Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10. Sebuah Harapan

Setelah memberikan botol minumnya itu kepada pria di hadapannya, Anya duduk di samping pria itu dengan tingkah yang aneh, sehingga membuat pria itu menatap Anya heran. Minuman yang Anya berikan kepada pria itu sudah habis dalam satu tegukan saja, dan pria itu mengembalikan botol milik Anya yang sudah habis karena dia meminumnya dan amat kehausan.

"Lo segitu hausnya ya?" tanya Anya memandang botol yang pria itu berikan.

"Makasih ya," ucap pria itu yang terus menepukan handuk kecil ke arah wajahnya yang berkeringat.

"Eumm, sebenarnya gue ke sini itu mau," ucap Anya perlahan-lahan.

"Lo mau apa?"

"Gue mau nanya nama lo?" cengir Anya dengan gigi yang rapi.

Pria itu terdiam cukup lama dan menghiraukan pertanyaan Anya.

"Nanti lo bakal tahu sendiri nama gue." pria itu berdiri dari duduknya.

"Gue gak ada niat apa-apa kok,bener. Gue cuma pengen tahu aja nama lo." ucap Anya dan berdiri mengikuti arah pria itu.

Pria itu terus berjalan entah ke arah mana dan Anya pun terus mengikuti langkahnya, yang menjauh dari Widi dan Bayu. Anya hanya menatap pria itu heran, pria itu membiarkan Anya terus mengikutinya sampai Anya lelah, karena langkah pria itu lebih besar dari langkah kaki Anya.

"Gue cuma mau tanya nama lo," ucap Anya menghentikan langkah pria itu.

"Kan gue udah bilang, nanti lo juga bakal tahu sendirinya!" tegas pria itu.

Pria itu terus saja berjalan berdampingan dengan Anya, sehingga Anya melangkah ke depan pria itu dan menghentikan langkahnya.

"Lo mau ke mana?" tanya Anya.

" Lo mau ikut gue? keliling taman ini," ucap pria itu yang kadang membuat Anya menatap aneh.

"Asal gue boleh tahu nama lo." cengir Anya lagi.

Pria itu terus saja menghiraukan pertanyaan Anya, dan Anya terus saja mengikuti pria itu yang berjalan mengelilingi taman kota. Anya memandang ke arah sekeliling  dan nampak seorang pria berdiri di tepi kursi taman.

Anya berhenti dari langkahnya sehingga membuat pria itu berhenti juga, pria itu melihat ke arah wajah Anya yang terus saja memandang pria yang berdiri di kursi taman. Pandangan pria itu mengikuti pandangan Anya, seketika saja wajah pria itu nampak seperti penuh amarah dan membuatnya berlari menjauh dari tempat Anya berdiri.

"Kok lo pergi?" tanya Anya ke arah pria tadi yang berada di sampingnya dan sudah berlari menjauh dari Anya.

"Dasar cowok aneh, cowok paling aneh yang pernah gue temuin di dunia ini." ucap Anya dan mengepalkan tangannya karena kesal melihat tingkah aneh pria itu.

Pria itu terus saja menjauh dari tempat Anya berdiri, Anya juga berlalu meninggalkan tempat itu dan berjalan ke arah pria yang berdiri di samping kursi taman. Entah ada apa dengan Widi yang tidak biasanya, dia tidak mencari Anya yang mungkin saja semesta membiarkan Anya sendiri dengan sebuah harapannya dan semoga saja akan sangat pasti.

Anya berjalan dari arah belakang pria itu secara diam-diam, sengaja ingin mengejutkan pria yang sangat ia kenal itu. Namun Anya kalah cepat dengan pria itu yang sudah mengetahui keberadaan Anya, sejak dari awal Anya memandangnya dari kejauhan.

"Kak Panji." ucap Anya dengan sedikit malu karena tidak berhasil mengejutkan Panji.

"Anya lo disini juga?" tanya Panji dengan nada yang kaget, padahal sebenarnya Panji sudah mengetahuinya tapi karena tidak ingin membuat hati Anya terluka, jadi Panji harus pura-pura kaget.

"Iya Kak, Anya sama Widi sama Bayu kok tapi mereka gak tahu ke mana," ucap Anya yang menggerakkan tubuhnya dengan tangan tersembunyi di belakang.

"Lo sembunyiin apa dari gue?" tanya Panji dengan melihat ke arah belakang Anya.

Anya menghindar dari pandangan Panji sehingga membuat Panji penasaran, dan terus melihat apa yang dipegang oleh tangan Anya yang tersembunyi di belakang badannya. Lanji berhasil merebut sebuah benda yang Anya sembunyikan.

"Ya ampun Anya, botol kosong aja masih lo bawa," ucap Panji tertawa melihat tingkah Anya.

"Tadinya, Anya mau buang Kak," ucap Anya dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.

"Ya udah nih, lo minum punya gue aja," ucap Panji menyodorkan botol yang dibawanya ke arah Anya.

"Anya gak haus kok, Kak,"

Panji menghiraukan Anya dan langsung membuka tutup botol itu, dan memberikannya kepada Anya yang nampak lelah karena telah menghampiri Panji.

"Udah lo minum aja!" suruh Panji.

Anya langsung mengambilnya dan meminumnya dalam satu tegukan. Setelah minuman itu habis Panji langsung memegang tangan Anya untuk ikut bersamanya mengelilingi taman kota, dan untungnya ada sebuah taman bermain di samping taman kota itu. Panji pun membawa Anya pergi ke taman bermain.

"Lo mau ikut gue? mau ya," ucap Panji memohon.

"Emang kita mau Ke mana, Kak?" tanya Anya.

"Ada deh, please lo mau ya!" tegas Panji.

"Ya udah deh Kak, Anya mau," ucap Anya tersenyum.

"Yes." ucap Panji yang membuat Anya tertawa melihatnya.

Panji berjalan dengan menggandeng tangan Anya, Anya terus saja berjalan dan berpikir ke mana Panji akan membawanya, atau mungkin Panji akan menyatakan perasaannya kepada Anya, bisa jadi 'kan. Anya terus saja berhalusinasi memikirkan Panji yang entah ke mana akan membawanya.

Sesampainya mereka di taman bermain samping taman kota, Panji berjalan membawa Anya untuk bermain ayunan.

"Kita kesini Kak?" tanya Anya.

"Iya." ucap Panji dan menyuruh Anya duduk di atas ayunan itu dengan Panji yang mengayunkannya secara perlahan.

Anya terus saja tertawa bahagia berada di dekat Panji.

"Kak Panji, Anya boleh nanya sesuatu?" tanya Anya yang terus duduk di ayunan tersebut.

"Boleh," ucap Panji yang terus menganyunkannya perlahan-lahan.

"Kak Panji suka gak sih, sama kak Putri?" tanya Anya yang menghentikan Panji dan langsung duduk di atas ayunan sebelahnya lagi.

"Menurut Anya?" Panji malah bertanya balik.

Sehingga membuat Anya tidak bisa menjawabnya dan hanya mampu terdiam, karena Anya tidak tahu pasti perasaan Panji kepada Putri.

Panji duduk di bawah dengan Anya yang masih berada di atas ayunan. Panji memegang kedua tangan Anya dengan tangannya, dan Anya merasakan pasti genggaman itu sangat erat sehingga membuat jantung Anya berdegup kencang.

"Anya, kalau gue boleh milih. Gue milih lo untuk menjadi tujuan terakhir gue. Tapi gue gak bisa maksain sebelum lo mastiin," ucap Panji dengan tertunduk.

Anya langsung berdiri dan memegang bahu Panji sehingga Panji pun ikut berdiri.

"Anya cuma nanya gitu kok Kak. Anya gak tahu perasaan hati Kak Panji gimana,"

"Gue salah ya?" tanya Panji yang masih menatap Anya.

"Kok jadi canggung gini sih Kak," ucap Anya berjalan ketepi ayunan dan membalikan badannya dari Panji.

"Iya-iya sorry, udahkah lupain aja. Mending kita cari minuman sama makanan aja gimana?" cengir Panji dengan wajah yang masih membuat Anya merasa canggung.

"Ayo." ucap Anya.

Mereka pun berjalan mencari orang yang berjualan di tepi jalanan taman kota, sebuah papan kecil yang bertuliskan Ice Pelangi  menempel di sebuah gerobak.

"Kita beli itu yuk Kak!" ajak Anya ke arah pedagang ice pelangi.

"Boleh, yuk," balas Panji.

"Bang, ice pelanginya dua mangkuk ya, pelanginya yang indah ya bang, yang cantik kayak cewek ini," ucap Panji menoleh ke arah Anya sehingga membuat Anya malu.

"Pasti Mbaknya makin cantik Mas, kalau makan ice pelangi punya saya." goda Abang ice pelangi itu.

Anya hanya tersenyum dan berjalan untuk duduk di sebuah kursi yang sudah disiapkan Abang itu dengan meja kecil di hadapannya. Panji membawa dua mangkuk ice pelangi dengan tangannya sendiri tanpa dibawakan oleh Abang penjual.

"Spesial, buat cewek yang spesialnya kayak ice pelangi ini," goda Panji.

"Kak Panji jangan gitu, Anya kan malu." ucap Anya dan menutup wajahnya yang memerah itu.

Panji pun langsung duduk di hadapan Anya karena ada dua buah kursi di satu meja yang disediakan Abang itu, tau aja si Abang nyuruh duduk berduaan tanpa ada yang mengganggu.

"Lo suka banget ya sama ice pelangi?" tanya Panji.

( buat yang gak tau ice pelangi, jadi ice pelangi itu kaya agar-agar yang berwarna warni dengan bubble yang di dalamnya terdapat warna yang jika dimakan warna itu akan meleleh dengan warna yang tidak bisa ditebak dari luar bubble yang warnanya hijau tapi pas di makan warnanya meleleh jadi merah di tambah dengan serutan kelapa dan taburan ice batu diatasnya )

"Selain suka banget, buat Anya ice pelangi itu unik lho Kak," ucap Anya yang tidak berhenti meminumnya.

"Apanya yang unik?" tanya Panji.

"Namanya, iya 'kan?" tanya Anya yang berhasil membuat Panji tertawa.

Hari semakin sore, semua orang di taman kota itu kembali pulang begitu pun dengan Anya dan Panji. Anya lupa telah meninggalkan kedua sahabatnya itu, yang sebenarnya Anya ingin memberikan waktu kepada mereka untuk lebih dekat tanpa merasa terganggu oleh Anya.

Karena tidak terlalu lelah berjalan dan terasa sangat cepat karena ditemani Panji, Anya pulang berlawanan arah dengan ke arah rumah Panji. Sehingga Panji hanya bisa mengantarkan Anya di setengah jalan menuju rumahnya. Setibanya di rumah Anya langsung masuk ke kamarnya, tiba-tiba saja Ponsel dari saku sweater yang Anya pakai saat jogging di taman kota berdering.

Drtttdrrtdrtttdrrtttt......

"Hallo." ucap Anya yang sudah berada di dalam kamarnya.

"Lo kemana aja sih, kok lo ninggalin gue sama Bayu, Anya tadi lo ke mana?" tanya Widi dengan suaranya yang nyaring itu sehingga membuat Anya menjauhkan ponselnya dari arah telinga.

"Sorry, gue sengaja kok ninggalin lo berdua," balas Anya tapi tidak dengan suara yang nyaring.

"Emang tadi lo ke mana?" tanya Widi lagi.

"Gue ketemu kak Panji," ucap Anya dengan nada yang bahagia.

"Pantesan aja lo ngilang terus kabur pulang ke rumah, ninggalin gue sama Bayu,"

"Iya sorry, Widi sahabat gue," ucap Anya.

"Ay gue yakin deh lo pasti ada harapan kan sama kak Panji?" tanya Widi dan berhasil membuat jantung Anya berdegup dan terdiam tak berbicara sedikit pun.

"Anya lo denger gak sih?"

Anya terus saja terdiam membiarkan Widi mengoceh.

"Anya!" teriak Widi dari balik suara itu.

"Gue denger Widi, dari tadi gue denger lo,"

"Terus jawab dong pertanyaan gue!" tegas Widi.

"Wid harapan itu ada karena sebuah perhatian 'kan," ucap Anya yang membuat Widi terdiam.

"Widiii!"

"Giliran gue ngomong, lo gak denger,"

"Sorry-sorry gue lagi mikirin apa yang barusan lo ucapin Ay," sahut Widi.

"Benar 'kan Wid?" tanya Anya lagi.

"Kalau lo udah ngerasain itu, berarti lo udah bisa buat jatuh cinta dong Ay," goda Widi.

"Widi cinta itu bukan perkara yang gampang buat diucapin, kalau lo jatuh cinta itu artinya lo kalah Widi, lo kalah. Lo rela berkorban apapun demi seseorang yang lo cintai bahkan lo bisa saja berkorban nyawa."

Widi hanya terdiam mendengarkan penjelasan Anya, dan karna tidak mau berdebat soal perkara yang belum waktunya untuk dibahas, Anya mematikan teleponnya dan karena waktu yang sudah hampir malam.

Drrrttttdrrrttttdrttt....

Lagi-lagi ponsel Anya bergetar, entah ada apa dengan ponsel Anya yang terus bergetar seharian ini dan tidak seperti biasanya yang kadang ponsel Anya selalu sepi tanpa pengunjung. Sebuah notif chat dari Panji membuat hati Anya terus melambung tinggi, dan mungkin saja Widi benar kalau Anya itu jatuh cinta. Tapi Anya tidak ingin gegabah menyimpulkan perasaannya itu sebelum dia memastikannya dengan sangat pasti.

"Makasih ya untuk hari tadi." sebuah pesan dari Panji diakhiri emoticon tersenyum :D.

****

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro