VII. Sam
SAM heran melihat kucing berbulu tiga warna yang tak lain adalah Cathy, memasuki laboratorium sambil mengeong-ngeong manja.
"Eh, kucing siapa ini?" Sam bertanya.
"Cathy," jawab Misaka, singkat.
"Cathy?"
"Sebenarnya, saat kalian sedang sibuk, Cathy dikutuk oleh Molly menjadi kucing," Misaka menjelaskan, sementara Sam dan Kazu mengangguk bersamaan.
"Kenapa tidak bilang dari tadi!" protes Sam.
"Molly juga pergi barusan," tambah Misaka.
"Benar juga. Molly tidak ada sini," Kazu berkomentar.
"Kalau Molly, dia pasti kembali menjadi dirinya yang sebenarnya."
Sontak, Misaka dan Kazu menoleh ke arah Sam. Mereka tak tahu bahwa sebenarnya Molly adalah demigod berkemampuan mengendalikan realitas. Tentu Sam tahu, karena Rizky pernah memberitahunya tempo hari.
"Jadi, orang yang menyebabkan Rassenkrieg adalah Molly?"
Betapa shock Misaka saat mengetahui ini. Wanita yang diselamatkannya, wanita yang menjadi cinta pertamanya berkeinginan untuk menghancurkan dunia.
Kazu menekan tombol. Dua buah kapsul yang berjajar di ruangan pun terbuka. Asap mengepul dari dalam kapsul itu.
Nasr dan Andy, dalam keadaan sehat tanpa luka sedikit pun, berjalan ke luar kapsul. Molly memiliki teknologi yang ampuh di bidang kedokteran. Jika saja alat itu dipatenkan, tentu hidup Molly tak akan sehancur ini.
Sayangnya, Molly memilih menjadi author gagal, sebelum mendapatkan kembali ingatannya sebagai demigod.
Empat sekawan ditambah satu ini harus bergegas, menyusul Molly sebelum semuanya terlambat. Sedikit yang mereka tahu, diam-diam Kazu sedang merencanakan sesuatu.
***
Sehari kemudian, lima sekawan ditambah satu, karena Cathy telah lepas dari kutukan, tiba di perbatasan Veigrvollr. Di hadapan mereka adalah pegunungan yang menjulang tinggi. Molly dan ras pengacau telah tiba di sisi pegunungan yang satunya, entah bagaimana cara mereka mendaki gunung ini.
"Dingin sekali," Cathy menggigil. Dia mendekati Sam, mengharap kehangatan dari laki-laki itu, hingga badan mereka saling bersenggolan.
"Ja-jangan dekat-dekat. K-kau membuatku terkena venustraphobia," Sam menjauh dari Cathy.
"Apa itu anustropisia?" Cathy salah mengucap "venustraphobia" menjadi "anustropisia."
"Itu artinya dia takut dengan planet Venus," Kazu menimpali.
"Hoho, bintang kejora, planet kedua di alam semesta," Andy menggoda Sam sampai-sampai lelaki itu membuang pandangan darinya.
"Hentikan Andy, kau membuatnya takut."
"Sudah sudah. Jangan ganggu Sam," Nasr melerai pertengkaran absurd ini.
Lalu, enam sekawan ini mendongak, memperhatikan betapa puncak gunung menembus langit ungu. Awan yang menyerupai spiral berkumpul di puncak.
"Bagaimana cara kita melewatinya?" Cathy bertanya.
Seketika, tatapan lima sekawan ini tertuju pada Nasr. Nasr balas menatap dengan jijik. "Kenapa kalian menatapku seperti itu?" batinnya.
Bukan rahasia umum bahwa Nasr adalah yang terpintar di antara enam sekawan ini. Buktinya, dia berhasil membunuh Wahyu saat sedang terpojok. Berkat Nasr pula, Sam dan Cathy bisa kabur saat tertangkap Wahyu.
"Kau pasti bisa, Nasr. Aku tahu itu," Sam menyemangati. Nasr pun mengangguk.
Lima menit menunggu dalam dingin, bahkan hingga sebagian perbekalan enam sekawan ini membeku. Mereka pun menemukan jalan keluar.
"Aha! Aku tahu!" Nasr berseru, mengagetkan enam sekawan yang lainnya.
Sam tersenyum, jarang-jarang dia merasa sesenang ini. Melihat Sam senyum, Cathy ikut tersenyum. Misaka dan Kazu tak bisa menyembunyikan kegirangannya.
—
Ditulis oleh: samm_san
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro