RyBL. 05
Bagas tahu jika Nabila menyukainya lebih dulu, bahkan ketika gadis itu menanyakan seputar materi pelajaran, ia sudah tahu apa yang akan terjadi di hari-hari berikutnya. Dan ternyata benar, ia dan Nabila semakin dekat, kemudian sering berinteraksi.
Hal tersebut tidak lepas dari perhatian teman kelasnya. Mereka semua mendorong agar ia dan Nabila memiliki hubungan yang lebih dari sekadar teman kelas, dan itu langsung membuatnya menjadi berpikir kalau ia sudah melangkah sejauh ini dengan Nabila. Dii langkah selanjutnya, ia sudah tidak bisa lagi menggerakkan kaki, karena semua ini adalah sebuah kesalahan.
Apa benar itu adalah sebuah kesalahan? Tapi, kenapa ia baru menyadari kesalahannya sekarang, setelah perasaannya untuk Nabila sudah tumbuh?
Lalu, ia harus apa?
Tidak ada cara lain, selain menjelaskan pada Nabila jika ia tidak akan pernah merubah hubungannya dengan gadis itu lebih dari sekadar teman biasa. Ya, tidak akan pernah bisa.
Meskipun Nabila akan merasakan sakit hati, tapi setidaknya ini lebih baik daripada langkah mereka semakin jauh, ‘kan? Kemudian, akan membuat Nabila semakin merasa tersakiti. Bagas tidak mau hal itu akan terjadi.
Nabila tidak tahu jika Bagas akan mengajaknya ke sebuah danau di pinggiran kota, bukan di lapangan untuk bersenang-senang seperti waktu itu. Danaunya berwarna hijau, berhasil membuat mata Nabila termanjakan, apalagi ini hari ulang tahunnya yang ke-16.
Namun, sayang, Bagas tidak tahu hari ini ia ulang tahun. Terbukti karena sejak pagi tadi, tidak ada tanda-tanda kalau lelaki itu akan mengucapkan kata selamat untuknya.
Tapi, sekarang Bagas malah mengajaknya ke sini? Apa lelaki itu tahu jika ia sedang berulang tahun? Dirinya sudah mulai berharap jika Bagas akan memberinya kejutan.
Mereka sudah duduk di atas rumput, baik Nabila atau Bagas sama-sama tidak ada yang membuka suara. Nabila dengan tatapan yang fokus pada danau, dan Bagas yang sibuk dengan perasaannya sendiri, antara ragu dan bingung untuk menyampaikan semuanya pada Nabila.
“Bil.” Panggilan untuk Nabila itu berhasil lolos dari bibir Bagas. Yang mana berhasil membuat gadis itu menoleh padanya. “Aku mau ngomong sesuatu sama kamu,” lanjutnya memberi tahu.
Perasaan Nabila sudah kacau saat itu juga, campur aduk. Debaran jantungnya mulai menggila, dan tidak bisa ia kontrol untuk tetap tenang, itu di luar kendalinya.
Nabila mulai memunculkan pertanyaan-pertanyaan dalam otaknya. Apa yang akan Bagas bicarakan? Apa yang akan Bagas sampaikan? Apakah itu kabar baik? Atau justru kabar buruk?
Dan yang lebih parah, apa yang akan dibicarakan oleh Bagas itu mengenai perasaan dan hubungan mereka berdua? Jika iya, Nabila tidak siap untuk sekarang karena ini terlalu mendadak.
“Aku mau omongin suatu hal dan itu tentang kita.”
Nabila sudah waswas. Ia cemas saat itu juga. Perasaan takut mendominasi. “A-apa itu, Gas?”
Ditatapnya Nabila dengan dalam. Bola mata hitam legam milik gadis itu membuat Bagas semakin tidak tega untuk mengatakannya, tapi ini demi kebaikan mereka berdua. Ia harus menjelaskannya pada Nabila.
“Aku suka sama kamu, Bil.” Tidak ada genggaman tangan yang hangat, atau rangkulan yang diberikan oleh Bagas untuk Nabila karena itu bukan tujuannya. “Aku juga sayang sama kamu, entah sejak kapan,” sambungnya, yang langsung membuat Nabila ingin tersenyum lebar, tapi dalam hati gadis itu seperti ada sesuatu yang mengganjal, namun entah apa.
“Tapi …” Bagas menggantungkan ucapannya.
Nabila kian bertambah takut. Ia gusar. Jemari tangannya saling bertautan.
“… kita gak akan pernah bisa lebih dari seorang teman. Aku dan kamu hanya bisa sampai di sini. Seharusnya kita gak melangkah sejauh ini, sampai menimbulkan sebuah perasaan yang gak bisa aku emban tanggungjawabnya.”
Seakan tahu arah pembicaraan Bagas, Nabila melemaskan bahunya. Ketakutannya kini sudah terjawab. Sudah jelas jika Bagas tidak mau berpacaran dengannya, meski lelaki itu memiliki perasaan yang sama. Ia bingung, kenapa Bagas seperti ini?
“Aku tahu aku salah. Untuk itu aku minta maaf sama kamu karena sudah mengajak kamu melangkah sejauh ini, tapi dengan mudahnya aku meminta kamu untuk berhenti sekarang hanya karena aku tidak bisa lagi melangkah denganmu. Kamu mau marah juga aku terima, Bil, apa pun risikonya akan aku terima karena aku pantas mendapatkannya.”
Nabila benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa. Yang bisa ia lakukan hanya diam, dan menunduk. Sejenak, ia ingin menenangkan diri jika Bagas melakukan ini demi kebaikan mereka.
“Aku lakuin ini karena aku tahu kita sama-sama masih dini untuk menjalin suatu hubungan. Aku gak bisa, Bil, rasanya sulit. Aku mau fokus sama sekolah, kamu juga pasti begitu. Masih banyak hal lain yang menjadi peran utama dalam hidup, tapi bukan berpacaran,” tutur Bagas.
Nabila kini mengerti. Bagas hanya ingin membahagiakan kedua orang tuanya dengan fokus dalam bersekolah. Ia tahu jika lelaki itu terlalu menyayangi keluarganya sampai-sampai tidak mau terfokus pada hal lain, selain membahagiakan mereka.
Sejak saat itu, Nabila mencoba mengerti dan memahami apa keputusan Bagas.
Sejak saat itu juga tidak ada Nabila yang berambisi untuk memiliki Bagas, yang selalu mencuri kesempatan untuk bisa bertukar pesan pada lelaki itu. Tidak ada lagi Bagas dan Nabila yang didorong untuk menjadi sepasang kekasih oleh teman kelasnya.
Karena sejak saat usia Nabila tepat 16 tahun, semuanya berubah, tapi tidak dengan perasaan Nabila untuk Bagas. Karena ia yakin percaya, perasaan yang ada itu akan menemukan kebahagiaan di esok hari.
><
Wehhhhhh dah 2021😆
Indramayu, 4 Januari 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro