Sebuah Siasat
Dua pengawal yang disuruh panglima Hyun sudah tiba. Mereka membawa seorang perempuan dengan tiga orang anak. Satu diantaranya masih bayi usianya mungkin belom genap tujuh bulan, dan satu gadis kecil yang usianya sekitar delapan tahun, ia mengingatkan Panglima Hyun dengan adiknya yaitu ratu Jang. Sementara satunya lagi adalah seorang gadis kurus dengan wajah pucat namun senyumnya sangat memikat seperti mendiang Ratu Jung. Usianya kira kira enam tahun. Perempuan tersebut bernama Sui Ah, Ia menunduk memberi hormat sembari mendekap erat ketiga putrinya. Tampak wajah takut dari Sui Ah ketika ia digiring menghadap Panglima Hyun dan Raja Joon.
"Hormat kami yang mulia ini istri dan anak anak Shin Ming."
"Baiklah kau boleh pergi."
"Siapa namamu nyonya?" tanya Raja Joon sembari menatap iba wanita yang berada didepannya.
"Sa-saya Sui Ah yang mulia."
"Baiklah Sui Ah tinggallah di wilayah kerajaan Moon sekarang, jadilah rakyatku aku akan membantumu."
"Te-terima kasih Yang mulia."
"Boleh aku bertanya?"
"Silahkan yang mulia?"
"Mana di antara tiga putrimu yang sedang sakit? sepertinya ketiga tiganya tampak seperti lesu."
"Ampuni hamba yang mulia, ketika putri saya tidak makan dari kemarin sore karena menunggu kepulangan ayahnya. Dan ini Yu-putri kami yang sedang sakit yang mulia," menunjuk seorang anak berusia enam tahun yang nampak kurus dan pucat.
Raja Joon seperti teriris mendengar ucapan Sui Ah. Ia meminta seorang prajurit menyiapkan makanan untuk Sui Ah dan anak anaknya dan memanggil tabib untuk memeriksa Yu.
"Kau... kemarilah," ucap Raja Joon kepada seorang Prajurit yang sedang berjaga.
"Hamba yang mulia."
"Ambilkan makanan untuk mereka pastikan makanan itu enak dan bergizi serta panggil tabib yang sedang bertugas disinj untuk memeriksa putri nyonya Sui Ah."
"Baik yang mulia."
"Nyonya Sui Ah tunggu lah di sini sementara, tenda ini kosong pakailah untuk kau dan anak anakmu tidur malam ini. Besok prajuritku akan mengantarmu ke tempat tinggal barumu."
"Baik yang mulia, terima kasih banyak atas kemurahan hati yang mulia, semoga yang mulia panjang umur dan bahagia selalu."
"Terima kasih nyonya Sui Ah, baiklah aku dan yang lain harus segera pergi dulu. Adukan padaku jika satu diantara mereka ada yang melukai hatimu atau memperlakukanmu tidak baik," ucap Raja Joon kearah beberapa orang prajurit yang tengah berjaga.
"Baik yang mulia."
Raja Joon pergi dari tenda kecil nyonya Sui Ah menuju tenda besar yang berada ditengah tengah.
***
Malam ini seluruh panglima berkumpul untuk mengatur siasat untuk mengahadapi serangan musuh. Meskipun Raja Mong adalah ayah angkat Putri Wei akan tetapi sifatnya yang licik dan tamak membuat Raja Joon terpaksa meladeni peperangannya.
"Dong sampaikan permintaan maafku kepada Putri Wei, sungguh aku tak ingin ini terjadi tapi ketamakan Raja Mong membuatku murka dan terpaksa meladeni peperangannya."
"Tak apa kak, aku bahkan sudah membicarakan ini sedari dulu dengan Wei. Dan ia sudah pasrah dengan apa uang terjadi kelak karena dia tahu ayahnya memiliki sifat licik dan tamak."
"Baiklah mari kita susun rencana kita mulai dari penjagaan wilayah lantas senjata serta beberapa perangkap untuk menghantam mundur tentara dari kerajaan utara."
"Sepertinya kita bisa menggunakan bubuk peledak yang biasa kita gunakan untuk menghancurkan bebatuan pertambangan yang mulia sebaikan perangkap."
"Ya asal tidak terlalu banyak itu tidak bahaya aku setuju pendapatmu Panglima Hyun," ucap Raja Joon memberi saran.
"Kita juga bisa menggunakan bubuk pemedih mata, kita bisa menggunakan ketapel sebagai alatnya dengan cara membuat bola bola dari daun kering lantas kita isi dengan bubuk pemedih mata."
"Bisa juga dengan ramuan rahasia kerajaan yang membuat orang tak sadarkan diri seketika, kita bisa membubuhkannya di ujung panah."
"Aku setuju dengan usul kalian namun untuk anak panah gunakan anak panah khusus yang kecil saja aku tak ingin mengambil resiko melukai banyak orang."
"Yang mulia kita bisa menggunakan tulup, bambu kecil panjang sebagai alatnya dan jarum kecil yang sudah dilumuri ramuan sebagai pelurunya."
"Ide yang bagus Panglima Wu."
"Baiklah mulai malam ini kita harus memulai menyiapkan segalanya, gunakan pelindung tubuh dari baja dibalik pakaian kalian agar anak panah dan senjata lainya tidak tembus mengenai bagian tubuh kalian."
"Siapkan pula beberapa ramuan obat obatan untuk mengobati luka luka yang mungkin terjadi."
"Panggil benerapa tabib kerajaan untuk berjaga jaga."
"Segera minum obat penawar racun apa bila kalian terkena panah."
"Baik yang mulia."
"Panglima Hyun pagi ini sebelum sinar matahari terlihat tolong utus dua orang membawa keretaku untum mengantarkan nyonya Sui ah beserta anak anaknya menuju istana minta Sui Ah bertemu langsung dengan Ratu Jang. Ratu Jang yang akan menentukan Sui Ah tinggal di mana,"
"Apa yang mulia yakin Ratu Jang mengerti maksud anda yang mulia?"
"Kau meragukan kecerdasan adikmu Panglima Hyun? Dia bahkan lebih pandai dariku jika kau tahu," ucap Raja Joon tersenyum bangga.
"Baiklah yang mulia."
"Minta Sui Ah bercerita apa yang terjadi padanya dan pada anak anaknya serta suaminya. Ratuku akan mengerti maksudku nanti."
"Baik yang mulia."
"Dan satu lagi suruh prajurit itu menemui tabib Bo dan mengatakan untuk memeberikan obat dan pelayanan terbaik untu Putri nyonya Sui Ah."
"Baik yang mulia."
"Mulai kerahkan semua prajurit malam ini serempak karena aku memiliki firasat besok sebelum petang mereka akan menyerang."
"Baik yang mulia."
Semua Prajurit berjaga ketat disetiap sudut perbatasan, sementara yang lainnya menyiapkan beberapa senjata dan juga perangkap seperti yang diintrupsikan Raja Joon.
***
Ratu Jang hari ini pergi berdoa untuk memohon keselamatan sang suami serta kedamaian Kerajaan Moon.
"Bibi Han aku sangat cemas sekali dengan keadaan Raja Joon. Raja Mong terkenal licik dan tamak," ucap Ratu Jang kepada Dayang Han.
"Anda tidak perlu khawatir yang mulia. Raja Joon sangat kuat dan cerdas tidak akan terjadi apa apa dengan Raja percayalah yang mulia."
"Hemmm kau benar bi. Bagaimanaa jika aku berdoa saja sekarang? aku titip pangeran pangeranku Bi. Aku ingin pergi berdoa."
"Baik yang mulia."
Ratu Jang sedang berdoa dengan khusyuk saat itu. Dan tanpa sengaja ternyata Putri Wei juga berdoa ditempat yang sama dengannya. Putri Wei meminta maaf kepada Ratu Jang atas keburukan sifat ayahnya. Dan menenangkan hati Ratu Jang bahwa Raja Joon dan Pangeran Dong akan kembali dengan selamat dan kemenangan.
"Yang mulia... anda disini juga rupanya," sapa Putri Wei ramah.
"Hemmm... iya Wei hatiku sedang tak tenang untuk itu aku pergi kemari untuk berdoa."
"Maafkan sifat ayah hamba yang tamak yang mulia... hamba sungguh merasa malu dan bersalah atas peperangan ini."
"Sudahlah Wei tak apa, ayahmu hanya sedang dibutakan saja matanya mari kita doakan untuk kesadarannya."
"Iya yang mulia. Yang mulia tak perlu cemas Raja Joon dan Pangeran Dong pasti akan kembali dengan selamat serta membawa berita kemenangan untuk kerajaan Moon."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro