Calon Panglima Hyun
Makan malam berlangsung dengan hangat banyak canda serta tawa diantara mereka. Sesuatu hal yang tak pernah Raja Joon dan Ratu Jang lakukan di dalam acara makan malam bersama keluarga inti kerajaan.
"Keluarga ini benar-benar hangat. Pantas saja jika Jang begitu dekat dengan kakaknya," batin Raja Joon sembari menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
"Andai saja di dalam istana bisa seperti ini pastilah aku akan lebih bahagia," lanjut Raja Joon mengamati percakapan Panglima Hyun dengan Ratu Jang.
Raja Joon memberanikan diri membuka suara untuk bertanya mengenai rencana sang kakak ipar yang hendak melamar putri dari Panglima Hwe.
"Ehem," deham Raja Joon yang membuat semua mata tertuju padanya.
"Saya dengar-dengar kakak ipar akan segera meminang putri dari Panglima Hwe, apakah benar begitu?" tanya Raja Joon memecah keheningan sesaat.
Panglima Hyun langsung mengangguk dengan antusias membenarkan apa yang diucapkan oleh Raja Joon. "Hmm, kau benar adik ipar."
"Lalu putri Panglima Hwe manakah yang beruntung memikat hati kakak Hyun?" tanya Raja Joon lagi.
"Tabib Liu, gadis yang bertugas di perbatasan itu Joon," sahut Perdana Menteri Hwang.
"Aaa Nona Liu rupanya?" ucap Raja Joon mengangguk kecil dan tersenyum mengingatnya.
"Liu teman sekolah kita dulu?" tanya Ratu Jang memastikan.
"Hmmm kau benar sayang," ucap Raja Joon lembut.
"Baiklah waktunya kita untuk beristirahat, ayo kita sudahi perbincangan kita malam ini," ucap Perdana Menteri Hwang memberikan intruksi.
"Iya ayah, baiklah sayang kita harus ke kamar sekarang," ajak Raja Joon sembari menggandeng Ratu Jang.
"Ayah ibu kakak ipar, kami pamit dulu. Selamat malam dan selamat beristirahat," ucap Raja Joon santun.
"Hemmm selamat malam dan selamat beristirahat juga Joon," balas Nyonya Yi lembut.
Raja Joon dan Ratu Jang pergi meninggalkan ruang makan meninggalkan Perdana Mentri Hwang beserta Nyonya yi dan Panglima Hyun yang masih terdiam di tempat memperhatikan Raja Joon dan Ratu Jang.
"Senng sekali melihat Joon dan Jang begitu romantis, aku tak menyangka mereka bisa seperti ini, Sayang." Perdana Menteri Hwang dan Nyonya Yi memandang punggung anak dan menantu mereka hingga hilang di balik pintu kamar.
Nyonya Yi menganggukan kepalanya sembari tersenyum. "Hemm, kau benar sayang. Aku pun juga begitu. Aku berpikir akan sulit menakhlukan hati Joon yang sudah terlanjur mencintai Putri Ran tapi ternyata takdir berkata lain, Joon dan Jang justru saling jatuh cinta tanpa mereka sadari."
"Ayo kita ke kamar," ajak Perdana Menteri Hwang.
Nyonya Yi menoleh ke arah sang putra. "Hyun, segerlah pergi beristirahat."
"Baik ibu," jawab Panglima Hyun pergi menuju ruang kamarnya.
Setelah sang putra masuk ke dalam kamar, Perdana Menteri Hwang menggandeng sang istri menuju ruang kamar mereka juga.
"Selamat tidur, Sayang." Perdana Menteri Hwang mengecup singkat kening Nyonya Yi sebelum ia memejamkan mata.
Raja Joon membaringkan tubuh di sebalah Ratu Jang, tiba tiba ia kembali terbangun, membuat Ratu Jang mengernyitkan dahinya.
"Ada apa Joon?" tanya Ratu Jang heran.
Raja Joon meletakkan telunjuknya tepat di depan bibirnya memberi instruksi kepada sang istri untuk diam. Ia lalu mencondongkan tubuhnya ke depan perut lalu mengusap lembut perut besar sang istri. Raja Joon kemudian menghujaninya dengan kecupan kecil. Tak hanya itu, Raja Joon juga mengajak calon anaknya berbicara seolah mereka bisa diajak bicara.
"Hai sayang, sedang apa disana? apa kalian sudah makan?" ucap Raja Joon sembari mengusap perut Ratu Jang.
"Ayah sangat merindukan kalian hari ini," ucap Raja Joon lembut.
"Tumbuhlah besar dan kuat nak di sana, agar kalian cepat keluar."
"Baiklah anak ayah cepat tidur ya ibu kalian sudah mengantuk." Raja Joon mengusap lembut perut Ratu Jang.
"Iya ayah," ucap Ratu Jang meniru gaya bicara anak kecil yang membuat Raja Joon terkekeh.
Ratu Jang terkekeh melihat kelakuan sang suami, ia lantas menepuk nepuk lengan sang suami, memberinya intruksi untuk bangkit.
"Tidurlah Joon jangan mengajaknya bicara terus," ucap Ratu Jang kemudian.
"Iya sayang," ucap Raja Joon kembali merebahkan tubuhnya sembari memeluk Ratu Jang.
Sesaat kemudian deru nafas terdengar mulai teratur menandakan keduanya sudah terlelap dalam tidurnya.
****
Mentari tersenyum malu diiringi kicau burung yang saling bersahutan membangunkan Ratu Jang dari tidurnya. Ratu Jang bergerak pelan menuruni ranjang agar seseorang disampingnya tidak terganggu.
Ratu Jang memanggil Dayang Han memintanya untuk memijit serta menggosok tubuh bagian belakangnya saat berendam.
"Bibi Han bisakah kau membantuku untuk memijit serta menggosok bagian belakang tubuhku, tubuhku terasa lelah sekali," keluh Ratu Jang.
"Tentu saja Ratu." Dayang Han melakukannya sesuai instrupsi Ratu Jang.
Dayang Han memijit pelan leher hingga bahu Ratu Jang kemudian menggosok gosok dengan lembut punggung Ratu Jang hingga bersih. Dayang Han menghentikan aktifitasnya kala Ratu Jang sudah merasa puas.
"Baiklah cukup bi, terima kasih kau boleh pergi," ucap Ratu Jang setelah merasa lelahnya sedikit hilang.
Pagi ini usai bersantap pagi Raja Joon dan Ratu Jang berpamitan untuk kembali ke istana karena ada tugas yang harus ia selesaikan.
"Ibu ayah kakak ipar kami pamit untuk kembali ke istana dulu, ada beberapa tugas yang harus saya kerjakan hari ini," pamit Raja Joon kepada mertua dan kakak iparnya.
Nyonya Yi mengangguk dan tersenyum lembut, sementara Panglima Hyun mengangguk dan menepul nepuk bahu Raja Joon
"Baiklah Joon, hati hati di jalan," pesan Perdana Menteri Hwang.
"Iya ayah."
Raja Joon menggandeng Ratu Jang menuju ke kereta usai berpamitan dengan perdana menteri Hwang, nyonya Yi dan juga Panglima Hyun.
Sebuah Kereta dengan tirai terbuka menampilkan Ratu Jang dan Raja Joon yang duduk berdampingan melambai lambaikan tangan ke arah rakyatnya serta melempar senyuman ramah disepanjang perjalanan menuju istana. Kereta berjalan sangat pelan sesuai permintaan Ratu Jang yang merindukan bertegur sapa dengan para rakyatnya.
"Joon bisakah kau meminta kusir untuk memelankan keretanya?" ucap Ratu Jang lembut.
"Mengapa? apa kau merasakan sesuatu di dalam perutmu?" tanya Raja Joon khawatir.
"Tidak Joon aku hanya rindu bertegur sapa dengan rakyat rakyatku," ucap Ratu Jang sembari melempar senyum manisnya kepada sang suami.
"Baiklah. Lakukan apapun yang kamu inginkan," ucap Raja Joon mengabulkan keinginan sang istri.
"Pelankan laju keratanya, Ratu Jang ingin menyapa para rakyatnya." Raja Joon memberi perintah kepada kusir yang membawa keratanya.
"Baik yang mulia," sahut seorang kusir sembari memelankan laju keretanya.
Ratu Jang menyibak tirai didekatnya menatap kearah luar sembari tersenyum ramah. Raja Joon yang tertarik pun juga melakukan hal yang sama dengan sang istri, ia pun membuka tirai sampingnya hingga seluruh rakyat dapat melihatnya dari kedua sisi.
Sepanjang perjalanan tak henti hentinya Raja Joon dan Ratu Jang mendengar seruan para rakyat untuknya.
"Hidup yang mulia Raja Joon dan Ratu Jang."
"Semoga Raja Joon dan Ratu Jang panjang umur dan sehat selalu."
"Semoga Raja Joon dan Ratu Jang bahagia selalu"
"Hidup yang mulia, hidup yang mulia," seru Rakyat kerajaan Moon.
Seruan rakyat terdengar bersahutan hingga kereta memasuki gerbang istana.
Raja Joon menuntun Ratu Jang untuk turun dari kereta kemudian mengantar Ratu Jang menuju ruangannya untuk beristirahat.
"Istirahatlah Jang jika ada apa apa cepat panggil aku," pesan Raja Joon.
Ratu Jang mengangguk pelan lalu tersenyum. "Iya Joon pasti."
"Baiklah aku harus pergi dulu, ada beberapa pekerjaan yang harus ku selesaikan hari ini."
"Hmmm cepat selesaikan pekerjaanmu dan lekaslah kembali."
"Tentu sayang aku akan kembali ketika waktu bersantap siang tiba untuk menemanimu makan lalu aku akan pergi lagi untuk menghadiri rapat dewan kerajaan," ucap Raja Joon sebelum pergi.
"Baik suamiku, aku akan menunggumu," ucap Ratu Jang sembari mengusap pipi sang suami.
"Aku pergi dulu sayang jaga ibumu baik baik ya dan jangan menyusahkanya." Raja Joon berjongkok sembari berbicara dengan perut Ratu Jang.
"Iya ayah," jawab Ratu Jang meniru gaya bicara anak kecil.
Raja Joon terkekeh mendengarnya, ia lantas menangkup pipi sang istri lalu mencium kening sang istri dengan sayang sebelum memutuskan untuk pergi.
"Jaga diri baik-baik sayang," bisik Raja Joon yang dijawab dengan anggukan kepala.
Raja Joon meninggalkan ruangan Ratu Jang menuju ruang pertemuan dewan.
Sore ini Raja Won dan putranya Raja Joon baru pulang dari rapat dewan kerajaan. Tanpa sengaja mereka berpapasan dengan Pangeran Dong yang terlihat berlari dan tergesa serta mengabaikan sapaan mereka berdua. Hal tersebut membuat mereka berdua saling bertatapan heran pasalnya Pangeran Dong tak pernah terlihat sepanik tersebut. Mereka lantas menyusul kearah pangeran Dong pergi karena khawatir sesuatu hal tengah terjadi namun langkah mereka terhenti oleh selir Yui yang lebih dahulu menjelaskannya yang membuat mereka berdua lega.
"Hormat hamba yang mulia," ucap Selir Yui sembari membungkuk memberi hormat.
"Ada apa? apa yang terjadi di dalam sana Yui? mengapa Dong terlihat khawatir sekali?" tanya Raja Won khawatir.
Selir Yui tersenyum kemudian menjelaskan apa yang terjadi untuk menenangkan hati keduanya yang terlihat sangat khawatir.
"Tidak terjadi apa apa yang mulia, Dong hanya sedang mencemaskan keadaan Putri Wei yang sedang kurang enak badan," jelas Selir Yui yang membuat Raja Won bernafas lega.
"Aaa begitu rupanya, syukurlah kalau tidak terjadi apa apa, baiklah Joon sebaiknya kita pergi saja," ucap Raja Won memberi intruksi kepada sang putra.
"Iya ayah..." Raja Joon bergegas pergi dari sana seperti intrupsi sang ayah.
Raja Won menuju ruangannya sedangkan Raja Joon- sang putra juga menuju ruangannya bersama Ratu Jang.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro