Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 3

Aroma petrikor menyambut indra penciumannya ketika Sasa pertama kali menapakkan kaki di kota ini, aroma yang sama sejak ia meninggalkan kota kelahirannya kemarin sore. Rintik air berubah jadi hujan deras, Sasa memutuskan menanti reda sembari melihat jarak antara stasiun Tugu dengan kos yang sudah ia cari sebelumnya dengan bantuan teman yang telah lebih dulu bekerja di kota ini.

"Catur tunggal," gumam Sasa saat melihat alamat kos yang akan menjadi tempat tinggalnya selama di Jogja.

"Sekitar setengah jam kalo enggak macet." Sebuah suara yang familiar du telinganya beberapa jam belakangan membuat Sasa terkejut dan menengok ke samping.

"Kamu?"

"Apa? Ini tempat tunggu, siapa aja boleh duduk di sini. Lagian semua tempat sudah penuh." Raksa mengendikkan bahunya.

Sasa mengamati sekitar, memang benar, hampir semua sedang menanti jemputan atau hujan sedikit reda untuk melanjutkan perjalanan.

Ketika hujan menyisakan rintik kecil, Sasa lebih dulu keluar sambil memesan ojek online untuk sampai ke tempat yang ia tuju. Namun sial baginya ketika tiga kali pesanan tak menemukan driver ojek yang menerima orderannya. Hingga ia putuskan menghubungi temannya --Rea-

"Halo, Re. Aku udah sampe di stasiun Tugu Yogyakarta, kamu bisa jemput aku enggak? Udah coba pesen ojol tapi enggak ada yang mau nerima. Please."

"Duh, gimana nih, Sa. Aku lagi pulang ke Solo. Mama nyuruh buat nengokin Embah sakit." Terdengar nada menyesal dari Rea.

"Oh, Yaudah kalo gitu. Aku coba cari ojek mangkal aja. Salam buat Embah kamu ya. Semoga lekas sehat. Aku tutup ya, keburu hujan lagi."

"Eh, tunggu Sa! Aku baru inget, Kemarin aku sempet bantuin anaknya Bu Yuli, ibu yang punya kos buat cariin tiket anaknya pulang ke sana. Dadakan gitu minta tolongnya. Berangkat dari senen juga kok. Kebetulan aku masih nyimpen nomernya. Kali aja dia belum balik. Aku coba bilang aja ya. Anaknya baik kok, meski agak sengklek dikit. Aku kasih nomer kamu ke dia ya semisal masih di sana juga."

"Tapi, apa nggak ngrepotin, Re? Kenal juga enggak, langsung minta bantuan aja."

"Udah, dia baik kok. Namanya Dya. Kamu tungguin aja di sana. Aku telepon orangnya. Semoga belum balik duluan. Bye!"

¤¤¤

Tak selang berapa lama, ponsel yang sedari tadi dalam genggaman Sasa berdering. Sebuah nomor asing milik Dya seperti yang Rea kirimkan sebelumnya.

"Halo," ragu Sasa menjawab.

"Halo, Sasa?" Terkejut Sasa menjauhkan ponselnya, memastikan jika ia tak salah orang. Ia kira anak ibu kosnya wanita, namun ternyata yang dimaksud Rea adalah seorang pria.

"Halo? Rea barusan telepon minta tolong. Bisa kasih tau ciri-ciri sama posisi kamu? Eh, shareloc aja biar cepet." Sasa kembali menempelkan ponsel pada telinga kanannya saat mendengar orang di seberang kembali bicara.

"I .. Ini benar Dya?" Sasa ingin memastikan.

"Iya. Pramudya. Bisa kasih tau ciri-ciri atau fotoin aja kamu dimana?"

"Ah iya, saya di dekat pintu keluar. Jaket pink pakai bantal leher dan ransel hitam. Sebentar saya fotokan sama shareloc." Sasa mengirimkan sebuah foto untuk menunjukkan dimana dia berada. Ia baru pertama kali menginjakkan kaki di kota ini, tak terlalu paham arah mana yang harus ia tuju.

Sasa menunggu, bodohnya ia lupa menanyakan bagaimana ciri-ciri teman Rea yang akan menolongnya.

"Sasa teman Rea?" Suara dari arah belakang mengagetkan Sasa yang tengah mengamati lalu lalang sekitarnya.

"Iyaa," Mata Sasa membola bersamaan dengan senyum pria yang kini tengah mengembang.

"Ah, dunia emang sempit ya. Kebetulan yang menyenangkan. Jangan-jangan sebenernya kita jodoh." Pria bernama Dya yang beberapa jam lalu Sasa kenal dengan nama Raksa menunjukkan senyum yang menjengkelkan. Bagaimana bisa dari sekian banyak manusia, ia harus berhadapan lagi dengan pria ini?

"Ayok, Mama sudah nungguin." Tanpa aba-aba Raksa menarik pergelangan tangan Sasa agar mengikutinya naik dalam mobil yang sedari tadi menunggu mereka.

Perjalanan sangat tenang, Sasa bagai orang linglung mencerna apa yang terjadi. Raksa, pria yang sedari keluar kereta ia harapkan tak akan bertemu malah menolongnya, yah meski melalui Rea tak secara langsung.

"Kita sampai," ucap Raksa sembari turun dari mobil kemudian membuka pintu penumpang belakang dimana Sasa duduk.

Sasa hanya menurut, turun dari mobil dan mencari informasi dari plang yang terpasang untuk memastikan dirinya tak salah memasuki rumah kos. Kos Anggrek, sama seperti yang Rea informasikan padanya.

"Dya! Akhirnya kamu pulang juga Le." Seorang wanita baya bergamis menyambut Raksa.

"Mama? Katanya sakit gara-gara pengen ketemu sampai tiket aja udah disiapin, kok malah seger gini?" Raksa memicing curiga. Pasalnya sebelum ia dipaksa pulang dengan tiket yang sudah disiapkan sang mama, ayahnya mengatakan jika mamanya sakit hingga tak bisa bangun dari tempat tidur.

"Ah, Mama kan kangen sama kamu. Kamu pulang ya Mama sehat." Bu Yuli tampak gugup kemudian tanpa sengaja netranya melihat ke arah Sasa.

"Ini? Siapa Ya?"

"Saya Sasa... " Belum selesai Sasa menjawab, sebuah suara lain menyahut.

"Pacar Dya, Ma." Raksa tanpa permisi mendekat pada Sasa dan merangkul bahu gadis itu.

"Saya yang mau kos, Bu." Sasa buru-buru meralat ucapan Raksa serta berusaha melepaskan diri dari rangkulan pria itu.

Bukannya mengendur, rangkulan Raksa justru semakin kuat.

"Jadi yang benar yang mana?" Bu Yuli nampak bingung.

"Dia pacar Dya yang juga mau kos karena ada kerjaan di sini, Ma." Dya menyela sebelum Sasa kembali bicara.

"Maksud kamu apa?" Sasa berbisik menekan setiap ucapannya. Siapa yang tidak kesal jika kenal saja baru berapa jam sudah diklaim sebagai pacar di depan orang tuanya.

"Nanti, kamu diem aja."

"Loh? Kok bisa? Bukannya penghuni baru itu temennya si Rea?" Bu Yuli masih meragukan ucapan puteranya.

"Iya Ma. Ya Sasa ini. Ya kan, Sayang?" Raksa meminta persetujuan Sasa dengan menekan ucapan terakhirnya.

"Eh?" Sasa tak bisa berkutik karena rangkulan Raksa kembali lebih erat hingga mau tak mau dia mengangguk.

Ya Tuhan, kenapa dirinya jadi terseret dalam lingkaran drama ibu dan anak di depannya ini? Apalagi yang akan terjadi dengan hari-harinya setelah ini?

...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro