Pengantin Baru (21+)
Pesta pernikahan telah usai Panglima Hyun hendak menuju ruangannya untuk beristirahat. Sementara Nona Liu sudah berada didalam kamar sejak sebelum acara selesai. Nona Liu sudah berganti pakaian dengan pakaian tidur tipis sutra berwarna putih tulang, ia duduk dipinggiran ranjang menunggu kedatangan sang suami. Degup jantung yang berdetak dua kali lipat lebih kencang membuat nona Liu sedikit gelisah.
"Hyun lama sekali mengapa ia belum juga datang," ucapnya smbari meremas remas tangannya.
"Bagaimana jika aku ketiduran, tidak tidak itu tidak boleh terjadi aku tak ingin membuat hyun kecewa," gumamnya sembari berdiri.
Sayup sayup teedengar suara langkah kaki yang mendekat kearah ruangan nona Liu yang menyebabkan dirinya terkesiap dan bersiap. Nona Liu menghela nafas dalam dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan untuk menghilangkan kegugupan yang menghinggapi hatinya saat ini.
"Tenang Liu, tenang! kau harus tenang," ucap nona Liu menenangkan dirinya sendiri.
Suara pintu ruangan terbuka perlahan nona Liu berjalan mendekat kearah sumber suara hendak menyambut kedatangan sang suami. Ia menyunggingkan sebuah senyuman kepada sang suami dan menyapanya dengan ramah.
"Apa acaranya sudah selesai?"
"Hemm sudah sayang."
"Kau ingin mandi dulu?"
"Ya sepertinya begitu," ucap Panglima Hyun sembari menanggalkan pakaian pengantinnya.
Panglima Hyun berjalan menuju keruangan mandi, ia tersenyum kala sudah ada pakaian ganti yang tersedia disana. Ia segera membersihkan badan dan mengenakan pakaian. Ini adalah malam pengantinnya Panglima Hyun tak ingin melawatkan malam yang ia impikan selama ini. Dengan wajah yang terlihat lebih segar dari sebelumnya Panglima Hyun keluar dari ruang mandi menuju ruang kamar untuk menghampiri sang istri.
"Sayang," bisik Panglima Hyun sembari memeluk nona Liu dari belakang.
"I-iya Hyun," ucap nona Liu gugup.
"Apa kau sudah siap?"
Tanpa menjawab nona Liu hanya mengangguk pelan yang membuat Panglima Hyun tersenyum senang. Panglima Hyun mengecupi leher sang istri kemudian turun kebahu sang istri lembut yang membuat sang empunya menegang. Panglima Hyun membalikkan tubuh sang iatri menghadap dirinya menangkup wajah sang istri kemudian terkekeh gemas melihat wajah sang iatri yang berubah menjadi memerah.
"Kau lucu sekali sayang, aku gemas melihatnya," ucap panglima Hyun sembari tersenyum kecil.
Hyun memagut Liu lembut membawanya keperaduan menanggalkan seluruh kain yang melekat pada tubuh mereka berdua dan menikmati malam pengantin mereka dengan berbagi kasih. Saling memberi dan menerima cumbuan satu sama lain hingga sama sama memperoleh kenikmatan.
"Hyun.. apa kau tak lelah?" cicit nona Liu ragu.
Hyun hanya menggeleng pelan kemudian melanjutkan aktifitasnya kembali hingga memperoleh sebuah kenikmatan yang tiada tara untuk kesekian kalinya.
"Hyun aku lelah... bisakah kau menghentikannya dan melanjutkannya lagi besuk?" pinta nona Liu yang sudah tidah dapat menahan kantuknya.
"Hemm baiklah kita akan melanjutkannya besuk," ucap Panglima Hyun sembari mengecup kening nona Liu.
"Beristirahatlah sayang." bisik Panglima Hyun lembut.
Panglima Hyun merebahkan tubuhnya disamping nona Liu yang sudah terlelap tidur sejak benerapa menit lalu. Ia memeluk posesif pinggang nona Liu dan menyusulnya ke alam mimpi.
****
Dilain tempat Ratu Jang sedang menahan rasa tak nyaman yang mendera punggungnya. Ratu Jang memilih memiringkan tubuhnya dan menahan rasa tak nyamannya karena tak ingin membuat sang suami khawatir.
Hampir menjelang pagi Ratu Jang terbangun karena hasratnya untuk buang air kecil. Ia turun dari ranjangnya perlahan hendak menuntaskan hasrat buang air kecilnya. Namun ia merasa aneh ketika ia terus saja merasa ingin buang air kecil uang membuatnya bolak balik menuju ruangan mandi.
"Sayang, kau kenapa?"
"Entah lah Joon aku selalu ingin buang air terus," adu Ratu Jang sembari mengusap usap perutnya.
"Apa itu sakit sayang?"
"Tidak Joon tapi itu sangat tidak nyaman."
"Apa kau membutuhkan tabib?"
"Jangan Joon ini masih pagi buta, aku tak ingin merepotkan tabib Bo dan yang lainnya."
"Baiklah jika demikian, aku akan menemanimu sayang."
Ratu Jang kembali merebahkan tubuhnya disamping sang suami yang senantiasa mendekapnya. Tiba tiba ia merasa perutnya sakit tidak karuan sehingga menyebabkan ia merintih. Raja Joon yang khawatir pun segera memanggil tabib istana untuk keruangannya.
"Sayang kau kenapa?"
"Sakit Joon, perutku terasa sakit sekali sekarang." Ratu Jang mengeliat kesakitan.
"Ini sangat sakit Joon."
"Baiklah baiklah tunggu sebentar aku akan meminta pelayan segera memanggil tabib istana sekarang."
"Cepat Joon aku sudah tidak kuat."
Raja Joon memanggil pelayan dengan tidak sabaran memerintahkan mereka untuk memanggil tabib istana.
"Pelayan," seru Raja Joon yang membuat dayang Han lari tergopoh gopoh.
"Ya yang mulia apa ada yang bisa hamba bantu?"
"Han bilang kepada kasim Min untuk memanggilkan tabib istana kemari segera dan kau tolong bantu aku disini menenangkan Jang ia sedang kesakitan sekarang."
"Baik yang mulia."
Dayang Han duduk dipinggiran ranjang Ratu Jang mengusap lembut punggung Ratu Jang untuk memberikan ketenangan.
"Yang mulia apa yang anda rasakan saat ini?"
"Sakit bi... perutku teras mulas sekali," keluh Ratu Jang.
"Baiklah sekarang atur nafasmu yang mulia hela lalu hembuskan begitu terus dan jangan mengedan jika belum waktunya," ucap Dayang Han yang diangguki oleh Ratu Jang.
"Yang mulia sepertinya Ratu Jang akan segera melahirkan."
"Benarkah itu Han?"
"Benar yang mulia, kita tunggu saja tabib Bo datang yang mulia beliau yang lebih paham."
"Baiklah terimakasih Han lalu apa yang harus aku lakukan sekarang untuk mengurangi rasa sakitnya? aku tak tega melihatnya Han."
"Usaplah punggung Ratu Jang yang mulia agar lebih tenang."
"Baik Han."
"Baiklah saya akan mempersiapkan keperluannya dahulu yang mulia"
"Hemm terima kasih Han."
Dayang Han pergi meninggalkan ruangan Ratu Jang mempersiap segala kebutuhan untuk melahirkan. Tak lama kemudian Tabib istana datang untuk memeriksa.
"Bagaimana Bo?" tanya Raja Joon tidak sabaran.
"Sepertinya Ratu Jang akan segera melahirkan yang mulia."
"Benarkah?" ucap Raja Joon tak percaya.
"Benar yang mulia, hamba membutuhkan seorang pelayan untuk membantu hamba di sini."
"Tunggu sebentar dayang Han sedang mempersiapkan perlenglapannya," ucap Raja Joon kepada tabib Bo.
"Aaa baiklah jika sudah dipersiapkan."
Dayang Han kembali menuju ruangan Ratu Jang bersama beberapa pelayan yang membantunya membawa baskom besar yang berisi air hangat, beberapa kain bersih untuk membedong bayi serta selimut untuk bayi. Tabib Bo meminta dayang Han tinggal ditempat membantunya dan meminta kepada yang lainnya yang tak berkepentingan untuk keluar dari ruangan Ratu Jang termasuk Raja Joon. Tabib Bo dengan sangat hati hati membantu Ratu Jang untuk melahirkan sementara Dayang Han membantu tabib Bo sesuai intrupsi yang diberikan.
"Yang mulia lebih baik anda tunggu saja di luar."
"Apa tidak bisa aku menunggu didalam saja Bo?"
"Tidak bisa yang mulia, berikan hamba waktu dan suasana yang tenang untuk membantu proses kelahiran keturan anda yang mulia."
"Baiklah aku terpaksa harus keluar, lakukan yang terbaik Bo, panggil aku jika kau membutuhkan sesuatu."
"Baik yang mulia."
Raja Joon menunggu di depan pintu kamar ruangan Ratu Jang sembari berdiri mondar mandir karena cemas.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro