17. Hilangnya Sebuah Kalung
Seperti di hari-hari sebelumnya, sebelum datangnya hari minggu semua murid tetap harus berangkat ke sekolah. Anya bangun sangat pagi sekali entah ada sesuatu apa yang membangunkan Anya se-pagi itu atau mungkin memang hati Anya sedang bahagia karena di hari-hari sebelumnya Anya sangat dekat dengan Panji sehingga membuat harapan Anya tumbuh membesar dan mungkin sangat yakin.
Anya turun dari tempat tidurnya itu menuju kamar mandi, setelah selesai Anya memakai seragam sekolah kebanggaannya itu. Seragam dengan baju berwarna merah dan dasi yang di lingkarkan di leher Anya membentuk tanda silang dengan rok yang berwarna merah dan hitam bercorak kotak-kotak. Anya berdiri di hadapan cermin untuk melihat dirinya yang begitu cocok dengan seragam itu.
Saat Anya mengambil dasi sekolahnya itu dan tidak seperti dasi biasanya, dasi sekolahan Anya memang berbeda pada dasi umumnya. Dasi perempuan hanya berbentuk persegi panjang yang tidak terlalu lebar dan cara memakainya pun hanya di lingkarkan di leher sehingga kalau nampak dari depan seperti sebuah tanda silang yang melingkari leher, sedangkan untuk laki-laki seperti pada umumnya hanya dasi yang menggantung panjang sampai bawah baju seragam dan warnanya pun berwarna hitam merah yang di berikan pola bercorak kotak-kotak kecil.
Anya berjalan kearah cermin dan duduk di kursi yang berhadapan dengan cermin itu, Anya merapikan baju seragamnya itu dan melingkarkan dasi di lehernya. Saat pada akhir dasi itu Anya rekatkan dengan bagian yang lainnya, mata Anya terpokus kearah cermin dan melihat kearah lehernya itu untuk merapikan dasi tersebut.
"Kalung gue!." ucap Anya kaget saat melihat kearah cermin yang terpokus kearah leher Anya.
"Kalung gue, kalung gue kok gak ada sih?." ucap Anya yang berdiri dan terus meraba lehernya itu.
"Ya ampun Anya, lo simpan dimana itu kalung!." ucap Anya yang tidak berhenti menyalahkan dirinya.
Waktu yang terus berjalan, dan Anya terus saja sibuk mencari kalungnya itu sampai seluruh barang yang berada diatas meja rias-nya di obrak abriknya. Tempat tidur yang berserakan dengan bantal dan guling yang dimana-mana sampai kamar Anya pun sudah seperti kapal pecah dan tetap saja Anya tidak berhasil menemukan kalungnya itu.
Bunda berjalan kearah kamar Anya dan melihat Anya sedang berada di bawah tempat tidurnya. Anya duduk dan melihat ke penjuru di setiap ranjangnya itu. Jam dinding sudah menunjukan pukul 6:25 yang seharusnya Anya sudah berangkat menuju sekolah.
"Anya! Widi sama Bayu udah nungguin kamu di bawah!." ucap bunda.
"Sebentar bun, Anya lagi nyari kalung Anya dulu!." ucap Anya yang terus mencari kalungnya itu sampai kebawah ranjang tempat tidurnya.
"Nanti kamu telat Anya! biar bunda aja yang nyari! Kamu berangkat gih!." suruh bunda.
Anya melihat kearah jam tangannya, karena sedari tadi Anya terus saja memikirkan kalungnya yang hilang itu dan tidak sadar bahwa sudah berapa lama Anya mengobrak abrik kamarnya itu dan hampir saja lupa untuk berangkat ke sekolah.
"Iya bun Anya pamit!." ucap Anya dengan mengambil tasnya dan mencium tangan bunda.
Bunda langsung membereskan kamar Anya dan mencari ke sela sudut kamarnya itu. Anya berjalan menuruni tangga dan benar kata bunda, Widi dan Bayu sudah menunggunya lama. Dan Anya tidak tau kedatangan mereka karna mungkin terlalu sibuk mencari kalungnya itu karena wajar-lah karena kalungnya itu hadiah yang diberikan ayah pada ulang tahun Anya yang lalu.
"Lama lo Ay, gue sama Bayu udah nunggu lo dari tadi!." ucap Widi yang berdiri.
"Sorry tadi gue nyari-nyari kalung gue Wid!." ucap Anya.
"Ya udah ayo berangkat sebelum telat!." ucap Widi berjalan keluar.
Bayu terus saja asik memakan makanan yang di sediakan oleh bunda dan di letakannya diatas meja.
"Lo laper Bay?." tanya Anya kearah Bayu.
"Bayu lo cepetan gak, gue tampol muka lo baru tau rasa lo!." ucap Widi teriak.
"Sebentar Wid sebentar!." ucap Bayu dan kemudian meneguk minuman yang ada di dalam gelas itu dan berjalan kearah mobilnya yang terparkir di luar sehingga di ikuti oleh Anya dan Widi.
Mereka pun melaju kearah sekolah karena takut terlambat Bayu menginjak pedal gas nya itu sehingga membuat mobilnya melesit di jalanan kompleks perumahan itu untuk menuju ke jalan raya yang sangat ramai. Karena waktu yang sudah hampir siang dan mungkin sedikit lagi mereka akan terlambat, Bayu mengambil jalan pintas menuju ke sekolahan itu dan untungnya masih tersisa waktu beberapa menit lagi sehingga mereka pun tidak sampai terlambat.
Anya, Widi dan Bayu terus saja tertawa berjalan menuju arah kelasnya itu. Seorang guru berjalan dari kejauhan menuju kearah kelas Anya. Mereka bertiga pun masuk kedalam kelasnya sebelum guru itu masuk terlebih dahulu karena sampai guru itu yang terlebih dahulu masuk bisa-bisa mereka akan kena hukuman.
"Selamat pagi anak-anak!." ucap guru perempuan itu.
"Pagi bu!." jawab seluruh murid.
"Baik, keluarkan buku pelajaran kalian!." ucap guru itu yang berjalan menyimpan buku paket yang dia bawa dan berjalan lagi menuju papan tulis.
Saat guru itu menulis setengah dari selembar buku paket yang dia bawa tiba-tiba ponselnya yang berada di saku seragamnya itu berbunyi, sehingga guru itu menyimpan buku paketnya diatas meja.
"Eu, Anya kamu tolong lanjutin yah! Ibu mau angkat telfon dulu!." ucap guru perempuan itu dan berjalan keluar kelas.
"Kok gue sih Wid?." ucap Anya pelan kearah Widi dan menunjuk dirinya.
"Udah sana!." suruh Widi.
Anya pun berjalan kedepan untuk melanjutkan pelajaran dari apa yang guru itu tulis di papan tulis tersebut sebelumnya.
"Papan tulisnya kan tinggi, gue minta kursi dong!." ucap Anya melihat kearah papan tulis di hadapannya itu.
"Lo mau kursi Ay? Bentar gue bawain!." ucap Bayu mengambil sebuah kursi dan meletakannya di samping Anya.
Tiba-tiba saja dua orang murid membawa meja kearah papan tulis itu dan meletakan kursi yang di bawa Bayu di atas nya.
"Gue gak se-pendek itu kali!." ucap Anya menghentakan kakinya.
"Sorry Ay gue becanda!." ucap seorang siswa yang membawa meja tadi.
"Lo bawa lagi ke belakang gak!." ancam Anya.
"Lo sih Bay, nyuruh kita bawain meja!." ucap kedua siswa itu.
"Makanya lo itu harus rajin olahraga Anya biar tinggi!." ucap Bayu yang berlari menuju kearah mejanya.
"Mentang-mentang lo tinggi Bay, gue sumpahin lo pendek se-pendek pendeknya!." ucap Anya dengan memajukan bibirnya itu, sehingga membuat seluruh murid di kelas Anya tertawa dan malah bukan menulis.
Memang tinggi badan Anya tidak terlalu pendek dan tidak terlalu tinggi pula. Kemudian Anya menaiki kursi itu dan mulai menulis di papan tulis untuk melanjutkan selembar kertas yang lainnya dari buku paket itu. Guru itu terus saja sibuk berbicara lewat telfonnya itu dan entah dengan siapa dia berbicara yang membuat guru itu terus saja tertawa kecil.
Setelah beberapa menit akhirnya guru itupun masuk ke kelas Anya.
"Sudah Anya, biar ibu lagi yang lanjutkan!." pinta guru itu.
"Iya-lah orang ini tugasnya ibu!." ucap Anya pelan sambil menengok kearah samping.
"Kenapa Anya?." tanya guru itu.
"Enggak Bu!." ucap Anya menggaruk belakang kepalanya itu.
"Ya sudah, kamu kembali ke meja kamu!." suruh guru itu.
"Baik Bu!."
Guru itu melanjutkannya dan menjelaskan apa yang dia tulis, memang guru sejarah seperti itu kali ya harus banyak-banyakin nulis dari pada lihat terus denger-in. Setelah semua pelajaran selesai akhirnya sampailah pada jam istirahat dan semua siswa berhamburan keluar dari kelas.
Anya merapikan bukunya itu dan memasukan nya kedalam tas dan membiarkan tasnya tergeletak begitu saja diatas meja tulisnya itu.
"Ke kantin yuk?." ajak Bayu.
"Gue libur Bay, gue bawa makanan sendiri!." ucap Widi.
"Kok lo gak ngajak-ngajak gue buat bawa bekal sih Wid!." ucap Anya.
"Gue bawa bekal itu buat kita bertiga kok Ay!." ucap Widi yang berdiri.
"Lo mau kemana Wid?." tanya Bayu.
"Ambil makanan di loker depan kelas! lo mau gue kena hukuman kalo bawa makanan ke kelas?."
Bayu hanya tersenyum dan tidak menjawab ucapan Widi.
"Dasar lo Bayu-Bayu!." geleng Anya.
Widi berjalan mengambil makanan beserta satu botol air mineral yang cukup besar sehingga mereka bertiga tidak perlu membeli ke kantin sekolah, loker yang berada di depan kelasnya itu berjajar dengan susunan nama setiap siswa yang berada di kelas tersebut. Karena loker itu di gunakan siswa untuk menyimpan barang bawaan semua siswa seperti makanan, minuman, juga benda pribadi lainnya karena loker itu selalu di kunci dan kuncinya pun selalu dibawa oleh setiap siswa.
Widi berjalan keluar dari kelasnya itu untuk mengambil makanan yang berada di loker yang bertuliskan nama "Widi Nanditia" nama asli dari Widi. Kemudian meletakan kotak makan itu diatas meja yang berada di belakang kursi Anya dan Widi, sebut saja mejanya Bayu. Kotak makan yang berisikan nugget ayam lengkap dengan mayonnaise pedas yang berada di samping bagian dalam kotak makan itu.
Anya, Widi dan Bayu memakannya dengan tertawa sebagai penjeda karena tidak akan ada seorang murid pun yang merasa terganggu karena mereka hanya bertiga di dalam kelas tersebut.
"Wid malem ini lo nginep yah di rumah gue!." pinta Anya.
"Tumben lo Ay nyuruh gue nginep?." ucap Widi menyenggol bahu Anya pelan.
"Ada yang mau gue ceritain sama lo!." tegas Anya.
"Gue tau Ay, pasti lo mau ceritain cowok kan?." potong Bayu.
"Mau tau aja lo Bay! ini urusan cewek!." ucap Anya tertawa.
"Iya deh iya urusan cewek, dasar cewek!." ucap Bayu memutar bola matanya.
Kemudian tangan Bayu mengambil tiga potong nugget itu dan menyisakan mayonnaise beserta kotak makan yang kosong itu.
"Bay, kok lo ambil semua sih?." ucap Widi cemberut.
"Kalo laper gini urusannya cowok Widi!." ucap Bayu dengan memakan nugget itu.
"Kalo bukan temen gue tampol muka lo!." ucap Widi mengangkat tangannya sedikit terus di turunkan-nya lagi.
"Kalo bukan karna otak lo pinter Bay, gue gak mau jadiin lo teman! Perut lo itu selalu ngabisin makanan Bayu tapi untungnya aja otak lo pinter! Iya kan Wid?." ucap Anya melihat Bayu yang terus memakan nugget itu lahap.
"Betul tuh Ay!." balas Widi tertawa.
Karena terlalu keasyikan mencemooh Bayu yang meskipun hanya candaan belaka, dan tidak terasa jam istirahat sudah selesai sehingga semua siswa kembali ke kelasnya masing-masing. Widi berjalan keluar untuk menyimpan kotak makannya itu kembali ke dalam loker.
Setelah semua siswa sudah berada di dalam kelas, seorang guru masuk untuk mengajar pada jam setelah istirahat itu selesai. Semua siswa belajar dengan keadaan yang cukup hening. Dan pelajaran terus berlanjut sampai bel pulang berbunyi.
Trrrriiiinnnnggggg.... Tttrrriiinnngggggg....
Semua siswa berhamburan menuju parkiran mobil dan sepeda motor. Seperti biasa Anya, Widi dan Bayu pulang bersama menggunakan mobil Bayu. Kemudian merekapun melesit kearah gerbang dan meninggalkan sekolah itu menuju rumah Anya.
"Bay, langsung ke rumah gue aja! Kan Widi mau nginep di rumah gue! ya kan Wid?." ucap Anya.
"Lo gak mau ngajak gue nginep juga Ay?." tanya Bayu dengan memandang kearah jalanan di hadapannya itu.
****
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro