8. Mr. Annoying
Semakin jauh mobil pergi, semakin banyak protes yang Zemira keluarkan. Ia tidak bisa mematuhi Kai untuk satu hal ini, karena sama saja mengumpankan diri ke kemarahan Nata. Ia bahkan baru lolos dari kemarahan Nata sore tadi, tetapi ia sudah diseret paksa ke lubang masalah lagi.
"Tuan! Berhenti! Hentikan mobilnya! Saya bisa dipecat jika Tuan Nata tahu saya keluar tengah malam! Tolong hentikan mobilnya!" Permintaan sejenis itu entah sudah berapa kali Zemira sampaikan; suaranya bahkan sampai parau, tetapi Kai sama sekali tidak menunjukkan keinginan untuk mematuhinya.
"Iya, jika Nata tahu. Tetapi kau tidak perlu khawatir, Nata bahkan tidak tahu jika kita pergi. Diam saja, dan aku akan membawamu bersenang-senang malam ini."
"Tidak ada kesenangan, jika saya dipecat oleh Tuan Nata, Tuan Kai! Jadi, tolong berhenti! Hentikan mobilnya!"
"Berhenti membahas Nata, Zemira. Kita akan bersenang-senang, sampai kau melupakan Nata, melupakan statusmu, dan melupakan segalanya—jadi diamlah sebentar!"
"Tuan!"
Zemira sama keras kepalanya dengan Kai, khusus malam ini. Ia tidak bisa abai begitu saja mengenai respons Nata setelah tahu pelanggarannya kali ini. Jadi, Zemira terpaksa harus membantah Kai, dan mulai menaikkan intonasi suaranya.
"Hentikan mobilnya sekarang! Hentikan! Saya tidak mau tahu apa pun; bersenang-senang atau apa pun yang Anda katakan! Saya hanya mau mobil ini berhenti! Hentikan sekarang! Hentikan! Berhenti di sini, Tuan Kai! Saya mau pulang! Hentikan mobilnya sekarang! Atau ...." Zemira membulatkan matanya secara sempurna ketika ia hendak mengeluarkan ancaman, dengan telunjuk yang tidak sengaja diarahkan pada tuannya.
Laki-laki yang masih memegang kemudi itu menoleh sebentar, dengan sebelah alis yang terangkat. Matanya naik-turun memperhatikan Zemira dan jemarinya, seolah meremehkan, lalu mengembalikan fokus pada jalanan.
"Atau apa?" tantang Kai.
Zemira menekan-nekan giginya dengan kuat karena jengkel. Ia hanya bisa mengepalkan tangan yang sebelumnya mengacungkan telunjuk. Gadis itu menggeram kuat. Terlebih dahulu, ia memejam erat, menarik napas, lalu mulai mengeluarkan suaranya yang lebih tinggi lagi dari sebelumnya.
"Jika tidak, saya akan terus meneriaki Anda, sampai gendang telinga Anda rusak!" ancam Zemira. Pikirnya, sudah kepalang tanggung menentang Kai, jadi teruskan saja. Toh, laki-laki ini tidak lebih menakutkan dari kakaknya.
"Kau ingin menguji telinga yang hampir setiap malam disuguhi musik keras ini, Zemira?" balas Kai, masih sama tidak pedulinya dengan ancaman gadis yang ia bawa secara paksa itu. "Hei, kau kenapa begitu keras kepala, Zemira? Tenanglah, dan percaya padaku. Semuanya akan baik-baik saja. Kau seharusnya bangga, karena aku akan memamerkanmu pada teman-temanku. Mereka pasti akan langsung menganga melihat bahwa aku memiliki pelayan yang begitu cantik semp—"
"AAAAAAA!" Zemira mengeluarkan segenap suaranya untuk berteriak sekencang mungkin, dalam tempo yang terbilang lama hingga Kai langsung menutup telinganya menggunakan sebelah tangan. Stir mobil turut dibanding ke sebelah kiri, hingga terjadi tabrakan kecil dengan pembatas jalan. Keinginan Zemira akhirnya terpenuhi.
Kai mendesah kesal setelah Zemira berhenti berteriak. Matanya menyorot tajam pada gadis di sampingnya, dan seolah mengerti sinyal bahaya itu, Zemira memepetkan tubuhnya ke pintu. Sayangnya, ia tidak bisa meloloskan diri, karena Kai masih mengunci pintu.
"Sialan, Zemira! Suara lembutmu ternyata bisa sangat mengerikan! Akh, sial!" Kai terus menggerutu, sembari mengusap telinganya yang berdenging.
"Maka, lepaskan saya agar saya tidak melukai telinga Anda lagi," ucap Zemira, masih dengan suara penuh keberanian.
Kai mengembuskan napasnya secara kasar terlebih dahulu, kemudian membuka kunci mobil. Zemira langsung keluar sebelum tuannya berubah pikiran.
Namun, masalah baru muncul.
Zemira tidak membawa ponselnya, atau sepeserpun uang. Bahkan jika berjalan kaki, ini sudah terlalu jauh dari rumah majikannya. Gadis itu berdiri kebingungan, sembari melirik ujung-ujung jalan. Mempertimbangkan kemungkinan dirinya meminta bantuan, yang berakhir entah dibantu, atau bisa saja ... diculik.
Gadis itu memejam kuat, mencoba memeras otak agar bisa menemukan jalan keluar. Namun, belum juga ia mendapatkan ide untuk menyelesaikan masalah, Kai kembali menambahkan bebannya.
"Aku pergi dulu, Zemira. Kau ingin kutinggalkan di sini, kan?" ucap Kai dengan nada meledek.
Belum sempat Zemira membalas, mobil tuan itu sudah pergi. Begitu cepat bergerak ke depan, sementara Zemira hanya bisa berdiri gamang. Kuku-kukunya digigit untuk mengurangi ketakutan, agar bisa berpikir jernih, tetapi Zemira tidak bisa tenang.
Memikirkan caranya untuk pulang sendiri dalam keadaan tanpa membawa apa pun, juga mengenai reaksi Nata jika ia ketahuan keluar bersama Kai—sudah cukup membuat gadis itu hampir meledakkan kepala. Ia benar-benar buntu.
Namun, tidak lama setelah dua ketakutan itu, Zemira semakin dibuat bertanya-tanya saat dari arah kepergian mobil Kai tadi, ia sekarang melihat mobil yang sama datang menghampirinya. Bahkan, bukan hanya untuk lewat, mobil itu sungguh menepi di depan Zemira. Sedikit kerusakan di bagian depan mobil membuat gadis itu hanya bisa meneguk ludah secara kasar. Ia benar-benar tamat hari ini! Bagaimana jika Kai menagih bayaran atas kerusakan mobilnya? Gadis itu bahkan akan dipecat, jadi bagaimana membayarnya?!
Gadis itu mundur secara otomatis saat Kai keluar dari mobilnya. Ia berniat menyembunyikan wajah menggunakan rambutnya yang tergerai, ketika Kai berdiri di depan mobil untuk mengecek kondisi kendaraan kesayangannya itu. Saat Zemira hendak mencuri pandang untuk membaca ekspresi Kai, laki-laki itu ternyata melihat padanya juga.
"Baiklah, mungkin kita harus membahas ini nanti, Zemira. Yang jelas, aku tidak suka membiarkan orang yang merusak mobilku hidup dengan tenang," kata Kai, dengan nada rendah menakutkan.
Zemira membuat langkah mundur kecil. Ia meremas bagian pinggir dari pakaiannya karena gugup. Telapak tangannya telah lembap, tetapi gadis itu belum menemukan solusi dari setiap masalahnya malam ini.
Ketegangan suasana kian bertambah saat Kai mengambil langkah perlahan untuk mendekat pada Zemira, dengan tatap mengintimidasi. Ia membaca beberapa pergerakan mundur Zemira yang begitu perlahan, dan sudut bibirnya tiba-tiba ditarik membentuk smirk menakutkan. Laki-laki itu baru berhenti setelah jarak mereka hanya satu langkah.
"Tetapi," ucap Kai dengan suara lebih rendah. Bola matanya bergerak lincah naik-turun menilai sikap ketakutan Zemira, yang memancing senyum tertahan dari Kai. Pria itu memegang kedua bahu Zemira, dan hampir meledakkan tawa geli saat melihat secara jelas tatap melotot penuh ketakutan dari gadis itu. "Aku akan bertanggungjawab terlebih dahulu." Kai mengedipkan sebelah matanya usai mengatakan hal itu
Zemira masih memproses maksud 'tanggungjawab' dari Kai, ketika tubuhnya dirotasi 180 derajat membelakangi Kai.
"T—Tuan?" Zemira memanggil terbata, karena sentuhan jemari tuannya di tengkuk Zemira. Ia sedikit menoleh, tetapi Kai segera membuatnya kembali meluruskan pandangan ke depan.
Jemari Kai begitu lembut ketika mengumpulkan semua rambut-rambut Zemira. Bahkan, sisiran jarinya begitu melenakan. Tambahan sedikit bumbu sentuhan, Zemira langsung dibuat bergidik karena sikap tuannya ini. Rambutnya ditarik-tarik lembut, lalu, Kai melepaskan tangannya dari tubuh Zemira setelah mengikat rambut gadis itu.
Gadis itu belum berani menoleh karena sikap Kai yang mendadak berubah ini. Ia masih bingung, tetapi tangannya sudah ditarik lembut ke mobil. Ia memberikan perlawanan kecil dengan tetap berdiam di tempatnya, sampai mendapatkan tatap malas dari Kai.
"Aku akan mengantarmu pulang."
Zemira masih bergeming. Apa ia bisa memegang ucapan tuannya ini? Ekspresi menahan geli dari wajah Kai, sangat tidak bisa dipercayai oleh Zemira.
"Hei, wajah ketakutanmu memang sangat menggemaskan, Zemira, tetapi aku tetaplah manusia yang baik hati sehingga aku tidak akan membuatmu lebih ketakutan dari ini. Percayalah. Nata akan membelikanku mobil baru jika aku berbohong," ucap Kai, tetapi belum sepenuhnya meyakinkan.
Bahkan, kalimat terakhir pria itu bukankah berarti menguntungkan Kai jika ia berbohong? Zemira mengerutkan kening tidak percaya.
"Nata mustahil membelikanku mobil baru, Zemira, jadi maksudku adalah ... aku juga tidak akan berbohong. Jadi, ikutlah denganku. Sembari kita diskusikan masalah ... jumlah gajimu, apakah cukup untuk ganti rugi kerusakan mobilku."
Kali ini, Zemira tidak lagi bisa menguatkan perlawanannya. Hanya bisa pasrah mengikuti seretan tuannya ke mobil. Kai membukakan pintu karena melihat bahwa Zemira masih belum sepenuhnya percaya padanya.
Barulah, setelah Kai masuk ke bagian kemudi, dan meninggalkan tempat mereka berhenti tadi, Zemira mulai tenang, karena Kai benar-benar membawa mobilnya ke arah yang mereka lewati tadi.
"Jika kau terlalu takut pada Nata, Zemira, kau hanya perlu menutup mulut mengenai malam ini padanya. Dia tidak akan tahu. Bibi Zoe, aku bisa mengunci mulutnya agar tidak melaporkanmu. Sangat mudah, bukan? Jadi, kau tidak perlu berteriak seperti tadi, jika aku mengajakmu lain kali." Obrolan kembali dibuka oleh Kai, setelah hening beberapa menit.
"Tidak ada lain kali, Tuan." Zemira berujar dengan suara normal, tetapi akibat teriakan dan protesnya tadi, suaranya sekarang sedikit parau. "Ini pertama, dan terakhir kalinya."
Laki-laki di samping Zemira mengeluarkan dengkus geli, seolah tidak percaya.
"Pegang ucapanku, Zemira. Cepat atau lambat, aku pasti bisa meluluhkan keangkuhanmu itu. Kau seharusnya berterima kasih dengan meneteskan air mata haru, karena aku membawamu secara sukarela naik ke mobilku. Kau seharusnya tahu, para gadis-gadis berebut ingin pergi bersamaku."
"Saya masih sangat mencintai pekerjaan saya, Tuan. Memancing kemarahan Tuan Nata, adalah hal yang paling saya ingin hindari."
"Kau sangat patuh ya, pada pria kaku itu? Uh, Zemira, kau seharusnya sadar, betapa besar tekanan yang telah Nata berikan padamu, maka dari itu aku ingin membantu merilekskan pikiranmu dengan membawamu berjalan-jalan."
"Gaji sudah bisa membantu merilekskan pikiran saya, Tuan, jadi tidak perlu berjalan-jalan, apalagi jika itu bersama Anda."
Kai mendengkus geli. "Dasar, Zemira!"
Pria itu tampaknya sudah menyerah membujuk, atau tengah memikirkan siasat lain. Zemira tidak tahu. Ia memilih mengarahkan pandangannya ke luar, demi menenangkan pikiran, sembari mengeluarkan segenap alasan untuk menghadapi kemarahan Nata nantinya. Matanya sesekali memejam, ketika ancaman pemecatan terus menghantuinya. Gadis itu terlalu sibuk dengan pikiran berkecamuknya, sehingga perjalanan terasa lebih cepat. Ia bahkan sedikit terkejut ketika mobil mulai memasuki pekarangan rumah, lalu berhenti di garasi.
Zemira langsung turun dari mobil. Ia berlari-lari kecil ingin langsung ke bangunan di mana kamar pembantu berada, dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Namun, ketika ia baru saja melewati pintu utama saat ingin ke halaman samping rumah utama, langkahnya berhenti tiba-tiba karena keberadaan sosok tuan yang paling ia takuti. Pria itu bahkan hanya berdiri di ambang pintu tanpa ekspresi, tetapi aura membunuhnya sudah mematikan pikiran Zemira.
Nata hanya diam saja, tetapi Zemira juga tidak bisa mengangkat kakinya untuk meneruskan langkah. Sorot pria itu tertuju langsung pada gadis itu, seolah ingin mengulitinya. Zemira hampir lupa cara bernapas karena sikap diam Nata. Barulah ia menghela napas ketika tuannya itu mengalihkan pandangan ke kehadiran Kai.
"Kalian dari mana?" tanya Nata, sembari memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya. Ia sempatkan melirik sekilas pada Zemira lagi, lalu mengarahkan fokus penuh pada sang adik.
"Jalan-jalan," jawab Kai. Ia melirik sebentar pada Zemira dengan senyum tipis. "Sebentar," lanjut Kai.
"Aku tidak peduli sebentar atau lama, Kai," balas Nata. "Apa perlu kuhancurkan jam tanganmu yang tidak berguna itu, karena kau bahkan tidak tahu waktu?!"
Meski ucapan tegas itu tidak diarahkan pada Zemira, tetapi gadis itu tetap saja meneguk ludah secara kasar. Ia sama sekali tidak memiliki keberanian untuk mengangkat wajah demi melihat kedua tuannya berdebat.
"Kau bahkan sama tidak tahu waktunya, saat menyeretku ikut lembur bersamamu, Nata. Berhentilah bersikap berlebihan. Aku hanya keluar, bukankah sudah biasa? Mengapa kau harus menunggu di depan pintu, seperti seorang ayah yang menanti anaknya?" Kai menjeda sejenak ucapannya, lalu melirik pada Zemira yang ternyata turut menoleh sedikit padanya. "Oh, atau karena aku membawa Zemira? Kau marah karena gadis itu?"
"Ya!" ucap Nata tegas. "Aku tidak suka jika kau meracuni pikiran gadis itu! Dia bahkan sudah membuat kesalahan sore tadi, dan aku bisa langsung memecatnya karena sikapmu ini, Kai!"
"Nata, kau terlalu berlebihan! Apa salah jika Zemira ingin menenangkan pikiran dari segala tekanan pria kaku sepertimu? Selama dia tidak mencuri, kau seharusnya tidak perlu bersikap jahat dengan asal memecat pelayan seperti ini!"
"Mulai besok, mobilmu akan aku sita sebagai hukuman, Kai. Kau tidak boleh pergi ke mana pun, tanpa kehadiranku atau tanpa izin dariku! Jika berani melawan lagi, aku akan menambah hukumanmu!"
"Nata!" protes Kai, tetapi sang kakak sudah enggan melirik padanya.
Nata beralih pada Zemira yang langsung menunduk dalam.
"Zemira." Intonasi suara Nata sedikit memelan ketika memanggil nama gadis itu. "Jangan membuatku menyesal sudah menaruh kepercayaan padamu. Ini pertama, dan terakhir kalinya kau keluar bersama Kai. Selanjutnya, aku belum tentu memaafkanmu."
Zemira sedikit panik mendengar itu. Ia mengumpulkan keberanian untuk memberitahu Nata bahwa dirinya dipaksa, bukan atas kemauan sendiri, tetapi tuannya itu sama sekali tidak mau mendengar karena ia berbalik memasuki rumah.
Gadis itu melirik pada Kai yang masih berdiri di tempat. Keduanya seolah beradu nasib karena keputusan Nata tadi. Tatap itu akhirnya diputus karena kekesalan Zemira. Ia melanjutkan perjalanan menuju paviliun. Satu kali, ia mendengar namanya dipanggil oleh Kai, tetapi gadis itu sama sekali enggan peduli.
Pagi ini, Zemira lebih sibuk memeriksa persiapan sarapan daripada biasanya karena Zoe tengah mengurus semua keperluan Shaquille. Ia sudah dalam tahap mencicipi makanan yang akan dihidangkan, ketika sebuah suara maskulin berseru. Suasana mendadak tegang, ketika para koki langsung menghadap ke arah pintu penuh penghormatan.
"Zemira!"
Gadis yang dipanggil itu berbalik. Sedikit terkejut, hingga mata Zemira membulat lebar ketika melihat Kai datang mendekat. Jika laki-laki itu tengah tersenyum tipis, maka Zemira tidak bisa mengontrol ketakutannya sendiri. Namun, tetap, sebagai seorang pelayan, gadis itu memperbaiki sikapnya.
"Anda butuh sesuatu, Tuan?" tanya Zemira, usai berhasil memaksakan bibir kakunya untuk tersenyum hangat.
"Ya. Aku membutuhkanmu, Zemira. Kau ingin kita bicara di sini ...," ucap Kai sembari melirik para koki satu-persatu lalu kembali meluruskan pandangan pada Zemira, "atau kau mau meluangkan waktu sibukmu itu sebentar, dan bicara denganku?"
Gadis itu dalam dilema berat sekarang. Kedua pilihan yang ditawarkan Kai, semuanya punya konsekuensi sama jika Nata tahu ia tidak fokus bekerja. Namun, apa Zemira punya pilihan ketiga; menolak Kai? Tetapi, lelaki satu ini terlalu keras kepala!
"Tuan, saya masih sangat sibuk bekerja. Anda bisa sampaikan kebutuhan Anda, dan saya bisa meminta pelayan lain untuk membantu Anda," ucap Zemira pada akhirnya. Ia tidak lagi bisa abai pada peringatan-peringatan Nata, atau dirinya akan dikeluarkan dari pekerjaan ini.
"Aku butuh berbicara denganmu, Zemira, tidak bisa diganti oleh pelayan lain."
"Saya tidak punya waktu, maaf, Tuan."
Untuk berurusan dengan Kai, Zemira harus ikut keras kepala. Gadis itu menjeda pekerjaannya sebentar, karena fokusnya dialihkan pada salah seorang pelayan yang lebih muda darinya.
"Kau," ucap Zemira pada gadis pelayan itu. "Kau tinggalkan ini, aku yang akan membawanya ke meja. Kau bantu Tuan Kai!" pinta Zemira.
Gadis itu tampak ragu-ragu, tetapi kemudian meninggalkan mangkuk yang akan ia angkat, demi mendekat pada si tuan muda. Zemira merasa lega, ketika Kai kini fokus pada gadis tadi.
"Kau, sampaikan pada Zemira bahwa aku meminta maaf karena membawanya keluar jalan-jalan tadi malam. Berikan ini, sebagai bentuk permintaan maafku, dan kau harus pastikan Zemira memaafkanku!"
Sontak, mendengar ucapan Kai yang terdengar di seluruh sudut dapur, semua orang dalam ruangan langsung melotot kaget, dan mengarahkan pandangan pada Zemira. Sementara Zemira langsung membatu di tempat. Ekspresinya sudah acak-acakan, bercampur kesal, terkejut, dan didominasi marah pada sang tuan.
Gadis yang diperintah Zemira tadi, tampak bingung ketika di tangannya sudah terdapat setangkai bunga yang diberikan oleh Kai. Gadis itu mendekat pada Zemira, dan ketika sudah berhenti, ia tampak dilema antara mengatakan pesan Kai tadi; padahal sudah jelas bisa didengar Zemira, atau diam saja dan langsung menyibukkan diri dengan pekerjaan.
Pada akhirnya, gadis muda itu tidak melakukan apa pun karena Zemira meninggalkannya demi mendekat pada Kai. Zemira merasa bahwa keadaan kian memburuk, jika ia tidak segera menyelesaikan urusannya dengan Kai. Jadi, gadis itu melupakan sejenak statusnya, menyeret lengan kemeja Kai hingga mereka keluar dari ruangan, lalu berhenti di bagian samping dapur yang lebih sepi.
"Apa Anda tidak bisa berhenti membawa saya dalam masalah, Tuan? Tolong ... Anda tidak bisa dipecat sebagai adik dari Tuan Nata, tetapi saya bisa dipecat dari pekerjaan saya, karena ulah Anda. Tolong, sedikit saja, berperipelayanan, Tuan. Anda butuh sesuatu, katakan. Perintahkan saya! Tapi tolong, jangan buat saya dalam masalah, karena tidak fokus bekerja, dan selalu melanggar aturan dari Tuan Nata. Tolong ...." Gadis itu mengakhiri permohonannya dengan tatap memelas.
Bukan iba, Kai tampak terhibur dengan wajah Zemira. Ia bahkan tidak tahan mengeluarkan dengkusan geli, dan terpaksa harus memalingkan wajah sebentar agar Zemira tidak tersinggung.
"Aku hanya ingin meminta maaf, bukan mengganggumu, Zemira. Kau selalu berlebihan, dan terlalu serius menanggapi segala sesuatu—mirip seperti Nata."
"Jika benar-benar menyesal atas kejadian semalam, maka tolong berhenti mengganggu saya untuk sesuatu yang tidak penting—"
"Hei, ini penting, Zemira. Aku tidak suka berhutang maaf pada siapapun, maka dari itu aku memetik bunga di halaman, sebagai bentuk keseriusanku meminta maaf."
Zemira bergerak gelisah. Bagaimana membuat tuannya ini segera pergi, dan ia bisa fokus bekerja?
"Baiklah, baik. Saya memaafkan Tuan Kai, jadi ... tolong, silakan ke meja makan, dan tunggu sarapan," kata Zemira, menyerah.
"Kau tahu, kau pelayan pertama yang sudah melampaui batas karena memberikan perintah pada majikanmu."
Zemira langsung mundur dengan mata membulat lebar, karena baru menyadari sikapnya yang berlebihan. Gadis itu ingin meminta maaf, tetapi Kai tiba-tiba saja tersenyum tipis.
"Tetapi, aku suka," ucap Kai.
Kai mengedipkan sebelah matanya, yang membuat Zemira bergidik geli. Beruntung, tuannya itu sudah pergi sehingga tidak melihat balasan sikap dari Zemira tadi.
Baru saja gadis itu menghela napas lega, ia panik lagi saat menyadari waktunya telah menipis untuk mempersiapkan semua sarapan. Nata selalu tepat waktu ke ruang makan. Zemira kembali ke dapur, melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda, dan bersyukur, kali ini ia berhasil menuntaskan pekerjaannya tepat waktu.
Zemira berdiri di sudut ruangan selama para tuan menyelesaikan sarapan, agar bisa sigap jika mereka membutuhkan sesuatu. Gadis itu hampir tidak bisa mengangkat kepalanya yang terus menunduk. Ia baru bisa menengadah, saat suara kursi bergeser terdengar. Nata sudah lebih dahulu selesai dengan sarapannya. Tidak langsung pergi, laki-laki itu mendekat pada Zemira. Membuat si gadis seketika waspada, takut-takut jika perbuatan Kai tadi ada yang melaporkan. Zemira langsung menunduk dalam.
"Zoe akan ada sedikit urusan di tempat lain. Jadi, kau harus menggantikannya semua tugasnya selama dia tidak ada, Zemira," kata Nata.
Gadis itu menengadah. Sedikit terkejut, karena tuannya ini mau berbaik hati mengatakan hal itu secara langsung, tidak memerintahkan Zoe saja untuk memberitahu Zemira.
"Kau harus memastikan bahwa Shaquille menyelesaikan semua tugas-tugasnya, dan jangan mengganggu fokusnya! Laporkan padaku jika dia kembali berulah. Begitupun Kai, awasi dia agar tidak keluar dari rumah jika tidak mendapat izin dariku. Untuk tahu dia dapat izin atau tidak, kau bisa meneleponku."
Penjelasan perintah dari Nata begitu sigap diangguki oleh Zemira. Namun, antusiasmenya berubah ketika Nata melanjutkan penjelasannya.
"Kau juga harus mengurus semua keperluanku ... di kamarku."
Zemira tidak masalah dengan itu, tetapi ... mengapa Nata harus menyebut 'di kamarku' dengan suara rendahnya?
To Be Continued...
Next, hari Selasa di akun Putrie-W
Yang baju hitam emang selalu meresahkan🙄 tapi, kalian pilih mana?
Tuan Kai
atau ...
Tuan Nata
Sementara itu Zemira ...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro