Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sebuah Tendangan

Ini sudah bulan ke empat dirinya menjadi Ratu dan bulan ke enam ia hamil. Tubuh Ratu Jang terlihat padat berisi dengan perut yang menonjol besar. Bisa dikatakan besarnya melebihi ukuran perut wanita hamil pada umunya. Ratu Jang berdiri didepan cermin melihat bentuk tubuhnya terutama di bagian perut, ia memutar tubuhnya kekanan dan ke kiri. Ia mengangkat sebelah alisnya heran melihat betapa besar perutnya saat ini padahal usia kandungannya baru enam bulan.

"Astaga aku gendut sekali dan ini... perut terlihat besar sekali huhh," keluh Ratu Jang.

"Apa terlalu banyak makan manisan bisa membuat perutku sebesar ini?" keluh Ratu Jang sembari mengamati bentuk tubuhnya.

"Astaga," desis Ratu Jang kemudian.

Ratu Jang segera merapikan penampilannya kembali dan memasang senyuman manisnya kala seorang kasim berseru jika Raja Joon suaminya datang.

"Joon sudah datang, pasti dia lelah sekali. Baiklah aku harus menyambutnya," ucap Ratu Jang lirih.

Ratu Jang meminta seorang pelayan untuk menyiapkan makan malam untuk Raja Joon dan membawakannya teh mint serta manisan buah. Pelayan tersebut langsung pergi meninggalkan ruangan Ratu Jang menuju dapur istana. Sementara Raja Joon yang baru saja masuk kedalam ruangan langsung memeluk dan mencium singkat bibir Ratu Jang sebelum ia meneruskan langkahnya menuju ruang mandi untuk memberisihkan badan.

"Joon kau sudah pulang? apa kau lelah?" ucap Ratu Jang lembut sembari memeluk Raja Joon.

"Lumayan lelah tapi aku sudah menemukan obatnya," ucap Raja Joon sembari terkekeh.

"Mandilah! aku sudah menyiapkan pakaian untukmu dan segeralah kemari untuk makan malam Joon."

"Iya sayang tunggulah sebentar, aku akan segera mandi," ucap Raja Joon mencium singkat bibir Ratu Jang kemudian berlalu menuju ruang mandi.

Ratu Jang meminta pelayan pergi usai mengantarkan makanan untuknya. Ia lantas menyiapkan makanan untuk sang suami sembari menunggunya selesai mandi. Raja Joon terlihat lebih segar setelah keluar dari ruangan mandi tanpa mengeringkan rambutnya ia berjalan menghampiri sang istri danmengajaknya makan malam bersama.

"Mengapa kau tak mengeringkan rambutmu terlebih dahulu," ucap Ratu Jang sembari meraih handuk dan mengusap lembut rambut sang suami.

"Aku sengaja melakukannya sayang."

"Astaga kau ini," ucap Ratu Jang sembari mengusap usap rambut sang suami hingga kering.

"Makanlah sayang, hentikan kegiatanmu dulu," pinta Raja Joon.

"Sebentar lagi Joon."

"Baiklah aku akan menunggumu," ucap Raja Joon pasrah.

Setelah mengeringkan rambut sang suami baru lah Ratu Jang memulai makan malamnya. Seperti biasa mereka makan dalam satu wadah yang sama dan saling menyuapi satu sama lain sembari mengobrol kecil.

"Sudah cukup Joon aku kenyang sekali, berhentilah memaksaku!" desis Ratu Jang.

"Satu suapan lagi sayang."

"Baiklah hanya sekali," ucap Ratu Jang menyerah.

Raja Joon mengusap lembut perut sang istri ia lantas menyingkap hanbok Ratu Jang ke atas mengamati perut besar sang istri kemudian menghujaninya dengan kecupan. Seolah mengerti sentuhan sayang dari sang ayah sebuah tendangan lolos begitu saja menendang perut Ratu Jang dari dalam yang membuat Ratu Jang terkejut saking kuatnya.

"Joon dia menendang."

"Benarkah? di bagian mana?"

"Di sini," ucap Ratu Jang menunjuk bagian yang merasakan sebuah tendangan.

Raja Joon mengusap usap bagian tersebut sembari mengajak calon anaknya berbicara. Tendangan kembali terasa namun kali ini terasa aneh karena Rafu Jang merasakannya dibeberapa bagian.

"Joon dia menendang lagi," ucap Ratu Jang bahagia.

"Hmm aku juga merasakannya."

"Tapi mengapa tendangan terasa dibeberapa bagian dalam waktu bersamaan Joon?" tanya Ratu Jang penasaran.

"Benarkah?"

"Atau jangan jangan," ucap Ratu Jang terhenti.

"Kembar?" ucap Ratu Jang dan Raja Joon bersamaan.

"Bisa jadi, tunggu sebentar Jang kita harus segera memastikannya."

Raja Joon memanggil seorang pelayan memintanya untuk memanggil tabib istana.

"Pelayan!" seru Raja Joon.

"Hamba yang mulia," jawab salah seorang pelayan yang datang tergopoh gopoh.

"Tolong panggilkan tabib istana kemari," ujar Joon memberikan perintah.

"Baik yang mulia."

Tabib istana memeriksa kandungan Ratu Jang hingga beberapa kali untuk memastikan kebenarannya.

"Bagaimana Tabib Bo?" tanya Raja Joon penasaran.

"Kandungannya dalam keadaan baik bayi yang didalamnya pun sehat dan kuat... dan," ucapan Tabib Bo terhenti sejenak yang membuat Raja Joon penasaran.

"Dan apa Bo...? cepat katakan padaku," desak Raja Joon tak sabaran.

"Akan ada dua pangeran yang lahir dari rahim Ratu Jang tiga bulan lagi," jelas tabib Bo.

"Dua pangeran? tiga bulan lagi?" ulang Raja Joon memastikan.

"Iya yang mulia itu benar, ada dua bayi di dalam sana  dan akan lahir perkiraan saya tiga bulan lagi."

"Aku senang mendengarnya Bo terima kasih."

"Lalu bagaimana dengan tahta kerajaan yang mulia jika ada dua pangeran yang akan lahir secara bersamaan." Tabib Bo bertanya dengan hati hati.

"Tidak akan terjadi masalah apa pun Bo tenang lah karena pangeran pangeranku akan mewarisi sifatku dan sifat ibunya yang baik hati tentu tidak ada yang perlu dipermasalahkan lagi bukan?"

"Hemmm ya anda benar yang mulia," ucap Tabib Bo membenarkan.

"Baiklah kau boleh pergi sekarang."

"Terima kasih yang mulia, semoga yang mulia Raja dan Ratu sehat dan bahagia selalu."

"Terima kasih Bo."

"Baiklah hamba undur diri terlebih dahulu yang mulia."

"Hemm Bo."

Tabib Bo meninggalkan ruangan Ratu Jang dan kembali ke kediamannya.

"Kau dengar akan ada dua pangeran yang akan lahir dari rahimmu," ucap Raja Joon sembari mengecup dahi sang istri.

"Hemm berarti kau hebat Joon."

"Tentu saja jadi jangan meragukan lagi diriku," ucapnya sembari terkekeh.

"Beristirahatlah sayang aku tahu lau lelah."

"Hemmm sangat Joon."

Raja Joon mendekap tubuh sang istri kemudian mengusap usap punggungnya agar lekas tertidur.

****

Keesokan harinya Ratu Jang berkunjung ke kediaman sang ayah Perdana Menteri Hwang karena sudah lama tidak bersua dengan ayah dan ibunya.

"Ratu Jang telah tiba..."

Seluruh pelayan menyambut hangat kedatangan Ratu Jang, Nyonya Yi ibu dari Ratu Jang pun turut menyambutnya dengan pelukan hangat.

"Ahh sayang ibu sangat merindukanmu, bagaimana kabar cucu ibu di dalam?" ucap Nyonya Yi sembari memeluk tubuh Ratu Jang kemudian mengusap perut besar Ratu Jang.

"Ayo masuklah temui ayah mu di ruangannya nak, ayahmu pasti senang sekali kau berkunjung kemari."

"Baik bu, kabar cucumu sangat baik."

Nyonya Yi menggandeng lengan Ratu Jang menuju ruangan milik Perdana Menteri Hwang nampak sang ayah sedang sibuk mengerjakan berbagai laporan.

"Ayah," sapa Ratu Jang kepada sang ayah.

Perdana Menteri Hwang menghentikan pekerjaannya lantas bergerak menuju sang putri. Ia mendekap tubuh sang putri kemudian mengusap perut besar sang istri sembari terkekeh.

"Bagaimana kabar cucu sayang? apakah dia baik baik saja?"

"Baik ayah... ayah dan ibu akan memiliki dua cucu laki laki nanti jika aku sudah melahirkan,"  ucap Ratu Jang sembari tersenyum.

"Dua?" tanya Perdana Menteri Hwang memastikan.

"Benar ayah aku mengandung dua bayi laki laki saat ini."

"Ah ya ampun, benarkah itu sayang?" ucap Nyonya Yi tak percaya.

"Tentu saja bu, aku juga tak percaya jika ada dua bayi laki laki yang akan lahir dari rahimku secara bersamaan," ucap Ratu jang menjelaskan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro