Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14. Sebuah Kotak Hadiah

Keesokan harinya semua siswa yang mengikuti olympiade berkumpul di aula sekolah untuk mendengarkan pengumuman tentang olympiade kemarin, pak Purnomo berjalan keatas panggung kecil dengan sebuah mimbar didepannya.

"Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada kalian yang sudah mengikuti olympiade kemarin dengan sangat baik. Meskipun sedikit kecewa karena dari seluruh olympiade sekolah, kita tidak dapat menjadi juara umum pada olympiade basket. Menjadi juara pertama dari olympiade basket juga kebanggaan untuk sekolah kita karna telah mengharumkan nama baik sekolah kita." ucap Pak Purnomo dengan sangat detail.

Kemudian Pak Purnomo melanjutkan pengumuman nya lagi.

"Dan saya sangat bangga dengan keberhasilan dalam olympiade sastra, fisika, kimia juga matematika yang menjadi juara umum kembali di tahun ini, saya mengucapkan terima kasih kepada para siswa yang mengikuti olympiade ini. Saya akan memanggil siswa itu untuk berdiri di samping saya!. Kepada Anya dari olympiade sastra, Alena dari olympiade matematika, dan Dicky dari olympiade kimia di persilahkan untuk kedepan!." lanjut Pak Purnomo.

Anya berjalan bersama kedua siswa tersebut kearah samping Pak Purnomo, Anya merasa bahwa ada yang kurang dalam barisannya itu. Ya pria itu tidak ada disana. Saat semua siswa yang menjadi juara umum maju keatas panggung, seorang siswa laki-laki berlari dari arah pintu menuju para guru-guru yang berada di samping Pak Purnomo.

"Ah dia selalu saja terlambat!." ucap Anya pelan melihat pria itu.

Karena pria itu sudah menduga bahwa dirinya memang akan menjadi juara umum fisika di tahun ini, pria itu pun berjalan keatas panggung lalu berdiri di samping Anya, sehingga lengkap sudah siswa yang menjadi juara umum di olympiade kemarin.

Pak Purnomo menjabat mereka satu persatu dengan diikuti bu Winda untuk memasangkan mendali penghargaan dan tidak beserta piala yang di berikan kepada mereka melainkan piala itu di simpan di rak ruang kepala sekolah sebagai bukti bahwa sekolah ini memang selalu unggul.

Pria itu berbisik kearah telinga Anya.

"Gue menang kan jadi juara umum, boleh dong gue minta hati lo!." goda pria itu dengan berbisik kearah Anya.

Anya hanya mendeliknya tajam dan tidak menjawab ucapan pria itu. Setelah semuanya selesai seluruh siswa kembali lagi ke kelasnya masing-masing. Anya mengingat sesuatu tentang apa yang ia ucapkan kepada pria itu pada saat mereka menyaksikan sekolahnya bertanding basket.

Anya berjalan menuju kelasnya berdampingan dengan pria itu karena memang mereka menuju gedung kelas yang sama, entah berada di kelas mana pria itu terus saja mengikuti langkah Anya menuju kelasnya yang berada di lantai bawah karena memang kelas Anya adalah kelas X A.

"Katanya lo mau kasih hati lo?." goda pria itu.

"Gue gak ngomong kayak gitu kok, gue ngomong kalo lo jadi juara umum gue kasih hadiah!." ucap Anya dengan berhenti dari langkahnya.

"Ya terus hadiahnya?." pinta pria itu.

Anya tidak menjawabnya dan membisu memikirkan hadiah apa yang akan ia berikan kepada pria itu.

"Sore nanti kita ketemu di taman yang pas gue ketemu lo!." ucap Anya.

"Di taman mana maksud lo?." tanya pria itu.

"Pas gue nanyain nama lo, taman kota!." tunjuk Anya kearah pria itu.

"Oke-oke, sore yah sore! gue tunggu lo disana! awas kalo gak ada!." ancam pria itu.

"Emang kalo gue gak dateng, lo mau apa?." ledek Anya.

"Gue rebut hati lo!." bisik pria itu kemudian berjalan keatas tangga.

Anya melihat kearah punggung pria itu yang berlalu menjauh darinya. Kemudian Anya berjalan menuju kelasnya. Nampak Panji berjalan dari lorong kelas menuju kearah Anya.

"Selamat yah karena lo menang di olympiade sastra dan jadi juara umum!." ucap Panji dengan menyodorkan tangannya.

"Kok kak Panji tau sih?." balas Anya.

"Apa sih yang gue gak tau tentang lo Anya!." bisik Panji.

Anya hanya tersenyum mendengar ucapan Panji.

"Anya ke kelas dulu yah kak!." ucap Anya.

"Ya udah gue juga ke kelas! " ucap Panji.

Setibanya di kelas Anya mendapat penyambutan keberhasilan dari teman sekelas Anya yang membuat Anya terharu. Teman sekelas Anya memberikan kue ucapan selamat kepada Anya dan mereka memakan kue itu bersama-sama dengan tawa dan canda.

Setelah semuanya selesai, seorang guru masuk untuk mengajar dikelas Anya. Sampai jam tangan Anya menunjukan waktu untuk pulang.

**

Jam tangan Anya menunjukan pukul 15:00. Anya bergegas untuk menemui pria itu di taman kota, Anya terus saja berpikir akan memberikan hadiah apa kepada pria itu yang sebenarnya Anya tidak begitu serius berucap seperti itu hanya saja pria itu yang terus menerus menagihnya.

Anya mengingat pria itu saat upacara di sekolah, Anya melihat jelas pria itu mengikatkan dasi di kepalanya, kenapa tidak bagi Anya untuk memberikan hadiah berupa syal persegi empat dengan motif batik mega mendung dan berwarna hitam yang Anya jumpai di toko seberang jalan saat Anya pulang menuju rumahnya. Iya Anya akan memberikan hadiah berupa syal itu kepada pria yang Anya sendiri sulit untuk mengetahui namanya.

Anya mengganti seragam sekolah itu dengan menggunakan jaket dan rok yang tingginya selutut, entah kenapa Anya memilih pakaian itu atau mungkin karena pakaian itu yang berada di depan tumpukan baju Anya dan Anya tidak mau membuat pria itu menunggunya terlalu lama.

Anya diantar Pak Surno untuk membeli hadiah itu, dan melaju kearah taman kota. Setibanya di taman kota Anya menyuruh pak Surno untuk kembali pulang karena Anya pikir akan mengobrol dengan pria itu sangat lama sehingga kasian kalau Pak Surno harus menunggunya.

Anya duduk di tepi taman kota yang terdapat sebuah kursi, taman kota yang cukup ramai dengan semua orang yang berlalu lalang sehingga sangat sulit untuk mencari pria itu. Anya yang duduk dan menunggu pria itu melihat kearah samping untuk mencari pria itu dan ternyata benar pria itu sudah duduk di sebuah kursi dekat lampu taman. Anya berdiri dan menghampiri pria itu dengan membawa sebuah kotak hadiah kecil berwarna hitam.

"Sorry yah lo udah nunggu lama?." ucap Anya yang duduk di samping pria itu.

"Gak selama nunggu hati lo!." ketus pria itu.

"Maksud lo?." ucap Anya tidak mengerti.

"Gue becanda, mana sini hadiahnya?." pinta pria itu.

"Ngebet banget yah lo pengen hadiah dari gue!." ucap Anya dengan nada meninggi.

Tanpa pria itu menjawabnya, pria itu langsung melihat kearah tangan Anya yang dari tadi memegang kotak kecil.

"Pasti ini kan hadiahnya." ucap pria itu dengan mengambil kotak yang berada di tangan Anya.

"Iya!." ucap Anya dengan memalingkan wajahnya.

"Gue buka yah?."

"Eh jangan-jangan, jangan lo buka disini juga!." ucap Anya dengan tangan menutup diatas kotak yang hampir dibuka pria itu.

"Terus gue harus buka dirumah? jangan-jangan lo kasih gue bom yah? nanti kalo gue buka dirumah terus bom-nya meledak gue mati itu mau lo!." ucap pria itu yang asal bicara.

"Ngaco lo!." ucap Anya dengan tatapan tajam.

"Gue gak masukin bom! gue kasih lo hadiah! Ha-Di-Ah!." ucap Anya memperjelas.

"Kirain lo mau ngerjain gue!." ucap pria itu dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Anya tidak menjawabnya dan langsung berdiri membiarkan pria itu.

"Lo mau kemana?." tanya pria itu.

"Ya mau pulang lah, kan hadiahnya udah gue kasih ke lo!." ucap Anya yang berdiri.

"Lo pulang bareng gue aja!." ucap pria itu.

Hari semakin sore dan sang senja akan muncul dengan sangat malu-malu, dengan cahaya di pipinya yang tampak jingga merona dengan senyum yang menenangkan. Anya tidak menjawab ucapan pria itu dan malah melihat keatas langit yang memudarkan warna jingga.

"Lo mau lihat senja? gue tau tempat yang bagus!." ajak pria itu dengan menggandeng tangan Anya.

"Gak ah nanti lo bawa gue kemana lagi!." ucap Anya menolak.

"Gue ajak lo ke suatu tempat, diatas gedung-gedung yang tinggi itu!." ucap pria itu menunjuk ke salah satu gedung yang cukup tinggi.

"Lo mau ajak gue kesana?." tanya Anya menyakinkan.

"Iya, udah deh lo nurut aja!." ucap pria itu yang terus memaksa.

Anya dan pria itu melaju kearah gedung itu dengan mengendarai motor trail milik pria itu.
Memang benar senja terlihat indah saat Anya memandangnya diatas gedung itu, sang awan sangat dekat berada diatas kepala Anya dengan pemandangan yang lengang karena gedung itu cukup tinggi dari bangunan yang lainnya sehingga Anya bisa menatap senja tanpa ada yang menghalangi pandangannya.

Anya mengepalkan tangannya dan didekatkan kebawah dagunya dengan mata terpejam, pria itu terpesona melihat Anya yang memejamkan matanya saat pria itu ingin menepikan sehelai rambut yang menghalangi wajah Anya dengan tangannya, seketika saja Anya membuka kedua matanya dan melihat kearah pria itu yang mengibaskan tangannya karena tidak jadi untuk menepikan sehelai rambut dari wajah Anya.

"Lo mau ngapain?." tanya Anya menatap pria itu tajam.

"Enggak, gue cuman nepuk nyamuk. Iya nepuk nyamuk!." ucap pria itu mengeles.

Anya mengacuhkan ucapan pria itu dan kemudian duduk menghadap kearah senja yang diikuti pria itu. Anya terus memandang dalam kearah cahaya jingga itu karena baru kali ini Anya bisa memandang senja dengan sangat jelas tidak seperti di jendela kamarnya yang kalau Anya memandang selalu saja terhalang dahan pohon yang berada ditepi jalanan, tapi sekarang Anya beruntung bisa memandang senja sesuka hati Anya tanpa merasa terhalangi oleh ranting pohon sampai senja itu menghilang sendirinya.

"Lo indah, se-indah senja dikala sore!." ucap pria itu menatap kearah Anya yang kemudian berbaring menatap langit atas.

Anya pun ikut berbaring di samping pria itu dengan menatap langit. Jari telunjuk Anya terus menggambarkan lika-liku dari setiap tepian awan. Anya merasa begitu tenang berada diatas gedung itu entah mungkin itu perasaan Anya yang selalu saja berdekatan dengan pria itu.

Pria itu membuat Anya nyaman dengan kehadirannya dan membuat Anya menjadi "Anya" tanpa ada yang di tutupi. Anya terus saja menatap awan dan tidak sadar bahwa pria itu terus memandangnya sejak dari tadi mereka berada diatas gedung itu.

"Lo suka senja yah?." tanya Anya menatap pria itu yang terus saja menatapnya.

"Gue suka disetiap kedatangannya juga kepergian-nya!." ucap pria itu yang langsung duduk sehingga Anyapun duduk mengikutinya.

"Tapi lo tau bahwa senja juga menyimpan luka?." ucap Anya yang membuat pria itu tak mengerti.

"Maksud lo?." tanya pria itu.

Anya tidak menjawab pertanyaan pria itu sehingga membuat pria itu berpikir apa arti dari perkataan Anya barusan.

"Gue lebih suka awan!." ucap Anya yang menyadarkan lamunan pria itu.

"Alasan lo suka awan?." tanya pria itu.

"Awan itu sederhana, mereka tidak lebih mengenal semua warna kecuali hitam dan putih. Mereka juga sering berubah tapi mereka tetap bersatu kembali. Awan itu seperti luapan perasaan, disaat hatinya teriris dia akan menghitam dan menangis, disaat hatinya bahagia dia akan memutih memancarkan kejujuran. Awan itu meneduhkan dia tidak pernah memilih kepada siapa dia harus meneduhkan. Gue selalu merasa bahwa awan itu dekat tapi nyatanya dia dekat cuman dari pandangan gue, dan jauh dalam jangkauan gue!." ucap Anya yang membuat pria itu terdiam membisu dan hanya menatap kearah wajah Anya.

"Kok lo bengong sih?." tanya Anya.

****



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro