7. Pingsan
Pria itu terus saja duduk dengan santainya melihat ke arah Anya yang berdiri di hadapan tiang bendera dengan tangan memberi hormat, pria itu menyimpan tasnya diatas anak tangga yang menuju ke bawah lapangan dan berjalan ke arah Anya.
" Yang di hukum itu lo, tas lo juga?. " ucap pria itu dengan diakhiri tawa.
Anya melihat ke arah belakang punggungnya, ternyata benar ucapan pria itu Anya tidak melepaskan tasnya karena saking takutnya saat pak Reno menyuruh Anya untuk berdiri di lapangan sampai-sampai Anya lupa menyimpan tasnya dan malah langsung berdiri di lapangan.
" Udah simpan sana tas lo!, berat kan?. "
Anya langsung menyimpan tasnya di dekat tas dari pria itu, kemudian Anya berjalan menuruni anak tangga dan menghadap kearah tiang bendera dengan pria itu di samping Anya, Anya berdiri dengan kaki tegapnya seperti memberi hormat kepada pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan ini sehingga bendera merah putih bisa di kibarkan.
Anya berdiri di sebelah kiri tiang bendera sedangkan pria itu di sebelah kanannya, Anya terus saja memberi hormat dengan tangan kanannya yang di angkat sampai atas kepala. Sedangkan pria itu malah mengambil ponselnya yang berada di saku celananya dengan earphone menggantung di ponselnya.
" Lo serius banget yah jadi orang?. " ucap pria itu dengan memasangkan earphone ke telingannya.
" Maksud lo?. " Anya malah bertanya balik dan terus saja memberi hormat kepada tiang bendera.
" Santai aja gak ada pak Reno ini!, lo mau dengerin musik?. "
Anya langsung menatap pria itu dengan tajam, sedangkan pria itu tetap asik mendengarkan lagu sambil bernyanyi pula. Anya bergeser sedikit lebih jauh ke arah kiri dan pria itu mungkin tidak akan mendengarnya.
" Kok lo ngejauh dari gue?. " pria itu langsung menatap ke arah Anya.
" Kan biar posisi kita sejajar aja sama tiang bendera, gue di kiri lo di kanan!. "
Pria itu hanya menganggukkan kepala saja, dan bukannya berdiri dengan tegap dan memberi hormat pria itu malah bernyanyi-nyanyi hingga membuat Anya menepuk jidat.
" Lo hormatnya pakai tangan kiri dong kan lo di kiri, kalau gue, kan gue di kanan jadi pakai tangan kanan?. " ucap pria itu yang tak masuk akal.
" Aneh yah lo!, dasar cowok aneh!. " Anya menghentakkan kakinya.
" Kita ini lagi di hukum lo mau pak Reno nambahin hukuman lagi ke kita?, lo yang bener jangan pakai earphone segala nanti kalo ketahuan pak Reno makin ribet urusannya!. " ucap Anya panjang lebar.
Pria itu membisu tak berkata sepatah katapun dan memasukan ponselnya kedalam saku celananya, ucapan Anya tadi seketika membuatnya terdiam. Pria itu merapikan dirinya dan berdiri tegap memberi hormat.
Anya merasa bersalah setelah Anya berkata demikian kepada pria itu, tapi harus bagaimana lagi Anya membuat pria itu mengerti bahwa mereka sedang dalam hukuman.
" Maafin gue yah?, kata-kata gue tadi nyakitin lo yah?. " Anya menoleh ke arah pria itu.
" Gue pantes kok lo perlakuin kaya gitu!. " ucap pria itu dengan wajah memandang bendera.
" Tapi gue gak ada maksud buat nyakitin lo!. "
" Udah santai aja!. "
Anya terus saja merasa bersalah, sehingga membuat mereka membisu dan tak mengobrol seperti tadi, tiba-tiba saja pandangan Anya mulai kabur dan kaki Anya seperti melayang di udara hingga membuat Anya tak bisa menahan badannya lagi.
Brruuuukkkk....
Badan Anya terjatuh ke arah kiri sehingga membuat pria di sampingnya kaget dan melihat ke arah Anya, pria itu mendekat dan duduk di samping Anya. Pria itu ingin saja berteriak meminta tolong tapi siapa yang akan menolong mereka disaat semua siswa dan guru sedang belajar.
Pria itu menyentuh wajah Anya dan merapikan sehelai rambut yang menutupi wajah Anya, pria itu terpesona melihat kecantikan Anya dan membuatnya melamun entah membayangkan apa di tengah kepanikan itu.
" Lo kenapa?, bangun dong!. " ucap pria itu dengan menepuk halus wajah Anya.
Pria itu meletakkan tangannya di belakang kepala Anya dan di bagian kaki Anya, saat pria itu ingin mengangkat Anya dan membawanya ke UKS pandangan pria itu menoleh ke arah tas milik mereka.
" Ah gue lupa, tasnya belum gue bawa. " ucap pria itu dengan wajah cemas melihat Anya yang terbaring di lapangan.
Pria itu berjalan untuk mengambil tas miliknya dan juga milik Anya, kemudian berjalan lagi untuk mengangkat badan Anya dan membawanya ke UKS. Dengan sangat hati-hati pria itu mengangkatnya sekuat tenaga.
" Badannya doang kecil, tapi kok berat. " desis pria itu.
Anya belum juga sadarkan diri, sehingga membuat bibirnya yang semula berwarna pink kini menjadi pucat pasi. Pria itu cemas dengan keadaan Anya.
Sesampainya di UKS pria itu memindahkan Anya dari pangkuannya ke atas ranjang yang sudah tersedia disana, kemudian menyelimuti setengah kaki Anya karna Anya memakai rok yang tingginya selutut.
Pria itu tak berhenti memikirkan keadaan Anya yang membuatnya cemas, pria itu mengambil kursi untuk duduk di samping Anya. Dengan memegang tangan Anya dia terus saja berdoa agar Anya tidak kenapa-kenapa.
" Lo bangun dong!. "
" Gue takut lo kenapa-kenapa?. "
" Lo emang aneh!, tapi gue mohon jangan lakuin hal sebodoh ini, gue khawatir tau gak lo?. "
" Please lo bangun!. "
Pria itu menunduk dengan memegang tangan Anya, Anya pingsan sangat lama, sehingga membuat pria itu kehabisan kata-kata. Anya perlahan membuka matanya yang sebenarnya masih kabur untuk melihat karna Anya pingsan tadi dan badannya sangat lemas sehingga Anya hanya bisa menggerakkan tangannya yang berada dalam genggaman pria itu.
Seketika saja wajah pria itu melihat ke arah Anya, karna saking bahagianya hampir saja pria itu memeluk Anya, tapi dia urungkan lagi karna Anya masih terbaring lemas diatas ranjang itu.
" Gue dimana?. " tanya Anya bingung.
" Lo di UKS tadi lo pingsan, gue yang bawa lo kesini!. "
" Makasih yah!. " Anya mengangkat badannya perlahan untuk duduk di atas ranjang itu.
" Lo kenapa bisa pingsan?, muka lo juga pucat?. " tanya pria itu.
" Gue gak bisa berdiri lama-lama, dan mungkin karena gue gak sarapan. " ucap Anya lemas.
Terdengar suara langkah sepatu berjalan menuju ruang UKS, Anya dan pria itu terus saja mengobrol tanpa mereka sadari bahwa mereka sedang dalam hukuman. Tiba-tiba saja pak Reno mengetuk pintu sehingga membuat mereka melihat ke arah pintu.
" Bapak hukum kalian itu di lapangan! Bukan di UKS. " sepertinya pak Reno marah.
" Maaf pak tadi siswi perempuan ini pingsan. " ucap pria itu karena tidak tau nama Anya.
" Ya sudah karena hukuman kalian belum selesai, dan kamu siswi perempuan siapa nama kamu?, ah sudahlah tak perlu kau bicara bapak lihat kau terlalu lemas, untuk saat ini kalian masuk ke kelas saja dan lanjutkan belajar!, dan sepulang sekolah kalian harus membersihkan perpustakaan!, kalian mengerti?. " pak Reno berbicara dengan panjang lebar.
Anya dan pria itu hanya menganggukkan kepala saja, Anya turun dari ranjang itu dan mengambil tasnya untuk masuk ke kelas, pria itu membantu Anya dengan perlahan-lahan.
" Sepulang sekolah gue tunggu lo di perpustakaan!. " teriak pria itu kearah Anya yang berjalan menuju arah kelasnya dengan sangat hati-hati karena badan Anya masih lemas saat pingsan di lapangan.
Sedangkan pria itu berjalan menjauhi Anya, sehingga membuat mereka berlawanan arah, entah pergi kemana pria itu sehingga membuat Anya enggan untuk melihatnya, Anya hanya terfokus kearah depan.
Sesampainya di kelas Anya duduk di samping Widi, dan untung saja guru yang mengajar pada jam pelajaran kedua tidak ada disana atau mungkin belum masuk ke kelas Anya, sehingga membuat Anya lega.
" Ay lo darimana aja, gue telfonin lo kok gak diangkat?. " ucap Widi dengan badan yang dihadapkan ke arah Anya.
Anya mengatur nafasnya dan membenarkan posisi duduknya, rasa lemas di badan Anya mulai hilang perlahan, Anya menyimpan tasnya diatas meja dan pandangan Anya menghadap kearah papan tulis.
" Gue lupa bawa handphone gue Wid!, sorry yah?. " ucap Anya.
" Kok lo bisa lupa?, terus tadi lo kemana gak masuk kelas?. "
" Gue buru-buru buat ke sekolah jadi gue lupa, terus tadi itu gue telat jadi kena hukum pak Reno Widi!. " ucap Anya mempertegas.
" Lo sih kalo bangun tidur lamaaa bangett. " Widi melebarkan tangannya kearah kanan.
" Iya gue tau, udah dong Wid!. " Anya menutup wajah dengan tangannya.
Seorang guru masuk ke kelas Anya untuk mengajar di jam pelajaran kedua. Semua murid belajar dengan tenang hingga ber istirahat berbunyi.
Tringggg...triiiiinggggg....
Semua murid berhamburan memburu segudang makanan yang di jajarkan di kantin sekolah, Anya merapikan bukunya dan memasukannya kedalam tas setelah itu baru pergi ke kantin sekolah untuk memesan makanan.
Anya, Widi dan Bayu berjalan menuju kantin sekolah, mereka berdiri untuk memesan makanan dan minuman. Mbak Murni pemilik warung di kantin itu menghampiri mereka yang berdiri di depan warungnya terlihat seperti ingin memesan sesuatu.
" Mbak Murni batagornya 3 pake kuah yah mbak, sama minumnya ice pelangi 3 yah, kita tunggu di meja pojok sana yah mbak!. " ucap Widi dengan satu hembusan nafasnya.
" Iya nanti mbak antar kesana!. " ucap mbak Murni.
Anya, Widi dan Bayu berjalan menuju sebuah meja di pojok kantin, dengan suasana kantin yang sangat ramai sehingga membuat kebisingan yang disertai tawaan dan lawakan. Tak terlalu lama menunggu mbak Murni membawa sebuah nampan yang terdapat 3 mangkuk batagor dengan 3 gelas ice pelangi.
" Makasih mbak Murni!. " ucap Anya diakhiri senyuman manisnya.
" Sama-sama!. " balas mbak Murni.
Mereka bertiga memakan batagor dan ice pelangi itu dengan senda gurau yang menjadi penjeda, saat Anya menyedot ice pelangi yang menjadi pembuka sebelum Anya memakan batagor dengan bumbu yang berkuah itu, tak sengaja Anya melihat Panji berjalan ke arah meja yang berada di sebelah Anya.
Tiba-tiba saja Anya tersedak, karna melihat Panji.
Seketika saja wajah Anya memerah sehingga membuat Panji mendekat ke arahnya dan meninggalkan temannya.
" Hai Anya!. " ucap Panji.
" Hai kak!. " balas Anya.
" Gue boleh duduk disini?. "
" Boleh dong kak!. " diakhiri senyuman yang manis.
" Makasih. " Panji duduk di hadapan Anya.
" Terus temen kak Panji sendiri?. "
" Biarin aja dia sibuk terus sama gamenya!. " bisik Panji.
Widi dan Bayu saling bertatapan melihat kelakuan Anya.
" Lo suka ice pelangi?. " tanya Panji.
" Emang kak Panji gak suka?. " Anya malah bertanya balik.
" Gue itu lebih suka.... !. " ucap Panji membuat Anya penasaran.
" Suka apa kak?. " tanya Anya penasaran.
" Gak ah rahasia!. "
Setelah Anya mendengarkan perkataan Panji yang terakhir membuat bibir Anya yang tipis serta berwarna pink tanpa polesan liptin itu maju 3 centi, dari pojok kantin terlihat Putri bersama temannya sedang memperhatikan Anya dengan Panji.
" Tunggu aja apa yang gue lakuin ke lo, setelah lo berani-beraninya deketin Panji!. " Ucap Putri yang sadari tadi berdiri merperhatikan Anya dan Panji. Kemudian Putri berlalu meninggalkan kantin dengan temannya, entah akan pergi kemana dia.
Anya terus saja mengobrol dengan Panji, karena terlalu asiknya sampai bel istirahat berbunyi dan itu artinya jam istirahat telah berhenti dan semua siswa masuk kembali ke kelasnya untuk melanjutkan pelajaran.
" Anya duluan yah kak!, Widi, Bayu ayo!. " ucap Anya ke arah Panji dan kepada kedua sahabatnya itu.
" Iya silahkan!. " ucap Panji diakhiri senyuman.
****
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro