Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tersipu Malu

Suara burung berkicauan di pagi hari membuat Putri Wei terbangun dari tidurnya. Putri Wei membulatkan mata sempurna ketika potongan kejadian semalam terlintas di ingatannya.

"Astaga, apa yang terjadi," gumam Putri Wei pelan.

Putri Wei melirik ke arah samping melihat sang suami masih tertidur pulas dengan wajah lelahnya. Putri Wei menyingkirkan lengan Pangeran Dong perlahan dari perutnya. Ia lantas meraih bajunya yang tergeletak di lantai dan segera mengenakannya.

"Sssh," desis Putri Wei menahan ngilu di bagian bawahnya.

Putri bergerak menuruni ranjang lalu menuju  ke ruang mandi.

"Sebaiknya aku mandi dulu," ucap Putri Wei sembari berjalan tertatih menuju ruang mandi.

Putri Wei menceburkan tubuhnya perlahan ke dalam bak mandi memijat mijat tubuhnya yang terasa lelah sekali.

"Astaga sakit sekali rasanya," keluh Putri Wei pelan.

Beberapa saat kemudian sebuah senyuman dan rona nampak jelas di wajah Putri Wei. Ia mulai mengingat ingat lagi kejadian semalam bersama sang suami dimana sang suami dengan lembut menggagahinya.

"Ini seperti mimpi," gumam Putri Wei.

"Benarkah semalam dia meminta haknya?" ucap Putri Wei lirih sembari tersenyum malu.

Putri Wei memijat lembut tubuhnya sendiri mencoba menghilangkan rasa lelah akibat kegiatan panasnya semalam.

"Segar sekali," desis Putri Wei sembari mengeringkan tubuhnya.
Putri Wei menuju ruang ganti, tangannya terulur membuka sebuah lemari untuk mengambil sebuah baju. Tak seperti biasanya, kali ini Putri Wei kesusahan mencari baju yang tepat untuknya. Ia bahkan berganti beberapa kali demi terlihat cantik di depan sang suami.

"Baiklah ini saja, ini juga terlihat manis," ucap Putri Wei sembari merapikan hanboknya.

Putri Wei sudah terlihat rapi dan menawan dengan hanbok biru muda yang ia kenakan. Ia lantas bergerak menuju ke ranjang mencoba membangunkan sang suami yang sedari tadi belum bangun.

"Yang mulia bangunlah, hari segera siang," ucap Putri Wei lembut sembari menggoyang goyangkan lengan Pangeran Dong.

"Engggh," erang Pangeran Dong sembari merenggangkan ototnya.

Pangeran Dong terkejut melihat Putri Wei yang duduk sangat dekat dengannya. Ia pun segera menegakkan tubuhnya menjadi posisi duduk.

"Kau sudah mandi? " tanya Pangeran Dong lembut.

Putri Wei mengangguk pelan. "Hemmm... sudah yang mulia," ucap Putri Wei lembut.

"Kenapa tidak membangunkanku? kita kan bisa mandi bersama seharusnya," ucap Pangeran Dong yang membuat wajah Putri Wei merona. Tak seperti Putri Wei yang harus mengumpulkan kesadarannya tentang kejadian yang semalam telah mereka lakukan. Pangeran Dong justru dengan mudah mengingatnya.

"Baiklah aku mandi dulu, mintalah pelayan untuk menyiapkan makanan," ucap Pangeran Dong beranjak dari tempat tidurnya.

Pangeran Dong dengan percaya diru bangkit dari ranjang tanpa mengenakan sehelai pakaian pun membuat Putri Wei tertunduk malu.

"Y-yang mulia, emmm i-itu...." ucap Putri Wei malu malu.

Pangeran Dong terkekeh geli melihat ekspresi Putri Wei. "Kenapa memangnya? bukankah semalam kau sudah melihatnya?" goda Pangeran Dong yang membuat wajah Putri Wei semakin merona.

"Ta-tapi yang mulia," ucap Putri Wei.

"Tapi apa?" tanya Pangeran Dong.

Putri Wei menggeleng lemah. "Ti-tidak yang mulia."

Pangeran Dong pun melanjutkan langkahnya menuju ruangan mandi.

"Kau lucu sekali Wei," ucap Pangeran Dong terkikik geli.

Putri Wei memanggil seorang pelayan untuk menyiapkan makanan untuk dirinya dan sang suami lantas menyiapkan baju sang suami. Beberapa saat kemudian Pangeran Dong memanggil Putri Wei lantas memintanya membantu mengenakan pakaian.

"Wei kemarilah," panggil Pangeran Dong.

Putri Wei berjalan mendekat ke arah Pangeran Dong dengan tergesa. "Ada apa yang mulia?" ucap Putri bergerak mendekat.

"Bantu aku mengenakan bajuku Wei," titah sang suami sembari mengulurkan pakaian miliknya.

Dengan gugup Putri Wei menerima pakaian Pangeran Dong lalu membantunya mengenakan pakaian tersebut ke tubuh pangeran Dong. "B-baik yang mulia," ucap Putri gugup.

Putri Wei menunduk tak berani melihat wajah Pangeran Dong. Ia bergerak mendekat i tubuh sang suami mengeringkannya lalu membantu sang suami mengenakan pakaiannya kemudian merapikannya.

"Terima kasih Wei," ucap Pangeran Dong setelah Putri Wei membantu mengenakan pakaiannya.

"Tidak perlu berlebihan yang mulia ini adalah tugas hamba," ucap Putri Wei lembut.

"Wei," panggil Pangeran Dong lirih namun masih bisa di dengar denan jelas oleh Putri Wei.

"Iya yang mulia," jawab Putri Wei.

"Mmm bisakah kau berbicara biasa saja? M-m-maksudku jangan terlalu formal. Aku ingin kau memanggilku Dong, apa kau bisa mengabulkannya?" ucap Pangeran Dong hati hati.

"T-tapi," baru saja Putri Wei ingin mengeluarkan bantahan telunjuk Pangeran Dong sudah terlebih dahulu mengunci bibirnya memberi isyarat untuk tidak melanjutkan ucapannya.

"Panggil aku Dong, aku ingin mendengarnya sekarang," titah Pangeran Dong yang dibalas anggukan kepala oleh Putri Wei.

"Ba-baik Dong."

"Bagus, aku suka mendengarnya," ucap Pangeran Dong tersenyum puas.

"Wei lusa aku akan kembali bertugas ke perbatasan,  apakah kau mau berjanji sesuatu hal?"

"Katakan saja Dong," ucap Putri Wei kemudian.

"Jaga dirimu baik baik dan jangan membuatku khawatir seperti kemarin."

"Baiklah, maafkan aku jika kemarin membuatmu khawatir. Sungguh aku tak bermaksud demikian," jelas Putri Wei.

"Tak apa, aku tahu ibu melakukan karena ia ingin aku pulang dan menemanimu," tukas Pangeran Dong.

Tanpa disangka sangka Pangeran Dong menangkup kedua pipi Putri Wei kemudian mencium bibirnya lembut tanpa menuntut. Suara langkah seseorang yang datang ditambah sebuah ketukan pintu kamar membuat keduanya menyudahi ciuman mereka. Mereka berdua saling menunduk dan tersipu malu.

"Ada yang datang Wei sebaiknya kau bukakan pintu dulu," ucap Pangeran Dong memberi intruksi.

Putri Wei kemudian bergerak membuka pintu kamarnya nampak seorang pelayan yang membawa nampan kosong menunduk memberi hormat.

"Hormat hamba yang mulia," ucap seorang pelayan.

"Hemm, ada apa?" tanya pangeran Dong tanpa basa basi.

"Mohon maaf telah mengganggu anda yang mulia hamba hanya ingin memberitahu jika makanan yang anda pesan sidah siap di meja."

"Terima kasih aku akan segera kesana, kau boleh pergi sekarang," ucap Pangeran Dong sembari menganggukkan kepala mengerti.

Putri Wei bergerak mendekat ke arah Pangeran Dong dan mengajak Pangeran Dong untuk keluar kamar menuju meja makan di ruangan milik Putri Wei.

"Sebaiknya kita segera makan Dong, pelayan sudah mengiapkan makanan di meja," ajak Putri Wei.

"Kalau begitu ayo kita ke meja makan saja." Pangeran Dong menuntun sang istri untuk duduk.

Putri Wei dengan telaten mengambilkan makanan untuk sang suami dan menyuapinya dengan tangan sesuai permintaan sang suami.

"Wei bisakah kau menyuapiku? aku ingin sekali makan dari suapan tanganmu," ucap Pangeran Dong tiba-tiba.

"Baik Dong," ucap Putri Wei. Tanpa bantahan atau rasa canggung lagi Putri Wei mengabulkan keinginan sang suami.

Putri Wei mulai memberi suapan demi suapan kepada Pangeran Dong begitu juga sebaliknya. Pangeran Dong juga memberikan suapan dari tangannya kepada Putri Wei. Mereka melakukannya beberapa kali sebelum akhirnya memutuskan untuk makan dengan tangan mereka masing masing.

"Sudah cukup Dong, aku bisa makan sendiri," ucap Putri Wei lembut.

"Baiklah, ayo kita makan sendiri sendiri saja kalau begitu," ucap Pangeran Dong terkekeh.

"Bagaimana jika hari ini kita jalan jalan keluar istana?" tanya Pangeran Dong kepada sang istri.

"Ide yang bagus, aku juga bosan terus berada didalam istana tanpa melakukan kegiatan apa pun," ucap Putri Wei antusias.

"Baiklah habiskan makanannmu, kita akan pergi jalan jalan keluar istana." Pangeran Dong mengusap lembut pucuk kepala Putri Wei.

"Hemmm." Putri Wei menganggukkan kepalanya dan tersenyum kegirangan. Ia lantas melahap makananannya hingga habis saking semangatnya.

Hari ini Pangeran Dong mengajak Putri Wei jalan jalan keluar istana menggunakan kereta kuda. Mereka pergi keperbukitan juga kedesa desa kecil untuk sekedar melihat lihat saja. Mereka kembali ke istana ketika hari mulai malam.

****

Malam telah tiba Pangeran Dong dan juga Putri Wei membaringkan tubuh mereka di peraduan.

"Malam ini kau cantik sekali," puji Pangeran Dong mengusap lembut pipi Putri Wei.

"Jadi malam malam sebelumnya aku tidak cantik?" ucap Putri Wei sembari menggembungkan kedua pipinya berpura marah.

"Bukan, bukan begitu maksudku, malam sebelumnya kau juga cantik hanya saja aku terlalu naif untuk tidak mengakuinya," jelas Pangeran Dong.

"Hemm, benarkah itu?" tanya Putri Wei.

Pangeran Dong menganggukkan kepalanya antusias. "Tentu saja itu benar," ucap Pangeran Dong sembari mengecup lembut pucuk kepala Putri Wei.

Pangeran Dong menyingkirkan anak rambut Putri Wei ke belakang telinga, dengan perlahan ia mendekatkan wajahnya ke wajah Putri Wei lalu kemudian ia memberanikan diri untuk mengecup bibir Putri Wei. Putri Wei refleks memejamkan mata, ia menikmati ciuman dari Pangeran Dong yang lembut dan menuntut.

"Bolehkah?" tanya Pangeran Dong disela ciuman mereka.

Tanpa menjawab Putri Wei mengangguk pelan dengan wajah merah merona yang membuat Pangeran Dong gemas melihatnya. Tanpa basa basi Pangeran Dong kembali mencium Putri Wei.

Mereka kembali menjadikan malam ini malam yang panjang dan panas untuk kedua pasangan yang sedang dimabuk cinta. Mereka kembali melakukan pergulatan panas untuk yang kedua kalinya namun kali ini mereka melakukannya dengan sadar. Mereka berbagi cumbuan ciuman kecupan serta belaian satu sama lain uang membuat mereka saling memperoleh kenikmatan satu sama lain.

"Engggh," lenguh keduanya usai memperoleh puncaknya.

"Dong aku lelah dan mengantuk," rengek Putri Wei usai melakukan pergulatan panas yang kesekian kalinya dengan Pangeran Dong.

"Baiklah ayo kita beristirahat," ucap Pangeran Dong kemudian.

Pangeran Dong menghentikan aktifitasnya kemudian merebahkan tubuhnya di samping Putri Wei mereka kemudian memejamkan mata sebelum menjelang pagi. Pangeran Dong memeluk erat tubuh Putri Wei di sepanjang tidurnya.

"Tidurlah sayang," bisik Pangeran Dong sebelum ia memejamkan matanya.

Pagi ini, Pangeran Dong sudah siap dengan pakaian tugasnya. Ia lantas berpamitan kepada sang istri untuk segera kembali pergi bertugas.

"Wei aku pergi dulu, jaga baik baik dirimu. Berkunjunglah jika kau merindukanku," ucap Pangeran Dong kepada sang istri.

Perpisahannya kali ini berbeda dengan perpisahan mereka yang pertama kali. Kali ini Pangeran Dong lebih manis bahkan pangeran Dong memberikan pelukan dan ciuman untuk Putri Wei sebelum mereka pergi.

"Segera selesaikan tugasmu dan cepatlah pulang Dong aku pasti akan merindukanmu dan kesepian tanpamu," ucap Putri Wei sembari membalas pelukan sang suami.

"Hemmm tentu saja," bisik Pangeran Dong.

Tiba tiba Pangeran Dong berjongkok tepat di depan perut Putri Wei kemudian mengusap perut rata Putri Wei seolah sedang berbicara dengan calon bayi mereka.

"Sayang, cepatlah tumbuh di sini. Ayah, ibu dan nenek mu sudah sangat menunggu kehadiranmu," ucap Pangeran Dong sembari mengusap lembut perut Putri Wei.

Putri Wei terkekeh melihat kelakuan sang suami kemudian memeluk sang suami lagi lebih erat.

"Dong berjanjilah untuk segera pulang," pinta Putri Wei dengan suara manja.

"Iya Wei aku akan segera menyelesaikan tugasku dan kembali, aku mencintaimu... istriku." Pangeran Dong mengusap lembut pipi Putri Wei.

"Aku juga mencintaimu suamiku," bisik Wei tepat di telinga Pangeran Dong.

Pangeran Dong kembali memagut bibir Putri Wei kali ini lebih lama kemudian melepasnya kemudian  mereka pergi meninggalkan ruangan untuk  segera berangkat bertugas. Putri Wei mengantar Pangeran Dong hingga depan istana dan kembali kedalam ruangan setelah sang suami benar benar pergi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro