Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

RyBL. 04

Karena sering berkabar satu sama lain, baik Nabila atau Bagas sama-sama menyadari jika perasaan mereka sudah berubah. Pesan-pesan singkat yang saling terbalas itu bukan hanya membahas tentang tugas sekolah. Tetapi, lebih dari itu. Mereka yang awalnya hanya teman kelas biasa, kini sudah menjadi sepasang laki-laki dan perempuan yang sepertinya akan menjalin kisah kasih di masa sekolahnya. Namun, ternyata tidak. Tidak seperti itu kenyataannya.

Sampai saat ini, sampai empat tahun lamanya, hubungan mereka tidak pernah berubah selain menjadi ‘teman’. Itu sebabnya Nabila selalu memberi label ‘teman’ dekatnya untuk Bagas. Nabila jelas saja masih mengharapkan Bagas, namun dengan takaran yang tidak berlebihan. Dalam artian, ia tidak menuntut apa pun kepada Bagas. Ia juga tidak mengusik perasaan lelaki itu untuknya bagaimana dan perasaan yang seperti apa. Karena baginya, Bagas masih ada di sisinya saja sudah lebih dari cukup. Urusan perasaannya untuk lelaki itu, biarkan saja, ia masih bisa menampungnya sendirian.

Sejak empat tahun yang lalu, Nabila sudah menanamkan rasa ikhlasnya ketika Bagas tidak akan mengajaknya beranjak ke suatu hubungan yang lebih spesial. Ia juga tidak berharap banyak akan hubungan yang satu itu. Baginya, sebuah perasaan yang hadir, tidak selalu berujung tentang saling memiliki. Ia tulus mencintai Bagas, maka dari itu ia tidak mempermasalahkan statusnya dengan lelaki itu seperti apa.

Namun, Nabila luput akan rasa yang berujung lara untuk dirinya sendiri, karena ia terlalu menyempurnakan perasaannya untuk Bagas yang belum tentu bisa membahagiakannya.

“Ngelamun aja terus, Bil!” Lamunan Nabila pecah saat itu juga. Gadis dengan kemeja flanel itu menoleh. Mendapati Alsa yang membawa satu piring siomay dan segelas es teh manis.

Nabila memang ada di kantin fakultas Ilmu Komunikasi, sendirian. Ia tidak tahu kalau Alsa akan menghampirinya, apalagi sampai menangkap basah dirinya sedang melamun. Sudah pasti Alsa akan memberikan siraman lagi padanya.

“Capek, deh, gue ngasih lo siraman kalbu terus! Mana temanya itu-itu mulu! Kali-kali beda ngapa, Bil?!”

“Ya, kalau bosen gak usah ngasih gue siraman kalbu, Alsa.”

“Sahutan lo oke juga.”

Nabila menyandarkan tubuhnya di kursi dengan tatapan yang masih terkunci pada piring siomay milik Alsa. “Diajarin sama elo, Al,” katanya.

Alsa mengaduk isi siomay dengan kepala yang terangguk dua kali. “Serah lo, deh. Kali ini alasan apa yang membuat lo melamun gitu, Bil?” tanyanya berubah menjadi serius.

Nabila sedikit mengangkat bahunya. Bingung juga karena apa. Yang jelas, ia merasakan sesuatu yang aneh. Mungkin … karena terlalu over thinking?

“Nggak tahu, Al, pengin aja melamun.”

“Melamun kok di penginin. Yang bermanfaat dikit kenapa, sih?” Alsa sedikit bersungut. Gadis itu menyuapkan potongan tahu ke dalam mulutnya. “Lo tahu berapa hal yang udah lo lakukan, tapi yang bermanfaat buat diri lo sendiri itu sedikit?” tanyanya setelah mengunyah makanan yang ada dalam mulutnya itu.

Nabila sudah jelas menggeleng. Ia mana tahu hal apa saja yang manfaatnya sedikit untuk dirinya sendiri. Karena selama ini, ia melakukan banyak hal, dan itu semua bermanfaat. Ya, setidaknya itu menurut dirinya, tidak tahu kalau menurut penilaian orang lain bagaimana. Contohnya, Alsa. Temannya itu memang paling intel jika urusan memperhatikan kehidupannya. Mirip detektif.

Alsa sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan. Dijauhkannya sendok dari tangannya itu, kemudian ia mulai mengepalkan sebelah tangannya. “Manusia macam apa lo ini, Bil?” tanyanya tidak percaya. Lalu, ia mulai meluruskan jari-jarinya. “Satu, lo terlalu banyak melamun, dan itu gak baik. Kedua, lo terlalu fokus sama perasaan orang lain, daripada perasaan lo sendiri. Ketiga, lo terlalu buta untuk melihat kesenangan yang bisa lo cari di manapun dan kapanpun.”

“Apa yang lo sebutkan tadi, itu semua bermanfaat buat gue, Al,” kata Nabila.

Alsa dibuat habis kesabarannya menghadapi teman yang sudah merangkap menjadi sahabatnya itu. “Iya, itu menurut lo, Bil. Tapi, berdasarkan kacamata gue, lo nggak seharusnya kayak gitu. Lo terlalu egois sama diri sendiri karena nggak pernah memenangkan perasaan lo dan selalu bilang, “Nggak papa.”, padahal lo itu apa-apa. Kalau secara kasarnya, lo itu munafik,” paparnya menjelaskan tentang apa yang ia nilai dan amati sejauh ini tentang Nabila. Lalu, ia duduk seperti semula dan melahap siomaynya kembali.

Meski Alsa sadar jika Nabila kini sudah merubah mimik wajahnya, tapi ia berpura-pura tidak tahu. Biarkan saja temannya itu berpikir, lalu merenungkan apa yang ia ucapkan tadi. Kalau kata anak milenial, sih, tuman! Sesekali Nabila harus mementingkan perasaannya sendiri. Atau setidaknya, Nabila bisa memberikan suatu hal yang membuat dirinya sendiri merasa senang.

...

September 2017.

Sore itu, Bagas mengajak Nabila ke suatu tempat. Di sebuah lapangan yang begitu luas dan ramai, Nabila sedikit takjub melihat keramaian yang ada di sana. Suara kendaraan yang saling bersahutan juga terdengar dengan begitu jelas di telinganya.

“Ini tempat apa, Gas?” tanya Nabila ketika kakinya sudah berpijak pada tanah lapangan yang berselimut rumput hijau. Di sana tidak hanya ada lapangan yang hijau saja, tapi banyak orang-orang yang sedang bersepeda, bermain bulu tangkis, dan sebagainya. Di tepi lapangan ada para pedagang kaki lima yang dikerumuni oleh para pembeli.

“Tempat bersenang-senang.” Seperti itulah Bagas menyebutnya. Lelaki dengan hoodie yang lengannya ditarik hingga ke batas siku itu tersenyum dengan mata yang terfokus pada pemandangan di sekitarnya.

Nabila hanya mengangguk saja. Gadis itu kemudian bertanya kembali. “Kamu tahu tempat ini dari siapa? Sering ke sini?”

“Sendiri, Bil. Nggak sering, sih, cuma beberapa kali aja ke sini, dan itu sama Lala,” jawab Bagas. Lala adalah adik perempuannya yang berusia 13 tahun.

“Oohh … gitu.”

Bagas kemudian mengajak Nabila berkeliling ke para pedagang yang berjejer di tepian. Nabila sampai bingung ingin membeli apa. Namun, pada akhirnya pilihan gadis itu jatuh pada kentang goreng.

Sambil menunggu kentangnya matang, Nabila berdiri di samping Bagas yang tengah bermain gawai. Tatapannya menyapu bersih ke sekitar. Seakan tidak mau kehilangan momen seperti sekarang, ia mengeluarkan gawai dan menyalakan ikon video rekam.

“Kata Bagas, ini itu tempat bersenang-senang. Jadi, buat siapapun kalian yang merasa sedih, galau atau apa pun itu, boleh ke sini supaya perasaan kalian membaik, ya. Selamat bersenang-senang!”

Bagas menoleh ketika suara Nabila begitu nyaring ia dengar. Memasukkan gawainya ke saku celana, ia terkekeh kecil setelah melihat Nabila menunjukkan sebuah video yang berhasil gadis itu rekam.

“Aku bakal simpan video ini, Gas, supaya banyak yang tahu tempat ini.”

“Jadi, tempat ini jadi tempat spesial kamu sekarang?”

“Nggak juga, sih. Tempat spesial adalah kamar sendiri. Valid, no debat!”

Ketika kentang goreng yang dipesan Nabila sudah matang, mereka berdua mengambil duduk di tepian. Di bawah pohon kersen yang cukup lebat itu, mereka duduk dengan pandangan yang tertuju ke arah depan.

Bagas menaruh tangan di sisi tubuh untuk ia jadikan sandaran. Tanpa menoleh pada Nabila yang sedang memakan kentang gorengnya, lelaki itu mulai membuka suara. “Aku pikir kamu nggak akan suka aku ajak ke sini, Bil.”

“Suka, kok, Gas.” Dijawab tanpa menoleh. Tapi, sesaat kemudian Nabila langsung menyodorkan tempat kentang gorengnya yang mirip seperti tempat pop corn. “Cobain, deh,” katanya.

“Buat kamu aja, Bil,” ujar Bagas, menolak secara halus.

“Ya udah, aku cuma sekali aja nawarin kamu, kalau nggak mau jangan minta nantinya, ya!”

“Nabila bisa pelit juga ternyata.”

“Bisalah! Aku, kan, manusia.”

“Aku kira titisan Ibu Peri,” ucap Bagas dengan spontan.
Nabila menatap Bagas dengan bingung. “Kok, Ibu Peri?”

Bagas berdeham, lalu mengusap hidungnya yang tiba-tiba saja gatal. “Iya, soalnya baik dan cantik,” jawabnya. Tidak tahu kalau Nabila sudah merasakan panas dingin di tempatnya karena mendengar itu.

Hati Nabila sudah tidak keruan dibuatnya.

><

Udah panjang nih, 1k kata lebih wkwkwk

Vote dan comment nya yaaaaaಥ‿ಥ

Indramayu, 15 Des 20

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro