Extra Part - Bella Pov
Langit malam berhiaskan ribuan bintang, aku sangat menyukainya. Di atap gedung apartemen ini aku berdiri dengan mata terpejam, menikmati angin malam yang membelai lembut wajahku.
Terdengar suara orang berdehem di belakangku. Dia sudah kembali rupanya. Ah, aku sangat merindukan pelukan hangatnya. Tanpa menunggu lama, aku membalikan tubuh dan merentangkan kedua tanganku untuk dipeluk oleh seseorang yang berdehem tadi.
Dia lelakiku. Lelaki yang aku cintai sejak enam belas tahun lalu kini menjadi milikku. Lelaki penyayang hewan ini sedang memelukku dengan erat. Ugh, aku sangat merindukan ini.
Tiga tahun lamanya aku menunggu dia pulang. Ya, selama tiga tahun ini, kami terpisahkan oleh jarak. Dia tinggal di Bandung sedangkan aku di Surabaya. Tidak terlalu jauh sebenarnya, namun saat aku merindunyalah yang membuatku tersiksa, sehingga bagiku jarak Bandung-Surabaya terasa sangat jauh. Aku sempat tinggal di Bandung enam tahun yang lalu.
Bandung tempatku memiliki kenangan-kenangan yang buruk. Dan yang sangat buruk yang pernah kualami adalah saat ada yang mencintai lelakiku. Awalnya memang sakit, namun aku mencoba bertahan. Sampai suatu saat, orang yang mencintai lelakiku pergi meninggalkan semua yang ada di Bandung dan juga meninggalkanku. Terbesit rasa sedih saat orang itu meninggalkanku, namun rasa sedih itu tidak bertahan lama, tergantikan rasa bahagia karena lelaki yang selama ini kucintai juga memiliki perasaan yang sama terhadapku. Ternyata penantianku selama ini tidak sia-sia.
Sebutlah aku munafik atau egois. Tapi itulah aku, aku lelah harus terus mengalah selama ini, hingga sisi egoisku muncul dan kebohongan besar itu terjadi. Dan di sinilah aku sekarang. Surabaya tempat menyusun kembali rencana-rencana indah dalam hidupku. Dan selebihnya aku tidak mau menceritakan apa pun lagi, karena terdengar suara yang kurindukan mulai menegurku.
"Hei dear, ngelamunin apa sih?" Mataku terpejam menikmati usapan lembut jemarinya di wajahku. Aku menghirup aroma maskulin yang selama ini kurindukan.
Kulepaskan tangan yang membelai pipiku lalu menyandarkan kepalaku di dadanya yang bidang, "Tidak ada."
Dia mengusap lembut rambutku, memelukku lebih erat dan berkata, "Aku sangat merindukanmu, Bell."
Wajahku terangkat menatap tepat di matanya, "Aku lebih merindukanmu, Dim."
Di bawah taburan bintang Dimas mencium keningku dengan lembut dan penuh perasaan.
The end...
💕💕💕
Ulalalala ha ha ternyata BellaIryananya masih hidup tuh, hmm.
Sengaja bikinnya pendek, karena emang pengen pendek haha 😆😁😂
Sekali ketik tanpa edit, editnya nanti ajah haha 😝😂
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro