15. Harapan Yang Tumbuh
Mentari pagi menyinari setiap jendela kelas Anya, serta menghangatkan suasana di dalamnya. Semua murid belajar seperti biasa sampai bel istirahat berbunyi. Semuanya berhamburan menuju kantin sekolah. Anya, Widi dan Bayu juga berjalan menuju kantin.
Seperti hari-hari sebelumnya mereka memesan 3 mangkuk batagor dengan 3 ice pelangi dan duduk dimeja pojok kantin. Mbak Murni membawakan batagor dan ice pelangi itu dan menyimpannya diatas meja, sehingga Anya, Widi dan Bayu bisa memakannya.
Saat mereka menyantap batagor itu seperti ada yang kurang dan Anyapun berjalan menuju mbak Murni untuk membeli snack bernamakan (pilus garuda), di tengah perjalanan Anya bertemu dengan Panji.
"Anya!." panggil Panji.
"Iya kak!." ucap Anya.
Panji pun langsung menghampiri Anya yang berdiri dan tengah membeli snack itu.
"Eum, Anya gue mau ngajak lo dinner sebagai perayaan keberhasilan lo di olympiade sastra!." ucap Panji dengan menggaruk kepalanya.
"Kak Panji mau ajak Anya dinner?." ucap Anya kaget.
"Iya Anya! malam ini pukul 20:00 yah!." tegas Panji.
Perasaan Anya melambung tinggi setelah mendengan ucapan Panji, jantung Anya berdegup lebih kencang dari sebelumnya. Pipi merona Anya memerah karena malu dan mungkin juga karena terlalu senang mendengarkan ucapan Panji yang mengajaknya untuk dinner.
"Kok gak lo jawab sih?." tanya Panji.
Anya mengambil nafas dalam-dalam, "Oke!." ucap Anya dengan nada bahagia.
"O-oke!." ucap Panji dengan tawanya.
"Nanti gue jemput lo!." ucap Panji lagi.
"Nanti Anya kirimin alamat rumah Anya!." ucap Anya masih dengan nada bahagia.
Beruntung sekali menjadi gadis seperti Anya yang bisa dinner dengan Panji dan membuat hati Putri iri melihat mereka. Dari kejauhan sejak Panji berada di kantin itu dan mungkin kemanapun Panji pergi Putri selalu membuntutinya dari belakang, sehingga membuat hati Putri geram melihat tingkah Anya yang selalu membuat Panji terus saja ingin mendekatinya.
"Anya kesana lagi yah kak!." ucap Anya.
"Iya!." ucap Panji dengan tersenyum manis.
Anya berjalan menuju Widi dan Bayu sehingga membuat Panji terus menatap punggung Anya yang menjauh darinya, dan Panji yang tengah berdiri untuk memesan sesuatu dan membawanya kemeja dimana Panji duduk bersama sahabatnya Tomi.
Panji meletakan 2 mangkuk batagor itu yang dia pesan tadi diatas meja mereka, kemudian berjalan lagi untuk mengambil minuman dingin yang berada di dalam lemari pendingin. Tomi yang terus memperhatikan tingkah Panji yang nampak terlihat bahagia bertanya dengan sangat penasaran.
"Lo kenapa Pan, girang bener?." tanya Tomi saat Panji duduk dihadapannya.
"Jelas dong gue girang, gue mau dinner Tom!." ucap Panji.
"Lo serius?." ucap Tomi yang kaget dan berdiri setelah mendengar ucapan Panji sehingga seluruh siswa yang berada di kantin itu melihat kearah Tomi.
Panji menepuk jidatnya malu.
"Udah Tomi lo duduk! duduk gak!." ancam Panji.
Tomi pun duduk bersama Panji, Tomi terus saja merasa tidak percaya dengan ucapan Panji sehingga jam istirahat telah selesai.
**
Sepulangnya dari sekolah Anya berjalan menuju kamarnya dam membaringkan badannya diatas ranjang tempat tidurnya itu, perasaan Anya terus saja bertanya tak mengerti dengan Panji yang tiba-tiba mengajaknya dinner, sungguh perasaan yang bercampur aduk membuat hati Anya melambung dengan tinggi.
Anya mengambil ponselnya yang berada didalam tasnya itu lalu mencari kontak yang bernama kan kak Panji. Anya mengirim sebuah pesan kepada Panji.
"Kak Panji jemput Anya di kompleks perumahan indah 1 no 17 yah!." Anya mengetik diatas ponselnya itu.
Perut Anya sudah meronta-ronta merengek karena kelaparan, mungkin Anya terlalu bahagia sampai saat pulang dari sekolah Anya langsung menuju kamarnya dan biasanya Anya selalu menuju kemeja makan. Anya turun dari atas kamarnya itu menuju ruang makan. Dan nampak bunda sedang menyiapkan hidangan untuk Anya.
"Bunda!." ucap Anya manja.
"Kenapa Anya?." tanya bunda dengan mengambil hidangan untuk disimpan diatas meja.
"Eum." ucap Anya mendekati kursi dari meja itu.
Setelah semua hidangan tersedia diatas meja makan itu, bunda langsung duduk dihadapan Anya.
"Bunda?." tanya Anya lagi.
"Iya Anya ada apa?." tegas bunda yang melihat tingkah aneh Anya.
"Bunda, malam ini Anya mau dinner!." ucap Anya dengan sangat malu.
Perasaan Anya berkecamuk telah mengatakan itu Anya takut kalau bunda marah besar karena baru pertama kali ini Anya memberanikan diri dekat dengan seorang pria dan bunda meski tau akan hal itu yang meskipun Anya sangat takut untuk mengatakannya.
Bunda menatap Anya dan memegang kedua tangan Anya.
"Kenapa? kamu takut bunda marah?." ucap bunda.
"I-iya bun." ucap Anya malu.
"Bunda gak larang kamu kok Anya!."
"Bunda serius?." tanya Anya bahagia.
"Dulu waktu se-umuran kamu bunda juga sama, ada seorang pria yang mengajak bunda dinner tapi bunda takut kalau harus bilang oma nenek kamu itu, bunda takut kalau oma marah karena baru kali itu bunda diajak dinner oleh seorang pria, suatu saat pria itu ingin mengajak bunda ke jenjang yang lebih serius. Perasaan bunda saat itu campur aduk dan bunda juga memberanikan diri untuk bilang ke oma dan akhirnya oma menyetujuinya dan pria itu mengajak bunda bertunangan dan sampai saat ini pun pria itu sudah menjadi suami bunda, ayah kamu Anya, pria yang tulus dan serius itu ayah kamu!." ucap bunda dengan berdiri selangkah menjauhi meja makan.
Anya pun langsung mendekat kearah bunda dan memeluknya.
"Ayah sangat mencintai bunda yah?." tanya Anya.
"Cinta ayah ke bunda itu tulus Anya, ayah rela berkorban demi bunda!." ucap bunda dengan terharu dan sampai mengeluarkan sedikit air mata.
"Bunda kok jadi nangis sih?." peluk Anya erat.
"Bunda menangis bahagia Anya!." ucap bunda dengan membalas pelukan Anya.
"Nanti makanannya dingin dong bunda kasian, kita makan yuk?." ajak Anya yang tidak ingin membuat bunda menangis bahagia lebih dalam lagi.
"Ayo sayang!." ucap bunda yang mendekat kearah meja makan diikuti Anya.
Bunda mengambilkan nasi beserta lauknya untuk Anya.
"Bunda!." ucap Anya.
"Iya Anya!." balas bunda.
"Pria itu namanya kak Panji bunda kakak kelas Anya, dia mau menjemput Anya pukul 20:00 gak apa-apa kan bunda? ayah gak akan marah kan?." tanya Anya kesekian kalinya.
"Biar bunda yang akan bicara sama ayah kamu yah!." tegas bunda.
"Makasih bunda." ucap Anya tersenyum.
Jam dinding kamar Anya menunjukan pukul 20:00 tepat dimana Panji akan menjemputnya, Anya bergegas untuk memakai pakaian dan tidak mau mengecewakan Panji pada dinner pertamanya itu. Anya memakai gaun yang panjangnya selutut dan berwarna hitam itu dan membuat Anya sangat elegan dengan rambut sebahunya yang ia gerai, karena badan Anya yang tidak terlalu tinggi sehingga membuat Anya sering memakai rok setinggi lutut sehingga akan membuat kakinya jenjang.
Anya mengambil tas yang berada diatas tempat tidurnya itu, Anya berjalan sedikit menjauhi cermin yang berada di tempat riasnya itu.
"Perpect!." ucap Anya yang melihat dirinya didepan cermin.
Suara klakson mobil berbunyi tepat di depan rumah Anya. Anya berjalan kearah jendela untuk memastikan benar bahwa itu Panji. Nampak dari dalam mobil itu tersenyum kearah atas saat Anya melihatnya dari jendela. Kemudian Anya turun kebawah untuk menghampiri Panji.
Bunda dan Anya sedang menonton televisi, Anya berjalan dengan langkah yang takut. Jikalau ayah marah berarti Anya tidak boleh untuk dinner dengan Panji. Tapi untung saja bunda telah mengobrol dengan ayah sehingga ayah menginjinkannya.
"Ayah, Anya pamit yah!." ucap Anya menghampiri ayah.
Bunda hanya tersenyum yakin kalau ayah tidak akan marah. Ayah berjalan ke depan pintu sehingga di ikuti bunda dan Anya langkah ayah sampai di halaman teras sehingga jelas terlihat wajah Panji yang berada di dalam mobil dan tersenyum kepada ayah dan bunda.
"Ayah?." tanya Anya memastikan bahwa ayah tidak akan memarahinya.
"Iya Anya, ayah gak larang kok!." ucap ayah tersenyum.
Perasaan Anya lega mendengarkan ucapan ayah dan berarti itu artinya Anya boleh untuk dinner bersama Panji. Setelah berpamitan kepada ayah dan bunda, Anya berjalan menuju kearah Panji. Panjipun keluar untuk membuka pintu samping mobil depan. Sehingga Anya duduk di dalamnya.
"Hati-hati yah nak Panji." ucap bunda kearah Panji yang sudah menutupkan pintu mobil itu saat Anya sudah berada di dalamnya.
"Iya tante, om, Panji pamit!." ucap Panji dengan tersenyum kearah ayah dan bunda.
Setelah Panji memasuki mobil dan melajukannya, bunda dan ayah kembali masuk ke dalam rumah.
**
Setiba di sebuah cafe Panji memilih cafe yang bertemakan outdoor, suasana yang begitu indah dengan lampu kerlap-kerlip menghiasi setiap pojok di cafe itu. Panji memilih sebuah meja dengan dua buah kursi yang berada disudut cafe dengan pemandangan yang sangat indah sehingga Anya tidak akan melupakannya.
Diatas sebuah meja itu sudah tersedia sebuah cake, dengan 2 piring beef bakar pedas serta 2 gelas jus jeruk yang akan membuatnya segar setelah memakan beef yang pedas itu, Panji berjalan membawa Anya untuk duduk di kursi itu. Panji mengangkat kursi itu sedikit untuk Anya duduki dan mendekatkannya kembali setelah Anya duduk diatasnya.
Panji pun duduk di hadapan Anya, Anya bingung akan memulai percakapan tentang apa. Suara alunan musik yang merdu dan sangat romantis terdengar yang sesekali terbang bersama sang angin. Panji yang berpenampilan sangat rapih membuat mata Anya takjub melihatnya, siapa yang tidak terpesona melihat seorang pria memakai jas dan karena badan Panji yang membuat jas itu cocok dengan dirinya.
Karena tidak mau berlama-lama Panji menyuruh Anya untuk memotong cake itu.
"Anya coba deh lo potong dulu cake itu!." ucap Panji tersenyum.
Tanpa Anya menjawabnya ia langsung memotong cake itu menjadi 2 buah bagian, dan terlihat ada sesuatu di dalam cake itu yang membuat Anya bertanya kepada Panji.
"Ini apa kak?." tanya Anya tak mengerti.
Panji mengambil sebuah benda itu.
"Ini gelang Anya, gelang khusus buat lo sebagai hadiah karna lo menang di olympiade!." ucap Panji.
"Gue pake-in yah!." pinta Panji.
"Boleh kak!." ucap Anya.
Sebuah gelang putih yang sangat indah bernamakan { ANYA } yang Panji pesan. Panji memasang kan gelang itu yang terlihat menyatu dengan Anya. Sehingga membuat hati Anya melambung tinggi dan sangat yakin terhadap harapannya itu kepada Panji. Panji terus saja menatap mata Anya dalam saat dia memasang kan gelang itu di tangan Anya.
"Gelangnya bagus yah kak!." ucap Anya setelah Panji selesai memasangkannya.
"Gelang itu khusus gue pesen-in buat lo Anya!." ucap Panji.
"Makasih lho kak!."
"Lo suka Anya?." tanya Panji.
"Anya suka banget kak!." ucap Anya dengan nada bahagia.
"Ya udah, keburu makanannya dingin kita makan aja yuk. Takut terlalu malam juga." ucap Panji.
Anya pun memakan makanan itu begitupun dengan Panji, mereka saling bertukar cerita dan tertawa bahagia. Tapi meskipun tawa Anya yang begitu lepas saat Panji terus membuatnya tertawa seperti ada sebuah tali yang menghalangi diri Anya untuk tidak bisa leluasa dan seperti ada sesuatu yang membuat Anya seperti orang lain dan tidak dari biasanya saat bertingkah di depan Panji seperti layaknya Anya bersama pria itu.
Setengah dari Panji memakan beef itu, Panji menatap mata Anya dalam dan menyentuh tangan Anya yang berada diatas meja itu dan memegang nya erat.
"Anya!." tatap Panji dalam.
****
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro