23. Feeling Blue
"Besok adalah hari ulang tahunmu, Atlas. Di mana kita akan menghabiskan waktu? Aku sudah menyiapkan hadiah yang pasti akan kau sukai."
Kali ini Zafira optimis bisa meluluhkan hati Atlas untuk mengubah nama kepemilikan rumah itu. Uang yang ia dapatkan dari kekasih gelapnya dipergunakan untuk membeli jam mahal sebagai hadiah. Atlas akan menyukainya, lalu mengabulkan apa pun yang Zafira minta. Itu yang Zafira pikirkan sebelum Atlas kembali mengacaukan rencana.
"Kita tidak akan bertemu besok. Aku sudah berjanji akan menghabiskan waktu dengan Zemira."
Zafira menggigit bibirnya kuat-kuat, ia tidak menyangka akan ditolak dengan alasan seperti itu. Zemira lagi, selalu saja Zemira yang menyebabkan Atlas menjauh akhir-akhir ini. Anak pungut itu kian hari kian mengancam kebahagiaan Zafira dan Zafira geram karena belum menemukan cara untuk membuat kakak tirinya terluka. Selain Atlas, Zemira tidak memiliki apa pun. Dan kini malah Atlas yang susah dikendalikan oleh Zafira.
"Bukankah minggu lalu aku sudah mengingatkanmu agar membuat janji denganku saja?" Zafira menahan intonasinya agar Atlas tidak membentak balik.
"Zafira, aku sudah mengatakan padamu, kita tidak perlu sering-sering bertemu. Hubungan kita tidak akan lebih dari ini. Apa yang kau harapkan, Zafira?"
Zafira tidak mengerti mengapa semua tidak berjalan sesuai keinginannya lagi. Sudah cukup ia pusing karena Zemira yang selalu berontak dan tidak mau mengirim uang, sekarang Atlas ikut-ikutan berada di pihak Zemira. Laki-laki itu seolah lupa pernah memuji tubuh Zafira dan berjanji tidak akan pernah berpaling serta meninggalkannya. Sekarang semua janji itu tidak berarti apa pun. Zafira merasa hendak dibuang seperti sampah yang tidak dibutuhkan. Kalaupun harus terjadi adegan pembuangan di antara mereka, tentu Zafira harus memastikan ia yang melakukannya.
Sial. Apa yang harus kulakukan?
"Sebenarnya aku sudah lelah, Zafira."
Gadis berambut pirang itu meremas selimut yang menutupi kakinya. Ia paham maksud Atlas dan itu membuatnya marah. Bagaimana bisa Atlas mengatakan lelah, padahal Zafira saja selalu mengalah dengan mendatangi laki-laki itu? Zafira selalu menahan diri setiap kali Zemira memperbaharui laman media sosialnya dengan foto mesra dengan Atlas. Ia juga sudah banyak berkorban saat bersama Atlas, tetapi dengan mudahnya laki-laki itu mengatakan lelah. Zafira tidak habis pikir kenapa Atlas sekarang sangat berubah. Ini baru beberapa bulan sejak hubungan keduanya dimulai, tetapi Atlas sudah menunjukkan tanda-tanda bosan dan ingin menyerah.
"Aku tidak pernah menuntut kau harus berpisah dari Zemira, Atlas. Kau lelah? Aku juga. Aku sebenarnya sangat lelah menjadi kekasih gelapmu, berpura-pura di depan orang tuamu kalau kita hanya teman, dan kita harus memperhatikan sekeliling saat berkencan di akhir pekan karena kau selalu khawatir jika Zemira kebetulan ada di dekat kita. Kau tahu aku juga lelah, tapi aku tidak bisa mengakhiri ini karena aku sangat mencintaimu."
Rata-rata pria akan melemah jika dihadapkan dengan gadis yang tidak berdaya. Kini Zafira mencoba peruntungan bahwa Atlas pun akan memberikan reaksi yang bagus. Sayangnya, kesabaran Zafira harus diuji saat Atlas bersikukuh tentang hubungan mereka yang tidak layak dipertahankan. Zafira nyaris meledak. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana mengiba agar Atlas berhenti membicarakan tentang perpisahan dan membuat Atlas kembali menikmati hubungan mereka tanpa mengkhawatirkan Zemira.
"Bagaimana kau setega ini padaku, Atlas? Aku sangat mencintaimu, tapi kau bisa-bisanya selalu mementingkan Zemira dan mengabaikan perasaanku."
"Berhentilah merengek, Zafira. Aku sudah tidak tahan terus-terusan membohongi Zemira. Kita harus mengakhiri ini."
Sebelum aku mendapatkan rumah itu? tanya Zafira dalam hati.
Tidak boleh!
"Sejak bertemu denganmu, aku tidak pernah membayangkan akan ada hari di mana aku tidak lagi melihatmu, Atlas. Aku sungguh-sungguh mencintaimu. Tidakkah kau merasakannya?"
Zafira terisak, mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menangis agar terdengar nyata.
"Zafira, berhentilah menangis. Aku tidak bisa mendengarmu menderita seperti ini."
"Kau hanya perlu mempertahankanku, Atlas. Itu saja. Aku tidak meminta lebih. Besok kau ada janji dengan Zemira? Baiklah, aku tidak masalah. Aku akan menunggu di rumahmu sampai kalian selesai berkencan. Biarkan nanti malam aku menemanimu, ya?"
"Zafira ...."
"Kumohon, Atlas. Setidaknya biarkan aku jadi seseorang yang pertama kali kau lihat saat pergantian waktu nanti. Dan aku sangat ingin jadi yang pertama mengucapkan selamat padamu."
Begitu Atlas tidak lagi menyahut, Zafira tahu permintaannya dikabulkan. Walau rencananya berantakan, Zafira cukup lega tetap berada di sisi Atlas. Ia akan memperbaiki rencananya sedikit demi sedikit setelah ini, menjadi gadis yang lebih manis dan tidak merengek untuk apa pun pada Atlas.
Bersabarlah, Zafira, sebentar lagi kau akan mendapatkan rumah dan bisa membuang si pengecut itu.
Ucapan Zoe beberapa hari lalu cukup mengganggu Zemira. Gadis itu menyatakan tidak memiliki perasaan berlebih terhadap ketiga tuan muda, tetapi Zemira lupa ia bahkan menikmati ciuman dari Kai. Bagaimana ia terbuai dan membalas kehangatan bibir tuan muda keduanya itu mana bisa Zemira lupakan. Dan munafiknya, ia tidak mengakui perasaan itu. Bukan hanya itu yang membuat Zemira merasa bersalah. Apa yang Zoe katakan juga tidak bisa dianggap remeh. Ketiga tuan mudanya setiap hari kini selalu saja menjadikan Zemira topik setiap kali mereka duduk bersama. Ada saja tentang dirinya yang dibahas atau dijadikan lelucon. Mulanya Zemira tidak menganggap itu semua dengan serius, tetapi lama-kelamaan Zemira tidak bisa menganggap enteng.
Sikap Nata yang berlebihan dengan memberikan barang-barang mahal, Kai yang semakin sering menggodanya, dan bertambahnya frekuensi Shaquille mencari Zemira sebagai teman menikmati camilan di rumah membuat gadis itu cukup cemas. Di sekitarnya segala hal jadi berubah dan Zemira ragu kedepannya apakah ia bisa menanggung risiko yang lebih berat karena sudah kembali ke masa lalu.
Sebelumnya Zemira yakin ia sudah bersikap tegas, tetapi lama-kelamaan ia berpikir bisa jadi orang lain tidak menganggap seperti itu. Ia yang tidak pernah membentak Nata ataupun Kai mungkin saja diartikan sebagai tanda bahwa ia menerima maksud dari kedua tuan mudanya. Zemira ingin membuat batas tanpa menyalahi posisinya. Namun, bagaimana? Gadis itu tidak tahu cara bersikap dengan hormat sekaligus membuat para tuannya paham.
Sejak tadi detak jantung Zemira tidak normal. Ia sedikit sesak memikirkan hari-harinya yang berbeda dengan dulu dan juga ... besok adalah hari di mana ia akan mengakhiri segalanya. Zemira hanya berani menjamin persentase keberhasilan rencananya sebanyak 75%, sisanya ia sungguh berharap bahwa Tuhan kembali memberinya keberuntungan.
Saat Zemira masih termenung menatap langit yang bertabur bintang, ponselnya bergetar. Satu pesan dari Kai masuk, isinya tentang laporan dari detektif bahwa Zafira sudah tiba di rumah Atlas. Itu adalah hal baik, tandanya persentase keberhasilan Zemira bertambah. Sayangnya, gadis itu tetap murung memikirkan betapa banyak pengorbanan Kai dan ia tidak akan mampu membalasnya.
Satu pesan masuk lagi. Kai mengabarkan bahwa ia masih terlibat dengan klien di sebuah restoran untuk membicarakan pekerjaan. Sungguh, Zemira tidak membutuhkan informasi semacam itu. Ia tidak peduli apa yang Kai lakukan, dengan siapa, pulang jam berapa, dan ....
Dan ternyata aku memikirkannya! rutuk Zemira dalam hati.
Ia mencoba menyangkal bahwa semua hal tentang Kai tidak mempengaruhi dirinya, tetapi begitu teringat bahwa tuan mudanya tersebut mengalami perubahan baik akhir-akhir ini, Zemira jadi ingin menarik kata-katanya. Kai tidak pernah lagi keluyuran atau diam-diam membawa gadis pulang saat Nata tidak di rumah. Sudah lama Zemira tidak melihat adegan seseorang muntah-muntah. Beberapa waktu ke belakang Zemira juga jadi berkurang mendengar Nata memarahi sang adik. Si tuan pemain hati itu sepertinya sudah kembali ke jalan yang benar.
Gadis itu menghela napas panjang, menenangkan diri dan mencoba mengusir bayangan Kai yang tengah tersenyum menggoda. Terlalu lama mempertahankan Kai di kepalanya, Zemira rasa itu tidak akan berakhir dengan baik. Satu kesalahan membalas ciuman Kai saja sampai saat ini belum bisa gadis itu lupakan. Ia ngeri jika sampai ada hal-hal tidak terduga lainnya, seperti ....
Hentikan, Zemira!
Gadis itu mulai kesal pada dirinya sendiri. Selain tampan dan kaya, Zemira merasa Kai tidak memiliki keunggulan lain. Bahkan sejak awal yang Zemira tahu Kai adalah laki-laki dengan pola hidup berantakan.
Lalu Zemira teringat adegan di kolam hangat malam itu. Dan Zemira sesungguhnya tahu, bahwa Kai memiliki keunggulan lain.
Ya Tuhan, Zemira. Berhenti memikirkan dia!
Zemira akan kembali ke kamarnya. Ia lelah duduk sendirian di tempat terbuka karena setiap angin berdesir yang menyentuh kulitnya, Zemira semakin teringat Kai dan juga sensasi yang tuannya berikan malam itu. Setelah ini ia akan mandi agar pikirannya lebih jernih dan mulai berpikir bagaimana harus membuat batas antara dirinya dengan Kai dan Nata. Namun, kedatangan sang tuan pertama menahan langkah Zemira. Nata datang dengan sebuah kotak yang Zemira rasa itu adalah makanan.
"Tuan membutuhkan sesuatu?"
"Aku mencarimu untuk memberikan ini."
Zemira menerima kotak yang Nata ulurkan. Di bagian atas kotak itu terdapat beberapa kata dengan bahasa asing, tetapi Zemira yakin isinya adalah cokelat melihat dari plastik transparan di tutup kotaknya.
"Anda membelikan ini untuk saya?"
"Aku tidak membelinya. Seorang klien memberikanku sebagai oleh-oleh. Aku tahu ini enak, maka dari itu aku memberikannya untukmu."
Ini hanya makanan. Zemira rasa ia tidak perlu menolaknya, tetapi melihat Nata yang masih berpakaian formal dan sepertinya langsung mendatangi Zemira begitu sampai rumah, gadis itu jadi berpikir ulang. Nata mengutamakan Zemira, sedikit menambah keyakinan gadis itu bahwa sang tuan memang memiliki ketertarikan.
"Terima kasih, Tuan, tapi maaf. Bisakah lain kali Anda tidak perlu memberikan hal-hal semacam ini lagi?"
"Kau tidak menyukainya?"
Kening Nata sedikit berkerut.
"Saya suka cokelat dan semua hal yang manis. Tapi sikap Anda bisa jadi membuat yang lainnya salah paham, begitu juga dengan saya."
"Salah paham apanya?"
Nata menelengkan kepala, menunggu gadis di hadapannya memberi jawaban.
"Anda tidak benar-benar menyukai saya, bukan?"
"Kau masih ragu atas perasaanku? Biarkan aku bertanya balik. Jika kau setiap saat memikirkan seseorang, ingin terus melihatnya, ingin menyentuh tangan dan rambutnya, selalu teringat padanya setiap kali kau menikmati hidangan enak, kau sebut apa semua hal tadi, Zemira?"
Refleks Zemira memejam. Ia pernah mengalami semua hal yang Nata sebutkan untuk Atlas. Itu adalah perasaan suka yang bisa jadi tengah mendekati rasa ingin memiliki.
"Kita itu mustahil, Tuan."
Helaan napas panjang Nata mengundang senyum miris Zemira. Bahkan Nata pun sudah tahu tentang itu.
"Saat ini aku hanya ingin kau menerima perasaanku, menikmati semua yang aku beri, dan berhentilah menolak semua kenyamanan yang akan aku berikan."
Selangkah Zemira mundur, hal itu membuat Nata bertanya-tanya melalui raut wajahnya.
"Kenyamanan? Semua hal yang Anda berikan adalah beban untuk saya, Tuan. Bagaimana bisa si babu ini menerima barang-barang mahal itu? Jika hanya sekali, saya akan memakluminya. Tapi terakhir kali Anda bahkan mengirimkan lima belas set perhiasan emas asli. Saya tidak tahu harus berbuat apa pada perhiasan itu. Bahkan menatap kotaknya saja saya merasa tidak pantas. Siapa saya yang berhak mendapatkan semua itu?"
Keras kepala Nata sudah pasti susah diatasi. Zemira barusan berusaha bicara dengan kata-kata yang seharusnya mudah dipahami. Ia sangat ingin membuat Nata mengerti bahwa perasaan suka itu tidak perlu selalu diungkapkan dengan kemewahan.
"Bukankah itu wajar? Gadis mana yang tidak akan suka dengan perhiasan dan emas? Aku memberikan hal yang biasa, Zemira. Kau adalah gadis yang kusuka. Apa salahnya?"
Bicara dengan si keras kepala memang tidak mudah. Zemira harus menengadah sejenak demi menahan emosi yang mulai bergejolak di dadanya.
"Anda berlebihan, Tuan, dan saya tidak menyukainya."
"Mungkin kau yang harus berhenti menjadi aneh, Zemira. Tidak bisakah kau cukup menerimanya dan berterima kasih? Aku hanya memberikan barang-barang terbaik untukmu, menjadikanmu gadis beruntung yang mendapatkan perhatianku. Untuk pertama kali aku menyukai seseorang dan aku mengutarakan perasaanku melalui hal-hal yang membuat siapa pun senang menerimanya. Tapi kau, Zemira, kau menolaknya, selalu mengeluh, bahkan menyuruhku berhenti."
Zemira tahu Nata tidak pernah memperhatikan pemilihan kata saat bicara bahkan pada adik-adiknya sendiri. Bukan sekali dua kali Zemira mendengar Nata mengatakan hal menyakitkan, tetapi kali ini harga diri gadis itu sungguh terluka. Ia tidak menyangka bahwa Nata memiliki pemikiran seperti tadi. Ia tidak pernah meminta Nata untuk jatuh hati padanya dan Zemira juga memiliki hak untuk menolak. Akan tetapi, kata-kata Nata barusan mengusik Zemira, seperti ia yang memang harus menerima rasa suka tidak wajar dari tuannya itu.
"Kau juga tidak menghargaiku, tapi aku diam, Zemira. Aku tidak protes saat kau tidak mengenakan satu pun pakaian yang kubeli atau perhiasan yang kukira akan sangat indah saat kau kenakan."
Semakin lama suasana semakin panas. Nata tidak mengerti kemauan Zemira dan laki-laki itu merasa Zemira-lah yang egois serta tidak memikirkan perasaan orang lain.
"Anda hanya terobsesi dengan saya, Tuan."
Setelah meredam sedikit perasaannya, Zemira belum menyerah untuk membuat Nata mengerti situasi di antara mereka.
"Tidak. Perasaanku tulus," sangkal Nata cepat.
"Benarkah? Lalu kenapa saya merasa Anda menganggap saya sebagai gadis tidak tahu diri yang berani menolak perasaan sang majikan?"
Nata mendelik karena kata-kata Zemira. Laki-laki itu maju untuk mendekati Zemira dan berniat menyangkal, tetapi Zemira kembali mundur. Wajah gadis itu memerah dan di kedua sudut matanya ada air yang menggenang. Nata mendengkus, menahan langkah agar Zemira tidak semakin jauh.
"Kalau Anda sungguh menyukai saya, seharusnya Anda melakukan dengan cara yang saya suka."
"Apa maksudmu, Zemira? Kau ingin mengatakan bahwa caraku salah?"
"Ya, Tuan. Bukannya mulai jatuh hati pada Anda, saya jadi terus-terusan merasa khawatir dan cemas atas kemewahan yang selalu Anda suguhkan. Kita berasal dari dunia yang berbeda, Tuan. Ajak saya pelan-pelan untuk memasuki dunia Anda, bukannya menarik paksa dan membuat saya terkejut dengan perubahan drastis ini. Saya tidak bisa menerima Anda karena saya tidak tahu bagaimana cara menikmati hal-hal asing ini."
"Kau keterlaluan, Zemira."
Kali ini Nata berkacak pinggang dengan raut wajah tidak senang.
"Lihat. Anda bahkan tidak mengerti maksud saya, Tuan. Jika ini memang yang pertama sehingga Anda tidak tahu bahwa hal yang Anda lakukan tidak benar, setidaknya tanyakan pada saya bagaimana cara untuk menyentuh hati saya. Kalau boleh jujur, Anda tentu saja sangat memenuhi kualifikasi sebagai calon kekasih saya. Tapi Tuan, saya tidak nyaman karena cara berlebihan Anda dalam menyukai saya."
"Kau membuatku tidak bisa berkata-kata."
"Maaf, Tuan, atas kelancangan saya. Daripada dihadiahkan barang-barang mahal, saya lebih suka memulai hubungan kita dengan makan malam, lalu disambung obrolan ringan, seperti kenapa Anda memilih saya, apa yang Anda sukai dari saya. Buat saya merasakan bahwa Anda menghargai dan menginginkan saya dengan tulus."
Zemira tersenyum setengah hati.
"Itu pun jika Anda benar-benar ingin menjalin hubungan dengan saya, Tuan."
Obrolan mereka berakhir setelah Nata pergi tanpa kata, dan tentu saja tanpa senyuman.
Sementara itu, Zemira kembali ke kamar dan menghabiskan waktu nyaris dua jam di kamar mandi. Ia sangat ingin dicintai oleh seseorang, dengan cara yang ia sukai, bukan dengan hal-hal yang menyesakkan dadanya.
Karena setiap kali melihat pemberian mewah Nata, Zemira hanya semakin diingatkan bahwa Nata adalah matahari yang tidak akan bisa disentuh.
Sudah tengah malam saat Zemira keluar dari kamar mandi. Rambutnya yang basah ditutupi handuk. Gadis itu berniat berbaring sebelum seseorang mengetuk pintu kamarnya. Tanpa ada kecurigaan, Zemira membuka pintu karena mengira Zoe yang mencarinya atau teman-temannya yang lain sedang membutuhkan sesuatu. Tebakan Zemira salah. Seorang laki-laki sedang menunggu Zemira dengan senyum ramah.
"Tuan, ada apa?"
"Kau bilang ada apa? Bukankah kau membutuhkan ini?"
Kai menyerahkan sebuah amplop dokumen berwarna cokelat. Begitu Zemira menerimanya, ia merasakan amplop itu sangat tebal. Terang saja, karena isinya adalah semua foto-foto Atlas dan Zafira dari hasil pengintaian detektif selama ini.
"Ah, terima kasih. Tapi saya sudah bilang besok pagi saja tidak apa. Anda bahkan belum berganti pakaian, Tuan."
"Demi kau, Zemira."
Zemira canggung ditatap penuh binar oleh laki-laki di hadapannya. Tatapan lembut, tanpa intimidasi.
"Kau habis mandi?" Kai bertanya dengan raut sedikit cemas.
"Ya, Tuan."
"Tengah malam seperti ini? Dan kau membiarkan tanganmu sampai pucat?"
Gadis itu tersentak karena Kai tiba-tiba menyentuh jemarinya. Sang tuan mengungkapkan kecemasan melihat ujung-ujung jari Zemira yang putih dan mengkerut. Namun, gadis itu merasakan hal sebaliknya. Ia buru-buru menarik tangannya, menunduk sejenak untuk menguatkan hati menghadapi tatapan tajam Kai.
"Jangan sentuh saya, Tuan."
Kai tersenyum miring.
"Kau mengumumkan larangan itu setelah kita melewati adegan yang membuatku sangat menginginkanmu, Zemira."
"Maafkan saya. Malam itu adalah kesalahan."
"Wah. Dengan mudahnya kau mengatakan itu? Aku tidak percaya. Kau mendapatkan keuntungan yang sama dariku saat itu dan kau hanya mengatakan itu kesalahan?"
Kai menyandarkan lengan kanannya di kusen pintu, sehingga cukup membuat Zemira terkejut karena adegan tiba-tiba yang mengikis jarak mereka. Gadis itu berdebar, tetapi memberanikan diri untuk tidak menurunkan pandangan di saat Kai menuntut jawaban dari tatapannya.
"Sebenarnya apa yang kau inginkan, Zemira? Menerima hati Nata, lalu mempermainkanku?"
"Tidak, Tuan, bukan begitu. Tolong jangan salah paham."
Kai menghela napas panjang, lalu menengok ke lorong di belakangnya dan sadar di sana bukanlah tempat yang tepat untuk bicara.
"Kau punya pengering rambut?"
Zemira berkedip beberapa kali, bingung pada perubahan topik mendadak itu.
"Punya, Tuan."
"Keringkan rambutmu. Lalu temui aku di kolam kemarin."
Zemira yang merasa perasaannya sudah sangat kacau, kini bertambah karena Kai menepuk-nepuk kepalanya yang masih terbungkus handuk. Laki-laki itu mundur perlahan, tersenyum selama dua detik, lalu meninggalkan Zemira. Gadis itu berjongkok sebentar, bertanya-tanya dalam hati kenapa menghadapi Kai sekarang terasa lebih berat dibandingkan Nata.
Begitu ia selesai mengeringkan rambut dan mengganti piama, Zemira berniat menemui Kai. Tentu saja ia harus masuk lewat pintu belakang yang mana akan membuatnya berkemungkinan bertemu Zoe yang tengah berjaga di dapur. Zemira sudah cemas akan ditanya-tanya karena ia sendiri tidak bisa menjelaskan dengan detail pada Zoe kenapa harus terus-terusan berhubungan dengan Kai. Beruntungnya, Zemira tidak menemui siapa pun, ia tiba dengan selamat di ruangan tersebut dan berhasil mendapatkan pemandangan luar biasa lagi kali ini; Kai yang tengah membuka kemeja. Laki-laki itu menyampirkan kemejanya di kursi dan tidak melanjutkan membuka bagian bawahnya.
"Masuklah, Zemira."
Gadis itu mulai meninggalkan ambang pintu dan mendekati Kai yang duduk setengah telanjang. Fokus Zemira pecah. Sepertinya ia akan meminta sang tuan untuk mengenakan kemeja kembali. Namun, hal itu jelas akan membuatnya ketahuan bahwa ia terpengaruh pada tubuh Kai sejak tadi.
"Aku akan mendengarkanmu."
Kai menuang setengah gelas wine untuk Zemira. Sebelum gadis itu menolak, Kai sudah lebih dulu menyatakan keberatan.
"Kau tidak akan mati karena meminumnya. Lihat, aku juga minum dari botol yang sama."
Ketegangan Zemira sedikit mengendur karena menerima pemberian Kai. Nyaris sepuluh menit mereka terdiam, bahkan Kai sudah menghabiskan satu setengah gelas wine, sedangkan Zemira mungkin hanya berkurang beberapa milimeter saja di gelasnya.
"Kau mau terus diam, Zemira? Aku kira kau ingin segera pergi dari sini dan tidur yang cukup karena beberapa jam lagi kau akan bertemu kekasihmu."
Kai sempat tersenyum geli sebelum kembali menatap Zemira yang terlihat sedang mengumpulkan kekuatan untuk pembicaraan panjang mereka. Laki-laki itu merasa konyol karena sungguh tertarik pada pelayan di rumahnya. Bahkan karena Zemira, Kai benar-benar mengurangi semua kebiasaan buruknya dan sampai mendapatkan apresiasi dari Nata berupa jam tangan edisi terbatas.
Kalau ditanya apa alasan Kai menyukai gadis itu, Kai pun tidak punya alasan spesifik. Bisa jadi karena Zemira berbeda dari semua gadis glamor yang Kai kenal. Bisa jadi Kai sudah bosan dengan gadis liar. Bisa juga karena Kai tahu bahwa gadis itu sedang berusaha untuk tidak hancur setelah mengetahui perselingkuhan kekasihnya. Namun, Kai tahu, Zemira tidak semudah itu untuk didapatkan, walau di ruangan ini mereka pernah mengguncang prinsip yang Zemira jaga.
Tidak masalah untuk Kai walau sudah tahu Zemira bermaksud menjaga jarak. Kai ingin memastikan perasaannya sendiri sebelum yakin untuk menarik Zemira ke dalam hidupnya. Dan itu karena Kai tidak ingin sengaja menciptakan luka untuk Zemira. Ia sudah melihat sendiri bagaimana pengkhianatan kekasih dan adik Zemira. Di balik kata baik-baik saja yang selalu gadis itu katakan, Kai tahu ada hati yang terluka sangat dalam.
Sebenarnya ia rapuh, untuk itu Kai tidak keberatan mendukung Zemira hingga saat ini. Selain mendapatkan kesenangan karena mencoba hal yang tak biasa, ternyata Kai merasakan euforia setiap kali menatap Zemira yang tersenyum atau bersikap canggung.
Gadis itu membawa perubahan yang tak disangka-sangka untuk Kai.
"Tuan, saya minta maaf untuk malam itu. Saya tidak bermaksud mempermainkan Anda. Kita sama-sama tahu kalau malam itu kita terbawa suasana. Saya harap Anda tidak memikirkannya lebih jauh. Lagi pula, Anda biasa melakukan hal seperti itu dengan banyak gadis, bukan? Malam itu pasti tidak berharga sama sekali untuk Anda."
Laki-laki itu sudah menduga Zemira memang seperti kucing; imut, tapi bisa saja mencakar. Bisa-bisanya gadis itu mengungkit tentang Kai yang dulu sering bersenang-senang dengan banyak gadis, padahal ada banyak kebaikan Kai yang bisa saja Zemira singgung.
"Hah. Zemira, kau ini sebenarnya datang dari planet mana? Kalau sudah bicara kau itu bisa menyakiti orang lain."
Kai menurunkan kaki kirinya yang sejak tadi bertumpu pada paha kanan. Ia mengubah posisi agar lebih terlihat serius di mata Zemira.
"Jika menurutmu malam itu memang tidak berharga untukku, lalu bagaimana untukmu? Apakah kau juga tidak merasakan sesuatu malam itu?"
Pertanyaan yang sudah Zemira duga akan dilontarkan oleh Kai. Dan tentunya Zemira akan menyangkal.
"Saya tidak merasakan apa pun, Tuan. Maaf, bisakah kita melupakannya? Saya perlu menjelaskan bahwa malam itu adalah bentuk terima kasih saya karena Anda sudah banyak membantu saya. Dan Anda membantu saya sebagai permintaan maaf karena sudah mencuri kecupan saya di kamar Anda. Semoga Anda masih mengingatnya, Tuan."
Gadis itu sedikit gugup dipandangi lekat oleh sepasang mata tajam yang menawan, tetapi ia meneguhkan diri untuk memperjelas segalanya malam ini.
"Apa lagi yang ingin kau bicarakan?"
"Malam ini adalah terakhir kalinya saya meminta bantuan Anda. Setelah ini saya akan menyelesaikan permasalahan saya sendiri. Saya sangat berterima kasih atas semua yang Anda berikan. Dan saya tidak akan pernah melupakannya."
"Termasuk ciuman itu?" tanya Kai santai.
Dan Zemira nyaris mengangguk. Untungnya ia bisa menahan kepalanya.
"Apa lagi?"
"Tolong biarkan hubungan kita seperti sebelumnya saja. Jangan menaruh perhatian lebih pada saya, Tuan."
Hening. Zemira menandaskan isi gelasnya diiringi tatapan Kai yang tidak beralih sama sekali sejak tadi.
"Meskipun aku mengatakan ingin mengenalmu lebih jauh, kau tetap tidak menerimanya?"
Satu anggukan Zemira beri sebagai jawaban.
"Alasannya adalah Nata?"
"Bukan. Saya bahkan mengatakan hal yang sama pada Tuan Nata tadi. Saya tidak suka cara menyukai yang berlebihan. Saya merasa terbebani jika mendapatkan hal-hal yang tidak semestinya."
Hening lagi. Kai mengisi gelasnya sampai penuh, lalu menghabiskannya dengan sekali tegukan. Zemira hampir melarang sang tuan, tetapi ia ingat baru saja menyuruh laki-laki itu untuk menjauh darinya.
"Kau membenciku?"
Tatapan Kai sedikit sayu, memunculkan rasa tak nyaman lain di hati Zemira.
"Tidak, Tuan."
"Dan kau tetap ingin aku menjaga jarak darimu?"
"Ya."
"Karena kau hanya seorang pelayan?"
"Itu salah satu alasannya."
"Kau mencintai Nata?"
"Tidak."
"Orang lain?"
"Saya hanya mencintai diri saya sendiri, Tuan."
"Hah."
Helaan napas pendek Kai yang terdengar berat tidak menggoyahkan keberanian Zemira. Ia tetap duduk dengan rapi walau Kai berdiri dan megambil kemejanya tadi.
"Pergilah, Zemira. Aku akan menjaga jarak seperti yang kau mau."
Sudah selesai.
Zemira tidak percaya pembicaraannya dengan Kai berakhir semudah itu. Tidak ada pemaksaan, perdebatan melelahkan, dan tudingan-tudingan menyakitkan. Gadis itu menatap punggung sang tuan yang perlahan menjauh, lalu menghilang.
Itu yang Zemira mau, tetapi ia tidak benar-benar lega karena masih tak mengetahui seperti apa masa depan yang akan ia hadapi selanjutnya.
To Be Continued...
Ditulis oleh Putrie-W
Jangan lupa follow akun kami berdua buat baca cerita lainnya:)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro