Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Suasana Istana✓

Suasana istana Moon semakin hari semakin ramai dipenuhi dengan canda tawa anak-anak. Hal tersebut membuat Raja Won dan Ibu suri bahagia. Setiap hari mereka berdua bermain dengan cucu mereka di taman Istana. Mereka menghabiskan waktu dengan menemani cucu mereka bermain dan belajar hingga tak terasa cucu cucu mereka kini sudah beranjak remaja. Seperti hari ini misalnya. Raja Won menemani ketiga pangeran belajar berkuda. Raja Won bahkan ikut turun langsung menyemangati ketiga cucu laki-lakinya.

"Ayo semangat Pangeran Pangeranku," seru Raja Won kepada ketiga pangeran.

Pangeran Jin dengan gagah menunggang kuda, Ia belajar dengan cepat. Maklumlah ia mewarisi kecerdasan sang ibu-Ratu jang. Sedangkan Pangeran Bin dan Pangeran Byul selalu berada di urutan setelahnya dalam hal apapun.

"Byun berhati-hatilah," seru Raja Won melihat Pangeran Byul dengan wajah tegangnya.

"Iya kakek," seru sang cucu.

Ketiga pangeran memacu kuda menuju hutan yang tak jauh dari arena berlatih diikuti seorang pengawal yang menjaga ketiganya. Pengawal memberi interuksi untuk mengurangi kecepatan berkuda para pangeran.

"Pangeran tolong kurangi kecepatan!" seru Yujin-si pengawal.

Pangeran Jin dan Pangeran Bin mengurangi kecepatannya namun Pangeran Byul justru memacu kudanya membuat kuda berlari sangat cepat. Pangeran Byul panik ia takut, ia pun melompat dari kudanya dan membuat tubuhnya terbentur akar pohon yang besar. Pangeran Jin yang melihatnya segera menghentikan kudanya dan memeriksa keadaan pangeran Byul.

"Byul, bangunlah!" ucap Pangeran Jin sembari menggoyang goyangkan tubuh Pangeran Byul.

Pangeran Jin memeriksa seluruh tubuh Pangeran Byul, Ia mlihat darah mengalir dari pelipis dan juga lengan Pangeran Byul. Ia segera merobek ujung bajunya dan membebat lengan pangera Byul dengan robekan kain bajunya. Dengan hati hati ia menggendong tubuh sepupunya yang mungil dan meletakkannya di atas punggung kuda. Ia lantas memacu kudanya kembali menuju area berlatih dengan cepat. Sang pengawal yang melihatnya pun segera mengajak pangeran Bin berbalik arah mengikuti pangeran Jin.

"Pangeran! Apa yang terjadi dengan Pangeran Byul?" seru Yujin yang saat ini sudah berada di samping Pangeran Jin.

"Byul melompat dari kuda paman, sepertinya dia panik!" jelas pangeran Jin.

"Ayo segera menuju ke area berlatih agar Pangeran Byul segera mendapatkan penanganan," ucap Yujin kemudian.

Pangeran Jin kembali memacu kudanya agar berlari lebih cepat. Hanya beberapa menit saja, mereka telah sampai di area berlatih. Raja Won segera berlari menghampiri ketiga pangeran. Ia membelalakkan mata ketika melihat Pangeran Byul tak sadarkan diri di dekapan Pangeran Jin. Ia meraih tubuh mungil Pangeran Byul dari atas punggung kuda.

"Jin apa yang terjadi kepada adikmu? mengapa Byul sampai tak sadarkan diri?" tanya Raja Won khwatir.

"Sepertinya Byul melompat dari kuda karena takut dan panik kek, aku menemukannya sudah tak sadarkan diri," jelas pngeran Jin.

"Baiklah, segeralah turun dan bawa adikmu ke istana Jin, biarkan Byul kakek yang urus."

"Baik kek," jawab Pangeran Jin.

Pangeran Jin menatap punggung sang kakek yang menggendong sepupunya menuju ke dalam ruangan. Ia memangil sang adik yang baru saja tiba, lalu mengajaknya segera pulang.

"Bin!" seru Pangeran Jin.

Pangeran Bin segera turun dari kuda dan berlari menghampiri sang kakak. "Kakak, apa yang terjadi? Mengapa bajumu sobek dan ada banyak darah? Dan mana Byul?" tanya Pangeran Binbertubi-tubi.

"Kakak tak apa Bin, hanya saja Byul terluka dan kakek sedang mengobatinya di dalam sana." Pangeran Jin menunjuk ke sebuah ruangan.

Pangeran Bin mengangguk mengerti. "Semoga tidak ada luka yang serius di tubuh Byul."

"Ayo pulang!" ajak pangeran Jin. Pangeran Jin meggandeng tangan sang adik dan mengajaknya kembali ke istana.

Kereta kuda yang membawa Pangeran Jin dan Pangeran Bin tiba di istana. Mereka langsung berlari menuju ruangan sang ibu-Ratu Jang.

"Ibu," panggil pangeran Bin.

Ratu Jang menoleh, ia tampak terkejut melihat baju sang putra lusuh dan bercak darah. "Jin, apa yang terjadi nak? Apakah kau jatuh dari kuda? Atau ada yang luka?" tanya Ratu Jang khawatir. Ratu jang memeriksa tubuh kedua putranya lalu memeluknya erat.

"Syukurlah kalian baik-baik saja." Ratu Jang menghembuskan nafas panjang.

"Kami memang tidak apa-apa Bu, tapi Byul terluka," jelas pangeran Bin yang membuat Ratu Jang menatap intens kedua putranya.

"Apa yang terjadi? Kalian tidak berkelahi kan?" tanya Ratu Jang menyelidik.

Pangeran Jin dan Pangeran Bin menggelengkan kepala bersamaan. "Tidak Bu," jawab Pangeran Bin.

"Byul jatuh dari kudanya Bu. Sepertinya ia melompat dari kudanya karena ketakutan," jelas Pangeran Jin.

"APA? Lalu bagaimana keadaannya?" tanya Ratu Jang kepada kedua putranya.

"Kakek membawa Byul, Bu. Menyuruh kami untuk segera pulang," jawab Pangeran Jin jujur.

"Ibu, maafkan kami tidak bisa menjaga adik Byul denga baik," ucap Pangeran Jin dengan wajah sedih.

Ratu jang mengusap lembut wajah sang putra lalu mengecup pucuk kepala keduanya dengan penuh sayang. "Ini musibah Sayang, kalian tidak perlu meminta maaf. Ibu tahu kalian sudah melakukan yang terbaik untuk Byul. Jangan bersedih pangeran," ucap Ratu Jang menenangkan hati kedua putranya.

"Baiklah, bersihkan tubuh kalian lalu kita pergi menemui Ibu Wei, apa kalian setuju?"

Kedua pageran itu mengangguk menyetujui ide sang ibu. Dan berlalu pergi menuju ke ruangan mereka masing masing. Raja Joon tiba di ruangannya tepat setelah kedua putranya pergi meninggalkan ruangan tersebut.

"Sayang, kau sudah pulang?" tanya Ratu Jang menyambut kedatangan sang suami.

Raja Joon mengangguk lalu memeluk tubuh sang istri. "Jang di mana Rin? tumben sekali dia tidak bermain di sini," ucap Raja Joon heran.

"Putrimu sedang bermain bersama ibu Suri di ruangannya," jelas Ratu Jang yang membuat Raja Joon terkekeh.

"Ehemmm, berarti ini waktu kita berdua ya?" ucap Raja Joon menggoda Ratu Jang.

Baru saja hendak mencium sang istri, suara langkah memasuki ruangan menghentikan niatan Raja Joon. Ia menjauhkan wajahnya dari sang istri dan melihat siapa yang datang.

"Hormat kami Ayah," ucap kedua pangeran membungkuk memberi hormat kepada sang ayah.

"Terima kasih Sayang." Raja Joon mengusap lembut kedua pucuk kepala putranya secara bergantian.

"Ibu, apakah kita jadi ke ruangan Ibu Wei?" tanya Pangeran Jin.

Ratu Jang menganggukkan kepalanya. Sedangkan Raja Joon mengernyitkan dahinya dan menatap Ratu Jang seoalah meminta penjelasan.

"Sayang, aku akan berkunjung ke ruangan Wei dulu. Aku ingin menghiburnya."

"Menghiburnya?" tanya Raja Joon penasaran.

Ratu Jang menganggukkan kepalanya. "Iya Joon, Byul jatuh dari kuda dan terluka, untuk itu aku ingin mengunjunginya," jelas Ratu Jang.

"Kenapa bisa? Apa kalian tidak menjaga adik kalian? Apa tidak ada pengawal yang menjaga Byul?" tanya Raja Joon beruntut.

"Sayang, ku mohon tenangkan dirimu. Byul jatuh karena musibah. Jangan salahkan siapapun atas kejadian ini. Kita berdoa saja semoga semua akan baik-baik saja," ucap Ratu Jang menenangkan hati sang suami.

Raja Joon memijit pelipisnya sembari menghela nafas dalam untuk menetralkan hatinya.

"Baiklah ayo kita ke sana! Ayah akan ikut dengan kalian," ucap Raja Joon kemudian.

Mereka berjalan menyusuri lorong menuju ruangan Putri Wei, namun penjaga mengatakan jika Putri Wei sedang tidak berada di ruangan.

"Maaf yang mulia, Putri Wei pergi ke ruangan Pangeran Byul sejak tadi," jelas Sang penjaga yang membuat Raja Joon dan Ratu Jang beserta kedua pangeran melanjutkan langkahnya menuju ruangan pangeran Byul.

Raja Joon dan Ratu Jang beserta kedua pangeran masuk ke dalam ruangan Pangeran Byul. Di sana ada Selir Yui, Raja Won dan juga Putri Wei yang menunggui Pangeran Byul. Sedangkan Pangeran Byul terlihat memejamkan mata tertidur di atas ranjang.

"Wei bagaimana keadaan Byul?" tanya Raja Joon kepada Putri Wei.

"Dia baru saja tertidur Yang Mulia," jelas Putri Wei.

"Apakah ada luka yang serius?" tanya Raja Joon lagi.

Putri Wei menggelengkan kepala sembari tersenyum. "Tidak ada Yang Mulia. Semuanya baik-baik saja. Hanya luka kecil di bagian pelipis dan juga lengan Byul saja."

"Syukurlah kalau begitu, aku yakin Byul akan segera pulih," ucap Raja Joon sembari mengusap pucuk kepala sang keponakan yang sedang tertidur pulas.

"Iya yang Mulia."

"Ibu Wei, maafkan kami tidak bisa menjaga adek Byul dengan baik," ucap Pangeran Jin tulus.

"Oh Sayangku, kau tak perlu meminta maaf, Nak. Ibu tahu kalian sudah menjaga Byul dengan baik. Bukankah wajar ketika latihan berkuda jatuh dan mendapatkana luka?" ucap Putri Wei dengan sayang.

Putri Wei mengusap lembut pucuk kepala Pangeran Jin dan Pangeran Bin lalu mengecupnya secara bergantian.

"Ibu justru sangat berterima kasih kepada kalian, sudah menjaga Byul dengan baik selama ini," ucap Putri Wei dengan mata berkaca-kaca.

"Tak perlu berlebihan Bu, itu sudah menjadi tugas kami." Kali ini Pangeran Bin yang menjawab.

"Ibu sangat bangga kepada kalian, tetap lah seperti ini, Nak." Putri Wei mendekap dengan sayang Pangeran Jin dan Pangeran Bin.

Melihat hal tersebut membuat Ratu Jang dan Raja Joon terharu betapa mereka bersyukur memiliki adik ipar sebaik Putri Wei yang menyayangi anak anak mereka selayaknya darah dagingnya sendiri.

"Wei, kami permisi ya. Semoga Pangeran Byul segera sembuh dan bisa beraktifitas seperti sedia kala," ucap Ratu Jang lembut.

"Terima kasih sudah berkunjung kemari Kak," ucap Putri Wei yang kemudian dihadiahi sebuah pelukan oleh Ratu Jang.

"Ayo beri hormat kepada Kakek, Nenek dan juga Ibu Wei, Sayang," ucap Ratu Jang memberi interuksi kepada kedua putranya.

Seperti perintah sang ibu, Pangeran Bin dan Pangeran Jin berpamitan dan memberi hormat kepada Raja Won, Selir Yui dan juga Putri Wei.

Raja Joon beserta istri dan juga kedua pangeran meninggalkan ruangan tersebut menuju ruangan masing-masing.

Di ruangan Pangeran Byul tabib Bo datang untuk memeriksa luka Pangeran Byul. Tabib Bo dengan telaten mengobati luka luka Pangeran Byul hingga sang empunya terbangun karena kesakitan.

"Ibu ini perih dan sakit sekali," keluh Pangeran Byul.

"Tahanlah Sayang. Ini hanya sementara," ucap Putri Wei kepada sang putra.

Pangeran Byul terus mengaduh sakit yang membuat Putri Wei tak tega.

"Bersabarlah, Byul," ucap Putri Wei menguatkan sang putra.

"Tapi ini sakit sekali Bu," rengek Pangeran Byul.

"Hemmm ibu tahu tapi kau harus bersabar agar lukamu kering dulu, Nak."

Putri Wei mengusap usap pucuk kepala sang putra membuat Pangeran Byul kembali tertidur pulas. Putri Wei mengecup kening sang putra lalu memberikan usapan lembut.

"Bersabarlah sebentar nak, ibu yakin kau adalah pangeran yang kuat," gumam Putri Wei.

"Yang Mulia hamba permisi, besok hamba akan datang lagi untuk memeriksa dan mengobati luka pangeran Byul," pamit Tabib Bo.

"Terima kasih banyak Bo, kau boleh pergi sekarang," ucap Putri Wei tersenyum lembut.

"Kalau begitu kami juga akan kembali ke ruangan kami masing masing Wei, jika ada apa apa tolong hubungi kami," ucap Raja Won.

"Baik ayah."

Raja Won dan Selir Yui meninggalkan ruangan Pangeran Byul. Sekarang tinggallah Putri Wei berdua dengan Pangeran Byul.

"Hemm sebaiknya aku menunggunya sembari duduk saja," gumam Putri Wei.

Putri Wei berjalan menuju kursi yang tak jauh dari tempat tidur sang Putra. Ia lantas duduk di kursi menemani sang putra yang hingga ia tertidur. Keesokan harinya Pangeran Byul bangun.

"Ibu," Panggil Pangeran Byul lirih.

Pangeran Byul bangkit dari tidurnya lalu membangunkan sang ibu karena kasihan melihat sang ibu tertidur di kursi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro