Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sebuah Perjalanan

Ruangan Ratu Jang dipenuhi dengan canda tawa anggota keluarga serta beberapa tamu yang datang menjenguk. Sementara itu Raja Joon terpakasa harus pamit untuk pergi menghadiri rapat Dewan kerajaan.

"Saya mohon maaf tidak bisa menemani Ayah Ibu Kak Hyun, kak Liu serta Ibu Yui dan adik ipar sekarang karena saya harus menghadiri rapat," ucap Raja Joon tak enak hati.

"Hemm tak apa Joon kami mengerti," ucap Selir Yui yang memahami posisi Joon sebagai raja.

"Baiklah kalau begitu saya pamit dulu."

"Sayang aku pergi dulu," bisik Raja Joon yang diangguki oleh Ratu Jang.

Pagi ini seluruh dewan kerajaan sedang mengadakan pertemuan yang membahas tentang adanya bentrokan di wilayah timur kerajaan Moon. Raja Joon terpaksa turun tangan dalam masalah ini untuk mendamaikan situasi bentrokan di wilayah timur agar tidak peperangan antar penduduk baik dari kerajaan Moon maupun dari kerajaan lain.

Wilayah timur adalah wilayah incaran bagi para petambang liar baik dari dalam mau pun luar kerajaan Moon karena diwilayah ini memiliki kekayaan melimpah berupa emas dan juga permata tak hayal jika wilayah ini dijaga dengan ketat oleh para prajurit kerajaan Moon.

Pertemuan telah berakhir Raja Joon memberikan keputusan yang sangat mengejutkan karena dirinya lah yang hendak turun tangan sendiri menyelesaikan masalah tersebut.

"Baiklah, biar saya saja yang menyelesaikan masalah ini," ucap Raja Joon sebelum mengakhiri pertemuan Dewan kerajaan.

Raja Won sang ayah meragukan keputusan Raja Joon namun pada akhirnya ia hanya bisa pasrah dan memberikan restu untuk sang putra karena tekat sang putra sangatlah kuat.

"Joon apa kau yakin akan turun tangan dalam masalah ini? ini hanyalah masalah bentrokan yang biasa terjadi di sana, ayah rasa keberadaan para panglima di sana sudah cukup untuk mengatasi masalah ini," ucap Raja Won mencoba memberikan pertimbangan kepada Raja Joon.

"Ya ayah benar, tapi yang terjadi adalah masalah terus berulang dan terjadi lagi aku ingin menyelesaikan masalah ini hingga tuntas dan membuat Kerajaan Moon damai seperti dahulu kala," kekeh raja Joon.

Raja Won menghel nafas dalam, ia paham sang putra sangatlah mirip dengannya jika sang Putra sudah mengambil keputusan tidak akan bisa diganggu gugat.

"Baiklah jika itu keputusanmu, ayah hanya bisa mendukungmu, ayah percaya kau dapat menyelesaikan masalah ini dengan baik," ucap Raja Won pasrah.

"Hemmm terima kasih atas kepercayaanmu padaku Yah. Aku janji, aku akan menyelesaikan masalah ini dengan baik," ucap Raja Joon meyakinkan hati Raja Won.

Raja Won mengangguk sembari tersenyum. "Ayah percaya padamu Joon. Ayah tahu kau tidak akan pernah mengecewakan ayah."

"Segera lah bersiap Joon." Raja Won menepuk nepuk pundak sang putra dengan sayang.

"Baik Ayah, Kalau begitu aku permisi dulu," ucap Raja Joon berpamitan.

"Hemm, berhati-hatilah Joon."

Raja Joon menganggukkan kepala menjawab ucapan sang ayah. Ia lantas membungkuk memberi hormat Raja Won-sang ayah kemudian pergi dari tempat pertemuan.

Raja Joon melangkahkan kakinya tergesa menuju ruangan Ratu Jang . Ia mengumpulkan keberanian untuk meminta ijin pergi bertugas ke wilayah timur kepada sang istri.

Seorang penjaga ruangan membukakan pintu untuk Raja Joon yang disambut oleh Ratu Jang dengan senyuman.

"Yang mulia Raja Joon tiba" seru seorang penjaga ruangan.

"Sayang kau sudah pulang...? apa kau mau makan dulu?" tanya Ratu Jang sembari tersenyum menyambut kedatangan sang suami.

Raja Joon menggelengkan kepalanya. Ia menangkup pipi sang istri lalu menatap mata sang istri lekat. "Tidak sayang aku sedang buru buru."

"Sayang... kenapa?? apakah terjadi sesuatu?" tanya Ratu Jang dengan perasaan khawatirnya.

"Terjadi pembentrokan di wilayah timur Jang dan aku harus turun tangan untuk menyelesaikannya sendiri karena aku takut masalahnya semakin besar terlebih lagi sampai menyebabkan peperangan," beber Raja Joon kemudian.

"Apakah kau harus pergi? apakah panglima perang kerajaan tak bisa diandalkan?" cecar Ratu Jang dengan nada berat.

Raja Joon mengusap pipi Ratu Jang lembut. "Tidak bisa sayang. Aku harus turun tangan. Maafkan aku, aku harus melindungi rakyatku."

Ratu Jang mengangguk mengerti. "Baiklah hati-hati di jalan Joon dan semoga kau bisa segera menyelesaikan masalah ini dan kerjaan Moon kembali damai seperti sedia kala," ucap Ratu Jang dengan wajah sendu.

"Hemmm terima kasih sayang, terima kasih untuk pengertiannya, ku mohon jangan bersedih. Aku akan segera pulang," ucap Raja Joon sembari mengecup kening Ratu Jang dengan sayang.

"Dayang Han!" seru Raja Joon.

"Hamba yang mulia."

Mata Raja Joon melirik kearah kedua putranya lalu menunjuk sang istri dengan dagu .

"Selama aku pergi tinggal lah di sini dan temanilah Jang serta jagalah putra putraku, aku percayakan mereka padamu Han."

Dayang Han mengangguk mengerti. "Baik yang mulia," ucap Dayang Han menyanggupi tugas yang diberikan Raja Joon kepada dirinya.

Raja Joon lantas bergerak menuju ke ranjang kedua putranya. Ia sedikit membungkukkan badannya. Tangannya terulur membelai wajah Pangeran Bin dan Jin bergantian

"Sayangku, putraku, pangeranku kebanggaanku ayah akan pergi bertugas kau jangan nakal ya patuhlah kepada ibumu," ucap Raja Joon sembari mencium dahi sang putra dengan sayang secara bergantian.

"Jang aku pergi sekarang, jaga diri dan jaga pangeran pangeran kita baik baik," pesan Raja Joon sebelum pergi.

"Iya sayang, cepat selesaikan tugasmu aku dan putra putramu selalu mendoakan akan kebaikanmu."

Raja Joon memeluk sang istri lalu menciumnya sekali lagi dan berlalu pergi karena sudah ditunggu oleh para panglima beserta prajurit lain di depan istana.

"Aku pergi dulu sayang." Raja Joon berjalan keluar ruangan.

Sementara itu, Ratu Jang dengan wajah sendunya menatap punggung sang suami yang kian menjauh.

"Aku pasti akan merindukanmu Joon," ucap Ratu Jang lirih.

Ratu Jang kembali ke dalam kamar menghibur dirinya dengan berinteraksi dengan kedua putranya.

Begitu Juga dengan Pangeran Dong ia juga meminta ijin kepada Putri Wei dan juga sang ibu yaitu selir Yui untuk pergi bertugas ke wilayah timur bersama dengan sang kakak Raja Joon. Pangeran Dong menghampiri Putri Wei yang sedang duduk di gazebo dengan sang ibu.

"Sayang," panggil Pangeran Dong lembut.

"Dong, kau sudah pulang rupanya," batin Putri Wei.

Putri Wei meminta ijin kepada sang Ibu mertua untuk pergi menemui sang suami. "Ibu saya permisi dulu saya hendak menemani Dong dulu," ucap Putri Wei lembut.

Selir Yui mengangguk sembari tersenyum. Baru saja Putri Wei hendak beranjak dari tempat duduknya Pangeran Dong sudah tiba di depannya.

"Tak perlu sayang, aku kemari hanya untuk menyampaikan perihal keberangkatanku untuk bertugas kembali ke wilayah timur," ucap Pangeran Dong yang membuat air wajah sang istri berubah sendu.

"Ada apa Dong kenapa mendadak sekali?" tanya Selir Yui penasaran.

"Telah terjadi pemberontakan di sana bu, kakak turun tangan langsung karena khawatir terjadinya peperangan antar penduduk dan penambang," jelas Pangeran Dong.

"Begitu rupanya. Apa situasinya sangat genting sehingga Joon harus turun tangan?" tanya Selir Yui lagi.

Pangeran Dong menggelengkan kepala. "Tidak Bu, Kakak hanya ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik tanpa ada peperangan dan korban," jelas Pangeran Dong kemudian.

"Baiklah hati hati di jalan nak segera kembali dengan kedamaian," pesan Selir Yui kepada Pangeran Dong.

"Iya bu, doakan aku dan kakak segera pulang dan menyelesaikan masalah ini dengan baik."

"Ibu selalu mendoakan akan kebaikan kalian sayang, pergilah dan lekas kembali."

"Iya bu."

Pangeran Dong bergerak mendekati sang istri. "Sayang aku pergi dulu, jaga diri baik baik," ucap Pangeran Dong sembari memeluk Putri Wei dan mengecup keningnya.

Pangeran Dong kemudian berjongkok menyejajarkan wajahnya dengan perut sang istri, ia lantas mengusap lembut perut sang istri dan mengecupnya untuk berpamitan kepada sang calon anak.

"Sayang ayah pergi dulu, baik baik di dalam sana ya, jangan nakal ya selama ayah tidak ada, ayah sangat  menyayangimu," ucap Pangeran Dong lirih.

"Baiklah aku harus segera pergi, ibu aku titip Wei kepadamu."

"Iya sayang."

Pangeran Dong pergi meninggalkan Selir Yui dan Putri Wei yang berdiri terdiam menatap kepergian Pangeran Dong.

Sedangkan di kediamaan Perdana Menteri Hwang Panglima Hyun yang memang akan kembali bertugas pada hari sudah siap dengan pakaian tugasnya. Ia tampak gagah dan juga tampan dengan pakaian tugasnya serta sebuah pedang yang terselempang dibahunya.

"Ayah ibu, aku titip Liu di sini tolong jaga dia baik baik," ucap Panglima Hyun kepada kedua orang tuanya.

"Hemm pasti sayang, kau tak perlu khawatir akan hal itu." Nyonya Yi meyakinkan putranya jika sang istri akan baik baik saja selama ia tinggal.

"Baik, terima kasih Bu."

Panglima Hyun menghampiri sang istri. "Sayang aku pergi dulu, jaga dirimu baik baik aku akan segera pulang jika tugasku telah selesai."

"Baik sayang, berhati hatilah."

"Hemm aku pergi sekarang sayang," ucap Panglima Hyun sembari memeluk nona Liu.

Panglima Hyun menaiki kudanya kemudian memacu kudanya menuju istana untuk berangkat bersama dengan rombongan pasukan lainnya. Sesampainya diistana semua telah siap disana namun ia mengernyitkan dahinya kala mendapati Pangeran Dong ikut dalam rombongannya kali ini.

"Dong..." panggil Panglima Hyun.

"Kak Hyun," sapa Pangeran Dong.

"Kau ikut juga?" tanya Panglima Hyun tak percaya.

"Hemmm... bukan hanya aku bahkan kak Joon juga akan ikut dalam misi kita kali ini," jelas Pangeran Dong yang membuat Panglima Hyun membelalakkan mata.

"Benarkah? mengapa?" tanya Panglima Hyun memastikan.

"Kak Joon ingin menyelesaikan masalah ini agar tak berlarut larut dan berulang lagi."

"begitu rupanya... ya aku rasa Joon memang perlu turun tangan kali ini Dong."

"Hemm... aku juga setuju Kak."

Pangeran Dong dan Panglima Hyun mengobrol kecil sebelum Raja Joon tiba dan memerintahkan untuk berangkat.

****

Sebuah kereta kuda yang akan membawa Raja Joon menuju daerah timur telah siap didepan istana. Disana juga tampak Panglima Hyun yang telah siap duduk diatas kuda miliknya serta Pangeran Dong yang juga menaiki kuda beserta panglima perang lainnya dan juga benerapa prajurit.

"Kalian sudah siap?"

"Sudah yang mulia."

"Baiklah Dong beri aba aba, kita berangkat sekarang."

"Baik yang mulia."

Pangeran Dong berseru memberi aba aba kepada seluruh rombongan untuk segera berangkat.

"Apa kalian sudah siap?" teriak Pangeran Dong.

"Sudah siap yang mulia," teriak seluruh pasukan.

"Baiklah ayo berangkat," seru Pangeran Dong lagi.

Seluruh rombongan pasukan berjalan beriringan menuju wilayah timur yang  diprediksikan akan tiba saat petang nanti.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro