Perayaan
Pagi ini ketika mentari belum menampakkan sinarnya suara tangis bayi menggema di ruangan Ratu Jang. Raja Joon menghela nafas panjang kemudian menghembuskannya secara perlahan lega mendengar Pangeran pangerannya telah lahir. Ia segera memerintahkan seluruh pelayan istana untuk menggelar sebuah perayaan. Kali ini perayaan akan diadakan secara besar besaran karena akan ada dua perayaan yaitu perayaan atas kehamilan Putri Wei dan juga perayaan atas kelahiran sang pangeran mahkota.
"Pelayan," teriak Raja Joon kepada salah seorang pelayan.
"Hamba yang mulia."
"Panggil seluruh pelayan istana untuk berkumpul didepan ruangan Ratu Jang."
"Baik yang mulia."
Seluruh pelayan datang dan berkumpul didepan ruangan Ratu Jang sesuai intrupsi yang diberikan, Raja Joon segera menemui para pelayan dan memerintahkan mereka melakukan berbagai persiapan untuk membuat sebuah perayaan.
"Hari ini akan ada perayaan besar yakni untuk menyambut kelahiran Putra mahkota dan juga perayaan kehamilan Putri Wei istri Pangeran Dong, siapkan segala keperluannya dengan sebaik mungkin."
"Baik yang mulia," ucap para pelayan serempak.
"Kalian bisa kembali bekerja terima kasih."
"Baik yang mulia." Seluruh pelayan membungkuk memberi salam sebelum bubar dan menjalankan tugasnya masing masing.
****
Raja Joon tersenyum bahagia kala tabib Bo memperbolehkannya masuk kedalam kamar Ratu Jang.
"Selamat kedua putra mahkota telah lahir dengan selamat. Sekarang Anda sudah boleh masuk yang mulia."
"Terima kasih Bo."
Raja Joon menerobos masuk begitu saja meninggalkan Tabib Bo yang masih diluar ruangan. Ia mengusap punggung tangan sang istri lembut kemudian mengecup dahinya dalam. Raja Joon menitikan air mata kala melihat dua bayi yang tampak tidur dengan tenang di tempat tidur khusus bayi yang telah ia siapkan jauh jauh hari.
"Pangeranku... Putra putraku tumbuhlah kau menjadi Pangeran yang kuat dan berbudi pekerti baik serta berwawasan luas."
"Dayang Han."
"Hamba yang mulia."
"Apakah aku boleh menggendongnya sekarang?"
"Tentu yang mulia."
Raja Joon bergerak mendekat kearah ranjang bayi kemudian meraih tubuh mungil salah satu pangerannya.
"Putraku yang tampan, wajahmu sangat mirip dengan ibumu hemmm, kau ku beri nama Lee Hyu Jin." ucapnya sembari mengecup sayang sang putra.
Raja Joon kembali meletakkan bayi yang telah ia beri nama Lee Hyu Jin tersebut ke atas ranjang kemudian berganti menggendong saudara Jin yang masih belum diberi nama.
"Kau sangat mirip denganku, hidungmu bibirmu," ucap Raja Joon sembari terkekeh.
"Kau ku beri nama Lee Hyu Bin," ucap Raja Joon sembari mengecup dahi putranya sayang.
Raja Joon meletakkan bayi Lee Hyu Bin atau bayi Bin kepada tempatnya kemudian bergerak ke ranjang sang istri yang terlihat masih memejamkan matanya.
"Dayang Han."
"Hamba yang mulia."
"Mulai sekarang kau bertugas menjaga dan mengasuh putra putraku."
"Baik yang mulia."
"Baiklah... kau boleh beristirahat dulu, aku akan memanggilmu jika membutuhkan bantuanmu."
"Baik yang mulia hamba permisi."
"Hemmm terimakasih atas kerja kerasmu Han."
Dayang Han meninggalkan ruangan Ratu Jang sesaat kemudian Raja Won, ibu suri dan selir Yui pun datang berkunjung. Ketiganya memeluk Raja Joon secara bergantian kemudian mengucapkan selamat atas kelahiran pangeran pangeran penerus tahta Raja Joon.
"Joon selamat, kau menjadi ayah sekarang," ucap Selir Yui sembari memeluk Raja Joon dengan sayang.
"Terima kasih bu."
"Selamat nak, akhirnya ayah dapat menimang cucu juga."
"Terima kasih yah."
"Selamat sayang, ibu tak menyangka pangeran pangeranmu akan lahir lebih cepat dari yang sudah ditentukan tabib."
"Terima kasih bu semua ini berkat doa ibu dan yang lain juga, pangeran pangeranku lahir lebih cepat dan dalam kondisi sehat."
Di sela obrolan mereka terdengar suara Ratu Jang yang memanggil Raja Joon lirih yang membuat Raja Joon langsung menghampirinya.
"Joon...."
"Maaf ayah ibu, sepertinya Jang sedang memanggilku."
"Hemm tak apa, kau pergilah biarkan cucu cucuku di sini."
"Baik yah."
Raja Joon berjalan tergesa menuju kamar Ratu Jang meninggalkan Raja Won, ibu suri san juga selir Yui diruang tamu.
"Sayang kau sudah sadar?"
"Joon dimana pangeran pangeran kita?"
"Mereka berdua sedang diruang tamu bersama ayah ibu dan ibu Yui."
"Begitu rupanya, apa kqu sudah memberitahu kabar gembira ini kepada ayah dan ibuku?"
"Sudah sayang, aku juga membagi kabar ini kepada kakak ipar, mungkin sebentar lagi mereka akan datang."
"Joon bisakah kau meminta pelayan membawakanku makan, aku lapar sekali Joon."
"Baik sayang aku akan meminta dayang Han kemari membawakanmu makanan."
"Terima kasih Joon."
"Aku yang seharusnya berterimakasih padamu sayang karena perjuanganmu yangbluar biasa anak anak bisa lahir dengan selamat, terima kasih sayang," ucap Raja Joon sembari mengecup dahi sang istri.
Tak lama kemudian makanan yang telah mereka pesan datang, Raja Joon langsung mengambilnya dan menyuapi Ratu Jang dengan sayang.
"Sayang makanlah aku akan menyuapimu."
"Terima kasih Joon."
"Iya sayang."
"Ngomong ngomong apa kau sudah memberi nama kedua putra kita?"
"Tentu saja sudah."
"Ayo katakan padaku siapa nama mereka."
"Lee Hyu Jin untuk sang kakak dan Lee Hyu Bin untuk adiknya."
"Nama yang bagus Joon."
Usai makan Ratu Jang dibantu dayang Han dan juga Raja Joon pergi menuju ruang mandi untuk membersihkan diri.
"Bibi Han, aku ingin mandi bisakah kau membantuku?"
"Tentu yang mulia."
"Biarkan aku ikut membantumu berjalan menuju ruang mandi sayang karena dayang Han tak cukup kuat memapah tubuhmu."
"Hemm kau benar Joon."
Raja Joon dan Dayang Han memapah Ratu Jang menuju ruang mandi kemudian menunggu hingga dayang Hsn selesai membersihkan tubuh Ratu Jang.
****
Perdana menteri Hwang beserta sang istri Nyonya saat ini sedang dalam perjalanan menuju istana hendak menjenguk sang putri juga kedua cucunya yang baru saja lahir. Air mata bahagia mereka teteskan kala mereka mendapat kabar bahagia tersebut dari salah seorang utusan Raja Joon.
"Sayang aku tak sabar untuk menjenguk cucu kita," ucap Nyonya Yi sembari bersandar di dada bidang sang suami.
"Kau benar sayang, aku pun juga demikian."
Dalam perjalanan menuju istana Perdana menteri Hwang berpapasan dengan sang Putra yaitu Panglima Hyun beserta menantunya nona Liu hendak menjengukkeponakan keponakan mereka.
"Hyun kau kah itu?" teriak Perdana menteri Hwang ketika sebuah kereta melaju kencang dengan pintu terbuaka menampilkan wajah sang putra.
"Ayah ibu," sapa Panglima Hyun ketika turun dari kereta,
"Hyun... kami tadi memanggilmu tapi mungkin kau tak mendengarnya."
"Benarkah? maafkan aku Yah Bu aku benar benar tak mendengarnya."
"Tak apa nak, ayo kita ke dalam."
"Ayah ibu," sapa nona Liu lembut yang baru saja ikut bergabung.
"Hai, Sayang bagaimana kabarmu?"
"Baik Bu," ucap Nona Liu lembut.
"Semoga kau cepat menyusul Jang ya, agar kediaman kita semakin ramai jika berkumpul."
"Iya bu, doakan saja."
Raja Won, ibu suri dan selir Yui menyambut kedatangan Perdana Menteri Hwang dan Nyonya Yi serta Panglima Hyun besama istrinya nona Liu.
"Selamat datang Perdana mentri Hwang dan keluarga."
"Terima kasih yang mulia, hamba kemari hanya hendak menjenguk Ratu Jang dan juga cucu cucu kami."
"Jang masih didalam Hwang dan ini cucu cucu kalian jika kalian ingin menggendongnya," ucap Raja Won menjelaskan.
Perdana Menteri Hwang dan yang lainnya menggendong cucu cucu mereka bergantian sesuai intrupsi Raja Won.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro