Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

22. Perpustakaan

Keesokan harinya seorang pria berlari menuju kelas Anya dengan nafas yang terengah-engah.
Padahal saat itu keadaan kelas Anya sedang belajar. Siswa itu berteriak sekeras mungkin memanggil nama Anya karena di suruh oleh Pak Ruslam. Yang sebenarnya pria itu tidak tahu wajah Anya.

"SPADA ada yang namanya Anya?." teriak siswa itu yang membuat seluruh siswa kelas Anya menatapnya tajam.

"Ada apa kamu manggil Anya?." ucap guru yang sedang menulis di papan tulis.

"Anya di panggil Pak Ruslam Bu!." ucap siswa itu datar.

"Ya sudah! Anya kamu di panggil Pak Ruslam katanya!."

"Iya Bu!." ucap Anya bingung.

"Gue di panggil gara-gara apalagi sih Wid?." tanya Anya pelan kearah Widi.

Widi hanya mengangkat bahunya sebagai tanda tidak tahu. Anya menghela nafas berat yang kemudian berjalan menyusuri lorong kelas menuju ruang guru.

"Apa gue bakal kena hukuman lagi? Tapi kemarin cowok itu bilang gue gak bakal kena hukuman lagi! Tapi sekarang apa? Pak Ruslam malah manggil gue kan? Dasar manusia tak bernama! Manusia aneh! Kadang gue suka liat lo!." geram batin Anya.

"Sebentar-sebentar Anya lo suka liat dia? Arghh kok gue malah mikirin dia sih!." Ketus batin Anya lagi.

Tiba-tiba asap putih muncul dengan membawa wajah pria itu. Iya pria yang Anya sebut manusia tak bernama tersenyum padanya. Wajah Anya kaget seketika saat pria itu berada di hadapannya. Lantas Anya pun memarahi pria itu padahal itu cuman halusinasi Anya saja karena Anya yang terus memikirkan pria itu.

"Ngapain lo disitu? Senyum-senyum segala lagi!." ucap Anya kearah bayangan pria itu.

Siswa yang berada di pinggir lorong itu langsung menatap aneh kearah Anya. Karena malu Anya pun terdiam dan melihat kearah depannya bahwa itu cuman halusinasi Anya saja yang terus membayangkan pria itu.

"Anya lo kayak tadi itu gila! Halu sih lo! Malu-maluin diri lo aja! Arghh kenapa sih gue mikirin cowok itu!."  geram batin Anya lagi.

Karena penasaran kenapa Pak Ruslam memanggilnya Anya pun berjalan dengan cepat menuju ruang guru. Setibanya di sebuah pintu yang bertuliskan [R.GURU] Anya pun langsung mencari meja Pak Ruslam. Dan nampak ada seorang pria yang tengah duduk di sebuah kursi di hadapan Pak Ruslam.

"Permisi Pak! Bapak manggil Anya?." tanya Anya.

"Iya silahkan duduk Anya!." ucap Pak Ruslam.

Lantas Anya pun langsung duduk di samping kursi dari pria itu. Pria itu tersenyum santai melihat Anya. Jantung Anya kala itu berdegup dengan perasaan campur aduk antara asmara dengan sebuah tanda tanya kenapa Pak Ruslam memanggilnya.

"Begini Anya, karena buku fisika kamu tidak ada dan kamu tidak memberikannya kepada Bapak. Bapak berniat untuk menghukum kamu lagi di lapangan!." ucap Pak Ruslam.

Anya menghembuskan nafas pasrah mendengar ucapan Pak Ruslam barusan.

"Tapi, Bapak gak akan hukum kamu lagi karena Bapak takut kamu pingsan! Jadi sebelum buku itu ketemu dan sebelum kamu mengumpulkannya ke Bapak! Bapak kasih kamu tugas untuk mengerjakan soal sebagai gantinya!." tambah Pak Ruslam.

"Tapi Anya tidak terlalu pandai dengan fisika Pak!." ucap Anya.

"Tenang! Gue yang ngajarin lo!." ucap pria itu dengan menepuk bahu Anya halus sehingga Anya langsung menatapnya.

"Iya Anya, tidak apa-apa kan? Itu sebagai gantinya sebelum buku kamu ketemu!." tegas Pak Ruslam.

"Iya Pak!." ucap Anya.

"Anya ini soal yang harus kamu kerjakan! Se-pulang sekolah di perpustakaan ada banyak buku fisika yang bisa kamu pelajari sebagai ganti dari tugas Bapak dari buku kamu yang hilang itu!."

"Baik Pak!."

"Ya sudah, kamu berdua silahkan kembali ke kelas!." suruh Pak Ruslam.

Anya berjalan di samping pria itu karena memang kelas mereka di gedung yang sama. Anya terdiam begitu pun pria itu. Padahal dari lubuk hati Anya yang paling dalam pertanyaan demi pertanyaan sudah menumpuk di otak Anya.

"Se-pulang sekolah gue tunggu lo di perpus yah!." ucap pria itu.

"Kata lo gue gak bakal di hukum lagi? Apa tadi itu apa gue di suruh kerjain tugas dari Pak Ruslam lagi kan?." ucap Anya membludak.

"Gue minta ke Pak Ruslam biar jangan hukum lo untuk berdiri lagi di lapangan! Pak Ruslam gak bakal berhenti hukum lo kayak gitu sebelum lo ngasih buku beserta tugas lo! Gue yang mohon ke Pak Ruslam! Dan Pak Ruslam gak bakal hukum lo di lapangan lagi! Karena gue takut lo pingsan lagi!." ucap pria itu yang membuat Anya terdiam.

"Jadi sebagai gantinya Pak Ruslam ngasih lo tugas! Dan gue di suruh bantu-in lo karena gue itu murid yang pintar dalam pelajaran Pak Ruslam! Sebab itu Pak Ruslam setuju!." tambah pria itu.

"Makasih yah lo udah baiiiikkk banget sama gue!." ucap Anya mendekat kearah pria itu dan memegang tangan dari pria itu.

"Tapi gue boleh tau nama lo kan?." cengir Anya.

"Suatu saat lo bakalan tau kok!." ucap pria itu yang kemudian berlalu meninggalkan Anya.

Anya menghela nafas berat "Suatu saat" ulang batin Anya.

Kemudian Anya berjalan untuk menyambung belajar lagi.

**

Tepat pukul 15:00 Anya berjalan menuju perpustakaan, keadaan sekolah sudah sepi kala itu karena memang semua murid sudah pulang dan hanya tinggal guru-guru yang berada di ruangannya. Tidak lama berjalan Anya sampai di ruang perpustakaan.

Harum ruangan ini masih sama, hangat suasananya juga masih sama kala Anya mengintip seorang pria dari balik buku-buku itu. Semoga saja senja juga hadir menemani mereka supaya terulang kebahagiaan dikala itu yang membuat Anya tersenyum.

Anya langsung duduk di meja yang menghadap ke sebuah jendela yang cukup besar dan mengeluarkan tugas yang Pak Ruslam berikan padanya. Seorang pria berjalan mendekat kearah Anya dengan membawa se-tumpuk buku yang sangat tebal. Sepertinya itu buku fisika.

"Nihh, gue bawa-in buat lo!." ucap pria itu meletakan buku di samping Anya.

"Gak usah repot bawa buku banyak! Kan ada lo yang mau bantu-in gue!." cengir Anya.

"Ini buku buat lo belajar! Kalau gue yang bantu-in lo mulu lo kapan belajarnya!." ucap pria itu yang kemudian duduk di samping Anya.

"Ya udah iya, gue pelajarin semua ini buku!." ucap Anya dengan nada kesal.

"Coba sini gue liat tugas dari Pak Ruslam!." pinta pria itu.

Tanpa banyak bicara lagi Anya langsung memberikannya kepada pria itu.

"Kalau soal ini sih gampang!." ucap pria itu.

"Kalo gitu lo yang kerjain dong!." ucap Anya tersenyum.

"Kok gue? Yang mestinya belajar itu lo!."

"Ya udah iya!."

Dengan sangat terpaksa Anya mengerjakan soal itu di samping pria itu yang membantunya mengerjakan tugas dari Pak Ruslam. Anya yang terus saja bertanya kepada pria itu karena tidak paham dengan tugas yang Pak Ruslam berikan.

Waktu terus saja berputar, dan keinginan Anya untuk mengula kejadian dikala itu sekarang terwujud. Senja muncul dengan sangat malu, pipi merah meronanya membuat siapa saja tersenyum. Kedatangannya seperti melambatkan waktu, dia menghilang secara diam-diam di balik keindahannya.

Anya memandang kearah jendela itu. Jendela yang sama kala pria itu membentangkan tangannya untuk melihat secercah warna jingga. Anya terus saja menatap takjub kearah senja dan membiarkan pria itu dengan setumpuk buku yang dia bawa.

"Anya!." ucap pria itu dengan meletakan tangannya diatas meja dan menunjuk kearah wajah Anya.

Anya langsung memalingkan wajahnya kearah pria itu. Jari telunjuk dari pria itu mengenai hidung Anya. Sehingga Anya langsung memegang hidungnya yang tergores oleh tangan pria itu.

"Sorry-sorry gue gak sengaja!." ucap pria itu.

"Lo juga sih yang salah bukannya belajar malah liat-in senja!." ketus pria itu lagi.

"Lo pernah ngerasa-in kejadian ini gak?." tanya Anya yang membuat pria itu tak mengerti.

Lantas Anya pun berjalan mendekat kearah jendela yang kemudian membentangkan tangannya seperti pria di sampingnya saat dikala itu. Pria itu pun mengikuti langkah Anya dan memandang senja di samping Anya.

"Walaupun jarak kita bagai matahari dan pluto saat aphelium, amplitudo gelombang hatimu berintervensi dengan hatiku. Seindah gerak harmonik sempurna tanpa gaya pemulih, bagai Kopel gaya dengan kecepatan angular yang tak terbatas!." ucap pria itu melihat wajah Anya.

Seketika saja Anya langsung memandang kearah pria itu tak mengerti. Maksud dari perkataan pria itu apa yang membuat jantung Anya berdegup sangat kencang dan tidak terkendali. Anya memegang hatinya itu dengan kedua tangannya.

"Lo kenapa? Lo sakit?." tanya pria itu.

"Kayaknya ada masalah deh dengan jantung gue?." ucap Anya polos.

"Jantung lo? Jantung lo kenapa?." tanya pria itu kaget.

"Dari tadi jantung gue itu gak bisa diem! Kayak yang udah lari maraton aja!."

"Dag dig dug gitu?."

"Aneh kan?." tanya Anya polos.

"Hahahaha!." pria itu tertawa melihat Anya.

"Kok lo malah ketawa sih?." tanya Anya bingung.

Tiba-tiba lampu perpustakaan di matikan dan itu tandanya sekolah akan segera di tutup oleh satpam. Anya melihat kearah jam tangannya yang menunjukan pukul 17:14 waktu yang sudah hampir petang.

"Gue pulang yah! Takut bunda nyari-in!." ucap Anya dengan merapikan buku yang berserakan di meja.

"Lo pulang bareng gue aja!." ucap pria itu.

"Gak usah gue nyari taxi aja!." ucap Anya yang kemudian berlalu meninggalkan perpustakaan.

Pria itu langsung mengambil tasnya yang berada diatas meja dan membiarkan buku fisika yang tebal itu berserakan diatas meja. Pria itu berlari mengejar Anya karena takut tertinggal jauh. Dan benar pria itu sudah kehilangan jejak Anya. Seorang satpam yang bertugas mengunci sekolah datang mendekat.

"Pak, Bapak liat cewek yang tadi lari gak?." tanya pria itu.

"Dia kearah sana!." ujar Bapak satpam itu.

"Makasih Pak!." ucap pria itu yang langsung menghidupkan motornya.

Pria itu mengendarai motor trailnya menuju jalan yang satpam itu tunjukan. Dia melihat kesemua penjuru jalan apakah Anya ada disana atau tidak. Pria itu sudah kehilangan jejak Anya.
Nafas pria itu pasrah, tetapi ada satu jalanan lagi yang tidak pria itu telusuri.

Lantas pria itu menghidupkan kembali motornya yang kemudian mencari Anya ke jalan tersebut. Dan benar seorang gadis yang masih menggunakan seragam duduk di sebuah halte untuk menunggu taxi datang menjemputnya. Pria itu menghampiri Anya.

"Udah bareng gue aja! Mau sampai kapan lo nunggu taxi?." tanya pria itu.

"Gak ah, gue takut repotin lo lagi!." kukuh Anya.

Pria itu menepikan motornya dan berjalan menghampiri Anya yang tengah duduk. Karena hari yang sudah hampir petang dan awan yang sudah menghitam pria itu langsung menarik tangan Anya dan membuat Anya berdiri.

"Udah Ayo! Jangan bicara lagi!." jari telunjuk pria itu menutup bibir Anya.

Tatapan Anya dalam kearah pria itu. Pria itu langsung mengajak Anya untuk menaiki motornya dan melaju pulang. Mungkin sang awan sedang bersedih dan iri melihat kedekatan Anya dengan pria itu dan kemudian dia meneteskan air matanya sehingga membuatnya menangis tersedu-sedu, linangan air matanya membasahi pria itu bersama Anya yang tengah duduk di belakangnya.

Anya membentangkan kedua tangannya karena ia tidak pernah main hujan lagi seperti waktu Anya kecil.

"Jangan kayak gitu nanti lo bisa jatuh!." ucap pria itu.

"Iya-iya, takut banget yah kalo gue jatuh?." goda Anya.

"Kalo hati lo yang jatuh! Baru gue seneng!."

"Maksud lo?." tanya Anya tak mengerti.

"Rumah lo dimana sih?." pria itu mengalihkan pembicaraan.

"Udah gue turun disini aja!." ucap Anya memaksa.

"Hujannya deras banget! Udah biar gue aja yang anterin ke rumah lo!."

Sang awan yang terus menangis hingga membanjiri jalanan ibu kota. Dan waktu yang sudah hampir malam entah itu karena langit yang mendukung sang awan. Setibanya di kompleks perumahan Anya karena Anya memberitahukan arah pulang menuju rumahnya kepada pria itu.

"Rumah lo yang mana?." tanya pria itu yang mulai kedinginan.

"Yang nomor 17!." ucap Anya yang tengah menggigil dingin.

"Nomor 17! Sampingnya rumah itu kan!." ujar batin pria itu.

Setibanya mereka di depan gerbang rumah Anya. Anya pun turun dari motor pria itu dan langsung masuk ke dalam rumahnya karena badan Anya yang sudah kedinginan.

"Bilang terima kasih kek!." ucap pria itu teriak.

"Iya makasih!." ucap Anya dengan menutup pintu.

Pria itu terus melihat kearah pintu yang di tutup Anya.

"Tuh kan gak salah lagi!." ucap pria itu yang kemudian tersenyum.

****

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro