alam bawah sadar So Raru mengiyakan kalimat yang terakhir.

Penuturan Shō Sei berlanjut, "Sebut saja dia 'bussinessman'. Dia tidak akan pernah melewatkan kesempatan sekecil apa pun yang bisa dia ambil. Kelihaian lidahnya berorasi membuat dia bisa berkoneksi dengan banyak sekali orang; Penguasa daerah lain, masyarakat di daerah ia berkuasa, parlemen, sampai kelompok gangster, kartel-kartel mafia Slavic, you name it. Selain pintar memanfaatkan situasi, dia memahami betul nilai yang dia miliki dan membuat hal itu menonjol. Keluarganya pengelola perusahaan logistik, bukan?"

"Ah..." Seketika, So Raru memahami apa maksudnya.

Nilai yang sangat berguna bagi dua sisi dunia; atas dan bawah. Siapa pun yang masih waras tidak akan membodohi diri dengan menyia-nyiakan aset sekrusial itu.

Selagi menggaruk tengkuk, So Raru melirih, "Tidak heran kenapa dia bisa menjadi gudang informasi..."

Helaan napas panjang Shō Sei mengalihkan atensi. Pria itu bicara setelah menghirup tembakaunya satu kali, "Masalahnya adalah, dia itu tidak ada bedanya dengan binatang buas yang tidak bisa dikekang. Dia tidak berpihak pada siapa pun dan tidak akan menuruti perintah siapa pun."

"Dia melakukan apa pun sesuka hati tanpa benar-benar memikirkan konsekuensinya bagi orang lain," So Raru menambahkan. Raut Shō Sei sempat terkejut mendengarnya, sebelum kemudian lelaki itu mendengkus. "Kau benar-benar sudah mencari tahu, ya."

"Tentu saja," tenang So Raru membalas, "dalam pekerjaan seperti ini, terlebih aku berada di tanah asing, mengetahui oponenku adalah sebuah kewajiban. Yah, meski sebenarnya aku tidak tahu lebih banyak dari ini soal 'monster salju' itu."

Shō Sei mengangguk. "Lebih baik kau tidak terlibat jauh dengan dia. Mafuyu Abramovich memang 'netral'. Tapi, karena tabiat yang susah diprediksi, anak itu persis bom waktu. Bahkan dengan rekam jejak seburuk itu, pemerintah tidak kunjung menyeretnya ke balik jeruji besi."

"Karena mereka sadar betul bahwa orang ini sangat berguna."

"Tepat. Selagi kerugian yang ditimbulkan olehnya tidak terlalu mengancam negara, ada semacam 'pembiaran' yang terjadi."

Mengakhiri pembicaraan, Shō Sei berjalan melewati So Raru. "Aku tidak tahu kalian membicarakan apa saja, tapi, satu hal yang bisa aku pastikan padamu; dia tidak akan berbohong dalam pertukaran informasi."

So Raru diam, membiarkan langkah sang duta besar menjauh hingga diakhiri oleh derit pintu.

***

To be Continued...

Chapter ini isinya full julidin Mafeng ya, awokwowkwok.

Sedikit fun fact buat kalian, tadi sebelum pergi, Mafu mengucapkan "do vstrechi" (До встречи) dan bukan "do svidaniya" (До свидания) ke Soraru. Dua-duanya sama-sama berarti "sampai jumpa", tapi, "do svidaniya" lebih formal diucapkan. Sedangkan "do vstrechi" digunakan kepada teman atau orang yg lebih dekat "dengan harapan akan bertemu kembali dengan yang bersangkutan".

Makanya habis itu Soraru bales, "Jangan muncul lagi di hadapanku"

(Kafka ngga expect ternyata jidat So Raru sangat memesona🛐🛐🛐)

By the way, ke depannya Kafka akan banyak menyebut "Republik" nah, negara ini beda lagi ya. Jadi jangan ketukar antara Kekaisaran, Federasi, dan Republik.

P.s: Federasi dan Republik itu dua bentuk pemerintahan yang berbeda ya meski banyak kesamaan.

Dah, keknya itu aja sih catatan untuk chapter kali ini. Kita ketemu lagi di update berikutnya! Babai~

January 8, 2024
-Sierrakafka-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro