Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

18. Seyakin itukah?

Malam harinya terasa berbeda dengan malam sebelumnya kini Anya merasa begitu bahagia karna Widi menemani Anya tidur di kamarnya, ya karena itu memang pinta Anya.

"Ay ada apa sih lo nyuruh gue nginep di rumah lo?." tanya Widi.

Anya yang sedari tadi duduk di kursi depan cermin riasnya itu menghadap kearah Widi yang sedari tadi pula duduk diatas ranjang milik Anya itu.

"Ada sesuatu yang mesti gue omongin sama lo Wid, ini soal cewek soal perasaan!." ucap Anya dengan menepuk dadanya yang mungkin kearah hatinya dengan tepukan halus.

"Hahh? Lo bicara soal perasaan? Lo yakin?." delik Widi.

Widi heran dengan Anya, seorang "Anya" yang tidak mudah untuk jatuh cinta ternyata bisa juga bicara soal perasaan? Tanda tanya besar bagi Widi. Kemudian Anya pun berjalan menghampiri Widi dan mereka pun duduk berdua diatas ranjangnya itu, ya karena memang hanya mereka berdua saja ya kali dong Anya ngajak Bayu untuk nginep juga. Untuk soal Bayu kita ke pinggirkan dulu karena ini sedang membahas persoalan seorang gadis.

Lantas Anya pun menunjukan sebuah gelang yang mengikat di lengan kirinya itu. Sebuah gelang yang bertuliskan nama "ANYA" yang merupakan kado keberhasilan di olympiade pemberian dari Panji yang mungkin seorang pria yang sangat berarti bagi Anya. Mungkin saja karena sikap Panji yang terus menerus membuat hati Anya yakin untuk menaruh harapan kepadanya.

"Gue di kasih gelang Wid!." ucap Anya dengan mengangkat lengan kirinya.

"Lo di kasih sama siapa Anya? Girang bener?." tanya Widi.

"Kak Panji dong Widi!." ucap Anya tersenyum manis.

"Lo serius?." kedua tangan Widi memegang bahu Anya.

"Gue serius Widi, yang lebih serius lagi kayaknya gue suka deh sama kak Panji!." ucap Anya dengan menatap langit atas kamarnya itu.

"Lo yakin Ay?." ledek Widi.

"Gue juga manusia kali Widi berhak dong buat suka!." ucap Anya dengan memajukan bibirnya.

Widi hanya tertawa mendengarkan ucapan sahabatnya itu, karena aneh saja Anya tidak biasanya berbicara soal perasaan. Mungkin ini kali pertamanya Anya mulai membuka harapannya untuk seseorang pria yang begitu berarti di hidupnya. Semoga saja pinta Widi.

"Ay?." tanya Widi.

"Lo yakin suka sama kak Panji? Gak biasanya lho lo bicara soal perasaan?." sambung Widi.

"Akhir-akhir kemarin hati gue terus berdegup lebih kencang dari biasanya Widi, kalau gue terus deket sama kak Panji. Dan ya kak Panji pun juga sama sepertinya karena sikap dia ke gue!." ucap Anya.

"Sikap kak Panji yang perhatian ke gue, lagi pula kak Panji baik kan Wid?." sambung Anya.

"Anya? Lo se-yakin itu buat suka sama kak Panji?." tanya Widi dengan jelas.

"Lo kan gak mudah untuk jatuh cinta Anya?." sambung Widi.

"Gue sekedar suka Widi, lagi-an gue belum nyimpulin kalau gue itu jatuh cinta sama kak Panji!." balas Anya.

"Kak Panji ngasih gelang ini ke lo itu pasti ada maksudnya Anya, dari awal gue udah yakin kok kalo kak Panji itu suka sama lo! Dari awal orientasi juga kayaknya!." goda Widi.

"Gue harap sih Wid!." ucap Anya dengan tersenyum.

"Ciee yang udah mulai buka hati, udah mulai buat jatuh cinta nih!." goda Widi lagi.

"Udahh dong Wid gue malu!." balas Anya dengan menutup wajahnya dengan bantal kecil yang berbentuk hati.

Hari semakin malam karena mereka sangat asik mengobrol. Pintu kamar yang dibiarkan Anya terbuka sedikit membuat bunda masuk ke kamar Anya tanpa mengetuk terlebih dahulu. Dan terlihat Anya dengan Widi sudah tertidur pulas sehingga bunda berjalan menuju lantai bawah dengan perlahan karena takut mengganggu mereka yang tengah tertidur.

**

Widi mengucek-ngucek matanya dan melihat kearah jam dinding kamar Anya itu yang menunjukan pukul 06:30. Karena mereka terlalu asik mengobrol sampai larut waktu dan mengabaikan jam tidur bagi para siswa yang bersekolah.

"Anyaaaaaa!!!!!!." teriak Widi melihat jam dinding itu.

Anya tidak membalasnya sedikitpun karena memang Anya si putri tidur. Widi membangunkan Anya dengan menepuk halus wajahnya.

"Ay, Anya lo bangun dong kita udah telat nih!." ucap Widi yang melihat kearah jam.

Bunda Anya berjalan menuju kamar Anya untuk membangunkan mereka karena takut mereka terlambat menuju sekolah.

Kreeekkkk....

Suara pintu di buka, Widi yang sedari dari membangunkan Anya yang tertidur pulas sudah kewalahan harus gimana lagi supaya Anya bisa bangun dan tidak membuat mereka terlambat menuju sekolah.

"Widi, kamu sudah bangun?." tanya bunda.

"Eh bunda!." ucap Widi.

"Kenapa Anya belum bangun juga? Biar bunda yang bangunin kamu mandi dulu gih nanti terlambat lagi!." suruh bunda.

Bunda Anya memang sangat baik, sehingga membuat Widi juga Bayu betah untuk berada di rumah Anya dan karena mereka sudah dianggap sebagai anaknya sendiri oleh bunda Anya. Jadi sudah tidak heran bagi Anya kalau bunda memperlakukan Widi dan Bayu seperti bunda memperlakukan kepada Anya.

"Iya bunda." ucap Widi.

Widi pun turun dari ranjang itu menuju ke kamar mandi yang berada di dalam kamar Anya itu.

"Anya bangun! Nanti kamu telat lho!." ucap bunda.

Anya pun membuka matanya perlahan.

"Bunda! Bunda kok disini?." ucap Anya bangun dari tidurnya dan duduk di samping bunda yang berada di atas ranjangnya itu.

"Bunda bangunin kamu sayang! Nanti kamu terlambat lagi kalau bunda gak bangunin!." balas bunda.

"Widi mana bun?." tanya Anya.

"Widi di kamar mandi Anya! Kalau Widi udah selesai nanti giliran kamu yah! Bunda ke bawah lagi siapin sarapan buat kalian!." ucap bunda berjalan keluar dari kamar Anya.

"Iya bunda!." ucap Anya menggeliat.

Langkah kaki bunda berjalan menuruni tangga. Karena masih mengantuk Anya kembali menyenderkan kepalanya dan membuat matanya terpejam. Widi keluar dari kamar mandi itu dan mendekat kearah Anya.

"Anyaaaaa!!!!!." ucap Widi yang membuat Anya terbangun.

"Widiii!." ucap Anya kaget.

"Lagi-an lo tidur lagi sih, cepetan sana ke kamar mandi nanti lo telat di hukum pak Reno lagi lo mau?." ancam Widi.

"Iya-iya!." ucap Anya dengan wajah yang sedikit cemberut.

"Dasar lo putri tidur Ay!." ucap Widi tertawa.

Setelah Anya dan Widi selesai mereka berjalan menuruni tangga untuk sarapan bersama di ruang makan. Bunda sudah menyiapkan 2 buah roti dengan 2 gelas susu putih untuk Anya dan Widi. Mereka makan bersama sambil menunggu Bayu menjemput mereka.

DdiiiddddddDdddiiiiiddddd.....

Suara klakson mobil berbunyi di depan rumah Anya. Karena gerbang yang terbuka sedikit karena ayah Anya yang baru saja berangkat kerja sehingga pak Surno lupa untuk menutupnya kembali sehingga Bayu bisa masuk menuju rumah Anya tanpa berteriak ke pak Surno untuk membukanya. Bunda berjalan menghampiri pintu depan untuk melihat siapa orang tersebut.

"Nak Bayu!." ucap bunda yang tengah membukakan pintu.

"Bunda!." balas Bayu dengan mencium lengan bunda.

Dari ruang makan terdengar suara Bayu yang sedang berbicara dengan bunda. Karena Anya dan Widi yang sudah selesai sarapan mereka berjalan untuk menghampiri Bayu.

"Duduk dulu nak Bayu! Bunda bawa-in dulu minum!." suruh bunda.

"Makasih bunda!." balas Bayu.

"Lo ngapain duduk Bay? Kita udah telat nih!." ucap Widi.

"Sebentar dong Wid, gue kan haus!." ucap Bayu.

Bunda berjalan menghampiri mereka dengan membawa segelas susu putih diatas nampan untuk di berikan kepada Bayu.

"Bunda bawa-in susu putih gak apa-apa kan? Biar sehat!." ucap bunda.

"Gak apa-apa bunda, makasih!." ucap Bayu dan langsung meneguknya sampai tidak tersisa sedikitpun.

"Lo haus Bay?." goda Anya.

"Udah telat nih kita!." potong Widi.

"Iya Widi bawel deh lho, kita berangkat iya ayo bawel lo!." ucap Bayu yang berdiri dari duduknya.

Bunda hanya tertawa melihat tingkah aneh mereka.

"Kita berangkat yah bun!." ucap Anya.

"Iya hati-hati yah! Jangan kebut-kebutan yah nak Bayu!." ucap bunda.

"Tenang bun, kalau Bayu kebut-kebutan biar Widi yang jewer kuping dia!." ucap Widi.

"Anya pamit yah bun!." ucap Anya mencium tangan bunda di sambung dengan Widi dan Bayu.

Mereka pun berjalan menuju mobil Bayu. Seperti biasa Anya memilih duduk di jok belakang dan membiarkan Widi duduk di depan samping Bayu karena memang Anya sengaja membiarkan mereka lebih dekat. Suara mobil di hidupkan Bayu dan mereka pun melaju dengan kecepatan penuh menuju sekolah karena memang takut terlambat.

Widi melihat jam tangannya yang menunjukan pukul 06:54 beberapa menit lagi gerbang sekolah akan di tutup dan kalau mereka terlambat bisa-bisa mereka akan kena hukuman pak Reno.

"Bay, lo cepetan dong nyetirnya! Kita bisa telat nih!." suruh Widi.

Widi memang tidak pernah terlambat untuk ke sekolah, berbeda dengan Anya yang sudah terlambat menuju sekolah jadi Anya tidak berkata-kata dan hanya saja Anya sudah memastikan bahwa mereka memang akan terlambat.

"Gue udah cepet Widi!." balas Bayu.

"Gue gak mau di hukum pak Reno yah!." ucap Widi.

"Siapa suruh kalian berdua telat!." balas Bayu.

"Lo yang jemput kita lama!." delik Widi.

"Kok lo nyalahin gue?." tunjuk Bayu kearah wajahnya dan melepaskan kedua tangannya.

"Bayuuuu! Lo yang bener dong setirnya nanti lo nabrak!." ucap Widi melotot kearah Bayu.

"Lo sih bicara mulu! Bawel!." ucap Bayu.

"Bisa-bisa lo berdua jodoh kalau berantem terus!." potong Anya yang sedari tadi mendengarkan ucap Widi dan Bayu.

"Aamiin Ay!." ucap Bayu.

Widi hanya terdiam tidak menjawab, dan menoleh kearah bayu yang kemudian memalingkan wajahnya kearah kaca mobil dan ternyata Widi tersenyum manis dan tidak ingin Anya dan Bayu mengetahuinya.

"Cieeee!." ucap Anya dengan mendorong bahu Bayu pelan.

Kemudian Widi pun kembali memandang kearah depan. Di samping fokus menyetir Bayu mencuri-curi pandang kearah Widi yang membuat Anya tertawa melihatnya.

"Hahahaha...." ucap Anya.

"Lo kenapa Ay?." tanya Widi.

"Liat lo berdua lucu kayak marmut merah jambu yang lagi pacaran!." ucap Anya.

"Ngawur lo Ay!." balas Widi.

Bayu hanya fokus menyetir dan mungkin beberapa menit lagi mereka akan sampai di depan gerbang sekolah. Jam tangan Anya menunjukan pukul 07:02 sepertinya gerbang sekolah sudah di tutup dan Anya sudah menduganya dan mereka pasti akan kena hukuman mungkin akan menjadi hukuman yang kesekian kalinya bagi Anya.

Anya menghela nafas dalam, suara di dalam mobil begitu hening yang tidak seperti tadi sangat gaduh karena Widi dan Bayu terus saja beradu mulut. Widi melihat kearah jam tangannya.

"Kita bakal kena hukuman pak Reno nih!." ucap Widi menghembuskan nafas.

"Sorry yah Wid! Gara-gara gue bangunnya lama!." ucap Anya.

"Gak apa-apa kok Ay!." balas Widi.

"Tenang aja Widi, kita di hukum kan bertiga bukan lo doang!." ucap Bayu dengan menepuk bahu Widi halus.

Widi hanya tersenyum kearah Bayu dan membuat Anya kembali tersenyum dan memalingkan wajahnya kearah samping kaca mobil tersebut. Tidak terlalu lama di perjalanan karena Bayu membawanya dengan kecepatan penuh tapi mereka tidak bisa melawan waktu yang terus melaju dan akhirnya merekapun terlambat menuju sekolah. Tapi tidak apa-apa bagi Anya kalau harus di hukum lagi cuman kasihan bagi Widi dan Bayu mereka harus di hukum untuk yang pertama kalinya.

"Kita lewat mana nih Ay?." tanya Bayu.

Karena Bayu yang membawa mobil dan kesulitan untuk melewati gerbang dengan terpaksa mereka menepikan mobilnya itu di samping gerbang sekolah yang sedikit lebih jauh. Anya keluar dari dalam mobil sehingga diikuti oleh Widi dan Bayu.

"Gimana nih Ay?." tanya Widi.

Anya terus saja mondar mandir memikirkan bagaimana caranya mereka untuk masuk kedalam sekolah itu. Anya yang terus saja berjalan kesana kemari dengan tangan menempel di kepalanya yang sepertinya Anya sedang memikirkan sesuatu. Widi dan Bayu hanya terdiam membisu melihat tingkah Anya.

Tiba-tiba suara motor berhenti di belakang mobil Bayu, Widi dan Bayu hanya menatap kearah Anya yang berjalan mendekat ke sumber suara itu. Dan nampak seorang pria dengan motor trailnya berada belakang mobil Bayu yang tengah membuka helm yang dia kenakan dengan wajah yang sudah tidak asing lagi bagi Anya.

" Lo! Manusia tak bernama." tunjuk Anya kearah pria itu.

****

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro