20. Lo Mau Rebut Apalagi?
Keesokan harinya seluruh siswa yang tidak belajar mungkin karena guru yang di tugaskan tidak masuk sehingga kepala sekolah menyuruh mereka untuk membersihkan aula. Karena sisa acara se-malam. Semua siswa membersihkannya dengan bersama-sama.
Tapi untung saja kelas Anya tidak membersihkan aula karena guru yang mengajar di kelas Anya selalu saja tepat waktu. Jadi ada untungnya juga bagi kelas Anya karena tidak perlu mengeluarkan keringat di pagi hari.
"Selamat pagi anak-anak!." ucap seorang guru.
"Pagi Pak!." balas seluruh murid.
"Keluarkan buku fisika kalian!." ucap Pak Ruslam.
"Sekarang fisika besok juga fisika! Kenapa harus 2 kali pertemuan sih berturut-turut pula!." bisik seorang siswi di samping meja Anya.
"Mampus deh gue kan gak bisa fisika!." ucap Anya dengan menepuk jidatnya.
"Ay lo kenapa?." bisik Widi.
"Gak apa-apa kok Wid!." balas Anya.
Pak Ruslam menulis seluruh materi fisika dan menjelaskannya dengan sangat detail tapi tetap saja Anya tidak terlalu menyukai pelajaran fisika dan lebih baik di suruh membuat 1000 puisi dari pada harus mengerjakan satu soal fisika.
Setelah menjelaskan, Pak Ruslam langsung memberikan 5 buah tugas untuk semua murid kelas Anya kerjakan dan akan di periksa pada pertemuan yang kedua dan itu besok. Sungguh musibah yang sangat besar bagi Anya di samping Anya tidak paham sekarang harus mengejarkan soal yang sama sekali tidak bisa Anya kerjakan.
Waktu mengajar di jam pertama sudah habis dan Pak Ruslam keluar dari kelas Anya menuju ruang guru. Suasana kelas Anya sekarang sedang di landa musibah yang amat besar karena tidak ada satupun murid yang paham dengan cara mengajar Pak Ruslam.
"Mampus deh pulang sekolah sekarang kita harus mati-matian nih buat ngerjain tugas dari Pak Ruslam!." ucap seorang siswa.
"Betul tuh, di tambah besok juga Pak Ruslam masuk lagi!." timpal siswa yang lain.
"Udah lah gak usah di kerja-in aja!." ucap Bayu.
"Lo mau kena hukum Bay?."
"Pak Ruslam itu selalu ingat kalau ngasih tugas, dia gak bakalan lupa!."
"Ya terus gimana dong?." ucap Bayu pasrah.
"Yan lo pinter kan? Lo yang kerjain yah!." ucap teman Bayu.
"Iyalah Yan, lo kan pinter!." pinta Bayu.
"Tenang serahin semuanya sama gue! Heyy kalian semua biar gue aja yang ngerja-in! Kalian tinggal tunggu beres aja!." ucap Yanto ketua murid di kelas Anya.
Seluruh murid bersorak gembira dan merasa lega tanpa harus ruwet memikirkan tugas dari Pak Ruslam. Yanto ketua murid di kelas Anya memang pintar dalam segala hal termasuk pelajaran fisika dan karena dia baik sehingga tidak masalah kalau harus membagi jawaban karena dia tidak mau kalau seluruh temannya akan di hukum Pak Ruslam.
"Untung ada lo Yan!." ucap Anya.
"Betul tuh!." sahut Widi.
Setelah menunggu beberapa menit seorang guru masuk ke kelas Anya untuk mengajar sampai bel istirahat berbunyi.
Triiiinngggggg....tttrrrriiinnnggg.....
Bel istirahat berbunyi, semua murid menuju kantin dengan berlari-lari karena perut mereka yang sudah meronta-ronta. Anya, Widi dan Bayu juga berjalan menuju kantin sekolah. Seperti biasa mereka memesan batagor beserta ice pelangi dan duduk di pojok kantin.
Tidak lama menunggu mbak Murni membawakan 3 mangkuk batagor beserta 3 gelas ice pelangi. Anya menyedot seluruh air di dalam gelas itu dan menyisakan bubble yang berwarna-warni. Sehingga Widi dan Bayu menggelengkan kepala melihat tingkah Anya.
Dari sisi meja yang lain nampak Panji yang sedang memperhatikan Anya. Yang sebenarnya Anya tidak tau kalau sedari tadi Panji terus saja memperhatikannya. Anya terus saja memakan batagor itu dengan lahapnya sampai-sampai bumbu dari batagor itu menempel di samping bibir Anya.
"Ay lo laper?." ucap Widi.
"Gue laper gara-gara pusing mikirin tugas dari Pak Ruslam Wid!." ucap Anya asal.
"Gak ada hubungannya Anya!." ucap Bayu.
"Kok ice pelangi gue habis sih?." ucap Anya dengan mengangkat gelas.
"Lo sendiri yang ngabis-in nyalahin kita!." ucap Widi.
"Udah ah gue pesen lagi!." ucap Anya yang berdiri dari meja dan berjalan menuju mbak Murni untuk memesan ice pelangi lagi.
Setelah selesai memesan Anya membawa se-gelas ice pelangi dan berjalan untuk menghampiri Widi dan Bayu. Tiba-tiba saja Panji memanggil Anya.
"Anya!." ucap Panji.
"Kak Panji!." ucap Anya terdiam melihat Panji yang tengah duduk di meja.
"Ada sesuatu yang mau gue bicara-in sama lo!." ucap Panji.
Anya terus saja terdiam dengan memegang se-gelas ice pelangi itu.
"Ada apa kak?." tanya Anya.
"Lo duduk dulu dong!." pinta Panji tersenyum.
Akhirnya Anya pun duduk di hadapan Panji dan membiarkan Widi dan Bayu.
"Si Anya kok lama banget yah Bay?." tanya Widi.
"Bagus dong! Jadinya kita bisa duduk berdua kan?." ucap Bayu.
Karena penasaran kenapa Anya tidak kembali lagi ke meja yang ia duduki bersama Widi dan Bayu, Widi pun menoleh ke belakang untuk mencari Anya yang entah kemana. Widi melihat Anya yang tengah mengobrol sampai tertawa bersama Panji di hadapannya.
"Anya-Anya gue kira lo kemana! Tau-nya sama kak Panji!." ucap Widi.
Bayu tidak menjawab pertanyaan Widi. Karena batagor milik Bayu sudah habis dan sepertinya Bayu sangat kelaparan sehingga batagor milik Widi di embatnya tanpa sepengetahuan Widi.
"Bay batagor gue!." ucap Widi.
"Laper gue Wid, tapi tenang lo gue yang bayarin kok!." ucap Bayu.
Karena kesal terhadap Bayu, Widi pun mengambil gelas yang berisikan ice pelangi milik Bayu.
"Wid!." ucap Bayu melihat Widi mengambil ice pelangi nya.
"Satu sama!." ucap Widi.
Anya terus saja mengobrol dengan asik bersama Panji. Nampak seorang pria yang melihat kearah Anya dan Panji.
"Yud lo tau cewek itu?." ucap pria itu kepada temannya.
"Tau, ceweknya itu namanya "Anya" kok lo nanya-in dia?." tanya Yuda sahabat pria itu.
Pria itu memutar balikan nya ingatannya, ternyata benar kalung yang dia temukan di dalam saku jaketnya milik seorang gadis yang selalu berada dekat dengannya. Iya seorang gadis yang selalu ingin tahu namanya tapi sampai saat ini pun Anya tidak pernah mengetahui siapa nama dari pria yang selalu mengendarai motor trail itu.
"Lo suka sama dia?." tanya Yuda kembali.
Pria itu tersedak karena mendengar perkataan temannya itu.
"Gue penasaran aja sama itu cewek, gue sering banget deket sama dia dari sebelum cowok di hadapannya kenal sama tuh cewek!."
"Maksud lo kak Panji?." tanya Yuda lagi.
"Gue gak suka sama tuh si Panji!." ucap pria itu mengepalkan tangannya.
Hati pria itu geram melihat Panji yang terus menerus dekat dengan Anya. Seperti ada sesuatu yang membuat pria itu marah dan tidak rela kalau Anya terus berdekatan dengan Panji.
Dari sisi yang lainnya ternyata Putri juga sama sedang memperhatikan Panji bersama Anya yang terus saja mengobrol dengan tertawa.
"Mau itu cewek apa sih Steff?." tanya Putri kepada sahabatnya itu.
"Gak ada takut-takutnya tuh cewek sama lo Put!." balas Steffi.
"Gue ada rencana!." ucap Putri.
"Apa?." tanya Steffi.
Putri pun membisikan sesuatu ke telingan Steffi dan mereka pun pergi meninggalkan kantin dan membiarkan Anya berduaan dengan Panji untuk saat itu tapi tidak dengan hari-hari selanjutnya.
Begitupun dengan pria itu bersama Yuda sahabatnya, dia berjalan menjauh dari area kantin menuju kelasnya. Bel istirahat telah selesai semua siswa kembali ke kelasnya masing-masing.
Widi dan Bayu berjalan menghampiri Anya yang terus saja asik mengobrol dengan Panji.
"Kita bawa lagi Anya yah kak! Nanti tinggal telfon aja ke nomor di bawah ini kalau masih pengen ngobrol lebih lama lagi!." ucap Widi.
"Wid apa sih lo?." tanya Anya malu.
"Gue becanda Ay!." ucap Widi dengan memegang tangan Anya sehingga Anya pun ikut berdiri.
"Anya ke kelas yah kak!." ucap Anya.
Panji hanya tersenyum. Dan Tomi sahabanya Panji juga mengajak Panji untuk ke kelas dan mengikuti pelajaran di jam selanjutnya. Kantin kembali hening karena semua murid kembali belajar. Tapi tidak dengan lapangan basket karena ada siswa yang sedang ber-olah raga.
Guru yang masuk di jam selanjutnya bukan guru-guru yang di takuti para siswa jadi seluruh siswa bebas kalau mau keluar masuk untuk pergi ke toliet. Dan tidak biasanya Anya ingin pergi ke toilet.
"Wid! Widi!." bisik Anya.
"Apa Ay?."
"Gue mau ke toilet sebentar!."
"Ya lo ijinnya sama itu guru, bukan sama gue!."
"Gue ke toilet yah!." tegas Anya.
Widi hanya menganggukan kepalanya. Anya berjalan kedepan untuk meminta ijin pergi ke toilet.
"Bu, Anya permisi dulu ke toilet yah!." ucap Anya.
"Iya silahkan Anya!." ucap guru perempuan itu.
Anya pun berjalan keluar kelasnya menuju toilet yang sangat jauh dari kelas Anya. Lorong kelas yang sepi tak berpenghuni tidak ada satupun siswa yang duduk manis di tepi kursi kelasnya itu.
Anya berjalan menuju toilet dengan langkah kaki yang sudah tidak bisa lagi menahan. Setibanya di toilet Anya buru-buru masuk ke dalam. Dan Anya terkejut dengan seorang siswi yang sedang berdandan di depan cermin toilet dan bukannya masuk ke kelas untuk belajar.
Anya memandang kearah siswi perempuan yang sedang memoleskan lipstik di bibirnya itu. Anya mengerenyitkan dahinya dan siswi perempuan itu juga sama memandang Anya dari atas sampai bawah.
"Sinis banget nih cewek." ucap Anya dalam hatinya.
Karena sudah tidak kuat lagi menahan Anya langsung masuk ke pintu yang bernomorkan "1". Setelah selesai Anya keluar dari toilet itu dan masih saja siswi perempuan itu terus memoleskan makeup di wajahnya, dan Anya pun keluar tanpa memarahi siswi perempuan itu.
"Suka-suka dia aja deh!." ucap Anya.
Langkah kaki Anya meninggalkan toilet dan berjalan lagi menyusuri lorong kelas XI. Tapi tiba-tiba saja sebuah suara terdengar dari belakang gedung kelas XI itu sehingga membuat Anya penasaran.
Anya menghampiri sumber suara itu dengan langkah yang perlahan-lahan. Dan benar ternyata ada 2 orang siswa yang sedang beradu mulut, dan sepertinya Anya mengenal jelas kedua siswa tersebut.
"Pria itu!." ucap Anya menunjuk kearah pria yang selalu saja membuatnya bingung.
"Kak Panji! Ngapain mereka disitu?." ucap Anya pelan.
Anya hanya mendengarkan perkataan mereka.
"Sekarang lo mau rebut apalagi dari gue?." ucap pria itu.
"Maksud lo apa sih?." tanya Panji.
"Jangan pura-pura lo, lo sama nyokap lo itu sama aja! Gak puas nyokap lo udah rebut bokap gue? Sekarang giliran lo yang rebut cewek itu dari gue?." ucap pria itu dengan nada tinggi.
"Cewek yang mana maksud lo? Nyokap gue itu gak rebut bokap lo! Lo aja yang gak mau denger penjelasan gue!." balas Panji.
"Sebelum itu cewek kenal sama lo! Cewek itu lebih dulu deket sama gue!."
"Jadi mau lo apa?." ucap Panji dengan nada tinggi.
"Gue minta lo jauhin dia! Karena kalo lo terus-terusan deketin dia Putri gak akan tinggal diam! Dia bisa di kerja-in! Jadi mending lo jauhin dia deh!." tegas pria itu.
"Lo siapa dia? Pacar juga bukan!."
"Lo juga siapa nya dia Panji?." ucap pria itu mendorong bahu Panji.
"Banyak omong yah lo!." ucap Panji dengan memukul kearah wajah pria itu.
"Lo sama nyokap lo sama aja! Gak puas nyokap lo rebut bokap gue? Sekarang giliran lo rebut cewek itu dari gue?." ucap pria itu yang kemudian berlalu dengan memegang wajahnya.
"Gue gak sengaja mukul lo! Lo denger dulu penjelasan gue!." ucap Panji menyesal.
Anya menutup mulutnya karena kaget melihat tingkah Panji yang tidak seperti biasanya. Dan ada apa diantara Panji dengan pria itu yang membuat Anya penasaran. Karena takut ketahuan oleh Panji, Anya melangkah ke belakang untuk pergi dari belakang gedung itu menuju kelasnya tapi sial Anya menginjak botol kosong dan membuat Panji melangkah mendekat kearah Anya.
"Siapa disitu?." tanya Panji.
****
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro