Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

20. Side Effects

Zemira sekarang merasa pening melihat bagaimana sang tuan sibuk mengatur barang-barang di dalam ruangan. Belum lagi riuh bisik-bisik pelayan lain yang menganggap Zemira sebagai pelayan beruntung karena berhasil mendapatkan perhatian dari Nata. Bahkan, beberapa lagi menuduh Zemira melakukan 'sesuatu' untuk memikat hati tuan tertua yang dianggap paling dewasa itu.

Merasa muak, Zemira berjalan mendekat ke arah Nata. Sedikit berjinjit agar bibirnya bisa mendekat ke telinga sang tuan. Didukung oleh rasa cemas berlebih karena respons dari para pelayan lain yang bisa saja akan iri hati padanya, Zemira harus memberikan protes pada sang tuan.

"Anda tidak seharusnya melakukan ini, Tuan." Zemira menurunkan kakinya lebih dulu menunggu respons Nata. Pria itu melirik padanya, dengan sebelah alis terangkat seolah mempertanyakan ucapan Zemira, atau menuntut lanjutan penjelasan Zemira. Jadi, gadis itu sekali lagi berjinjit. "Saya merasa tidak nyaman menjadi pusat perhatian. Apalagi dengan barang-barang ini semuanya ... saya tidak memerlukannya, Tuan."

Gadis itu terlalu mudah merasa lelah, jadi ia harus meratakan pijakannya setelah berbisik pada tuannya. Pandangannya diedarkan ke sekitar, dan menyadari bahwa mereka semakin intens menatap Zemira tanpa merasa canggung lagi. Seketika, gadis itu berpikir apa tindakannya ini termasuk berlebihan? Apa ia salah memilih cara untuk mengobrol dengan tuannya? Lalu ... bagaimana Zemira bisa memprotes sang tuan, tanpa membuat orang-orang merasa bahwa ia pelayan lancang karena berani menantang majikannya?

Zemira ... tidak tahu. Ia merasa serba salah sekarang.

"Jadi, apa yang harus aku lakukan, Zemira?" balas Nata, sembari sedikit merunduk untuk mendekatkan bibirnya ke telinga gadis itu.

Sayangnya, udara hangat dengan aroma mint dari mulut Nata memberikan hawa merinding untuk Zemira. Gadis itu segera beranjak, memilih berdiri di hadapan sang tuan dalam perasaan gugup yang didominasi cemas.

"Maafkan saya, Tuan, tetapi pasti salah mengartikan apa itu 'suka'." Zemira dengan penuh hormat ingin menjelaskan pada sang tuan bahwa pria ini pasti keliru. Nata yang hampir tidak pernah dekat dengan perempuan, pasti salah mencerna ucapan teman yang dia maksud itu.

"Jadi, apa arti suka menurut kamusmu, Zemira?"

Zemira lebih dahulu melihat bahwa para suruhan Nata masih sibuk merapikan pakaian dan semua kotak di kamar kosong. Ia harus menyadarkan sang tuan, agar tidak menyesal di kemudian hari.

"Suka itu adalah ... saat Anda tidak bisa melirik perempuan lain karena orang yang Anda sukai itu sudah terlalu sempurna di mata Anda. Suka itu ... Anda selalu ingin memberikan yang terbaik untuk orang tersebut, bahkan meski Anda tidak menyukai hal itu. Suka itu ... Anda akan menghargai perasaan orang yang Anda sukai, meski Anda sendiri mungkin sakit hati karenanya."

Nata tampak polos ketika ia mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan panjang Zemira. Fokusnya beralih penuh pada sang gadis, tidak lagi menoleh ke para pekerja. Kedua tangan terlipat di depan dada, memberikan aura mengintimidasi, yang meski sudah dirasakan setiap hari oleh Zemira, gadis itu tetap saja merasa gugup tak terkira. Ia mundur teratur dua langkah bahkan tanpa dirinya sendiri menyadari.

"Dan kenyataannya adalah ... bahwa aku melakukan itu padamu."

"Kapan?" Zemira mengerutkan kening begitu jelas, mempertanyakan jawaban Nata. Jelas-jelas, pria ini tidak melakukan ketiga hal yang Zemira sebutkan tadi, apalagi di poin menghargai. Demi apa pun, Nata terlalu semena-mena untuk perempuan yang ia akui sebagai objek ketertarikannya.

"Poin pertama, itu adalah alasan mengapa Kai selalu mengataiku gay. Poin kedua, sedang aku lakukan sekarang ini, dan poin ketiga ... aku tidak pernah mengganggu hubunganmu dengan mantan kekasihmu, sampai kemarin ... setelah aku tahu bahwa kalian sudah berpisah. Kau coba tebak, berapa banyak stok kesabaran yang harus aku simpan ketika melihatmu saling menelepon mesra dengan kekasihmu." Nata menjelaskan sangat tenang, yang berbanding terbalik dengan lawan bicara yang melotot lebar. Belum cukup, Nata membuat smirk tipis, kemudian melanjutkan, "Jadi ... apa aku sudah benar-benar menyukaimu, Zemira?"

"S—saya belum putus, Tuan."

"Oh, oke. Sedang dalam perjalanan putus. Sama saja. Aku harus menggunakan kesempatan sebaik mungkin, sebelum gadis yang aku sukai direbut oleh pria lain."

Zemira semakin kehilangan kata-kata.

"Tapi, Tuan ...." Zemira melayangkan protes lain, karena pria itu dengan mudah memenangkan pembicaraan mereka. "Kenapa harus di kamar kosong? Anda seharusnya membawa lemari itu ke kamar saya."

"Sempit, Zemira. Kau akan tidur di kamar itu sendiri. Mengapa kau jadi meragukan keahlianku dalam mengurus rumah?" balas Nata yang diikuti pertanyaan tambahan. "Lagi pula, lemari itu akan diisi oleh berbagai macam brand ternama. Mengambil satu pakaian saja, itu sudah setara dengan gaji pelayan paling minimal selama satu bulan di sini."

Lidah Zemira langsung kelu, karena pria tanpa hati ini secara terang-terangan memberi tuduhan 'pencuri' pada rekan Zemira.

"Itu ... tidak adil, Tuan. Rekan-rekan saya ada yang sekamar dengan dua hingga tiga orang. Jika saya menguasai kamar sendiri ... itu tidak akan adil pada mereka."

"Kau bisa melaporkannya padaku jika ada yang protes hal itu padamu," jawab Nata santai. Ia mengalihkan fokusnya pada para pembawa pakaian, memastikan mereka harus merapikan semua barang-barang sesuai tempatnya. Dalam masalah ini, Nata juga harus memperhatikan mereka secara teliti. Pria yang bahkan tidak percaya pada adiknya itu tentu tidak bisa lepas pengawasan pada orang-orang asing itu, apalagi mereka tengah memegang barang mahal.

Barang mahal. Nata menilai semua barang-barang itu bukan lagi dari harganya, tetapi dari fakta bahwa semua benda itu sudah menyentuh kulit Zemira yang bahkan tidak bisa Nata raih. Betapa beruntungnya mereka ....

Nata berdecak kecil. Ia memasukkan kedua tangan ke masing-masing saku celananya. Pria itu ingin mengembalikan fokus pada para pekerjanya itu setelah lalai karena memikirkan pakaian. Namun, gangguan lain muncul.

"Whoa ... ada apa ini?" Shaquille, berseru dengan nada ceria seperti biasa, berhasil menginterupsi beberapa pasang mata mengarah padanya. Pemuda itu lebih tertarik melihat sang kakak. "Apa akan ada pelayan baru? Tapi kenapa kau harus membuang waktu berhargamu untuk mengurus kamar pelayan? Bibi Zoe sudah cukup bagus untuk diandalkan mengurus pelayan baru," ucap Shaquille, bersama dengan rentetan pertanyaannya. Pemuda itu menyempatkan untuk berbagi senyum pada Zemira yang tampak pucat malam ini.

"Aku sedang mempersiapkan kamar untuk Zemira," jawab Nata.

"Kamar? Untuk apa? Zemira kenapa?" Tiga pertanyaan baru diajukan Shaquille dengan nada menanjak. Ia buru-buru mendekat pada Zemira untuk mengecek keadaan gadis itu, mulai dari menempelkan punggung tangannya di kening Zemira, dan memutar-mutar tubuh sang pelayan untuk mencari sesuatu yang salah.

"Tidak. Zemira baik-baik saja." Nata menginterupsi tindakan Shaquille. Ia tidak membiarkan adiknya kebingungan lebih lama, jadi ia melanjutkan menjawab. "Aku membelikan banyak barang untuk Zemira, hingga kamar lamanya pasti tidak akan muat. Jadi, dia harus menggunakan ruangan lain untuk dirinya sendiri."

"Kau ... membelikan barang ... untuk Zemira?" Shaquille terbata ketika mengatakan itu. "Kenapa?" Ia melarikan pandangan ke arah ruangan yang dimaksud. Seketika, raut tidak suka muncul di wajahnya. "Kenapa kau harus membelikan Zemira terlalu banyak barang? Kenapa? Jangan katakan bahwa kau ... menyukai Zemira!" Shaquille menuntut jawaban. Perasaannya kian berkecamuk ketika ia mendapat pelototan kaget dari Zemira. Apalagi saat mengedarkan pandangan ke para pelayan lain, dan mendapati mereka seperti menatap iba pada dirinya ... Shaquille semakin waspada pada jawaban sang kakak.

Namun, Nata tidak mengatakan apa pun. Aura angkuhnya masih terlihat jelas, karena ia lebih memilih fokus pada para pekerja.

"Nata, jawab aku!"

"Kenapa aku harus menjawab, sementara kau baru saja menyebutkan jawabannya, Shaquille."

Pemuda itu langsung berubah pias. Tatapnya berubah kosong, ketika keterkejutan itu seolah memukul mundur dirinya hingga beberapa langkah.

"Kau ...."

Shaquille semakin terbata membalas ucapan Nata, dan entah mengapa, Zemira tidak bisa menahan paniknya melihat pemuda ceria ini begitu syok. Gilirannya mendekat pada sang tuan.

"Kau tidak bisa menyukai Zemira juga!" Shaquille melanjutkan ucapannya ketika mendapatkan sedikit keberanian membentak sang kakak.

"Kenapa tidak bisa?" Nata meliriknya tenang, menyiratkan tantangan. "Takut tersaingi?"

Shaquille merapatkan gigi, menahan kesal.

"Kau belajar yang rajin agar bisa bekerja. Setelah kau bisa menghasilkan uang sendiri, kau juga bisa memberikan hadiah untuk pelayan istimewamu itu," kata Nata. Ia tidak membiarkan Shaquille menyelanya, jadi Nata kembali melanjutkan ucapannya. "Perempuan butuh pria mandiri dan pekerja keras, Shaquille. Jika kau tidak berkembang, tidak akan ada perempuan yang mau pada pria yang bahkan masih ditanggung oleh orang tuanya."

Shaquille kehilangan kata-katanya. Terakhir, ia hanya bisa menunjuk geram pada sang kakak. "Aku akan melaporkanmu pada Ayah! Kau tidak akan dibiarkan lagi mengelola uang! Aku jamin!"

Nata melirik Shaquille, masih dengan ketenangan yang sama. "Perempuan juga tidak suka pada pemuda yang suka mengadu." Ia menjeda sesaat hanya untuk melihat ekspresi masam adiknya. "Kecuali jika kau memang hanya ingin bersahabat dengan Zemira, kau bisa mempertahankan sikap kekanak-kanakanmu itu."

Sekarang, Shaquille benar-benar tidak bisa membalas sang kakak, sehingga ia hanya bisa menatap sekitarnya dengan kebingungan, lalu berlalu begitu saja. Nata juga meninggalkan Zemira, mendekat ke ruangan. Merasa belum bisa menerima keegoisan sang tuan, Zemira turut mengekori Nata.

"Tuan ... tolong jangan seegois ini. Saya benar-benar tidak nyaman dengan rekan saya yang lain. Salah satu tanda jika Anda benar-benar menyukai saya adalah ... menghargai permintaan saya. Tolong, Tuan .... Saya sungguh tidak bisa menerima kebaikan Anda ini."

"Biasakan saja dirimu, Zemira."

Sang tuan sama sekali tidak menginginkan protes Zemira dalam hal apa pun. Gadis itu hanya bisa bungkam, sembari menatap nanar sekitarnya, yang kemudian berakhir menjadi tundukan kepala. Dalam posisi ini, Zemira tiba-tiba terngiang ucapan Nata sebelumnya. Ia jadi bertanya-tanya, apakah alasan sang tuan melakukan ini adalah untuk memotivasi adiknya belajar? Hampir semua orang di rumah ini tahu, bahwa Shaquille sangat menyukai Zemira—hanya sebatas sebagai sahabat yang pengertian, jika menurut gadis itu. Jadi, bisa saja Nata yang frustrasi karena sikap malas adiknya belajar, memilih cara ini untuk menyulut semangat Shaquille.

Zemira akan percaya pada alasan tersebut. Karena jawaban 'menyukai Zemira' adalah hal yang hampir mustahil dilakukan oleh Nata. Apalagi pria dingin itu tidak menunjukkan gelagat suka sama sekali. Mana ada orang yang suka pada seseorang, malah semakin menaikkan sikap angkuhnya!

Nata ... ada-ada saja!

Sedikit dari jiwa Zemira merasa tenang dengan pemikiran tersebut. Ia tidak lagi memberikan bantahan apa pun, hingga Nata selesai dengan kegiatannya, dan mengajak para pesuruh asing tadi itu keluar dari ruangan. Memberikan Zemira ruang di sana sendiri.

"Kau beristirahat saja, Zemira. Aku tahu ... ini cukup berat bagimu, tetapi ... aku harus membiasakan dirimu dengan kehidupan seperti sekarang mulai detik ini," kata Nata. Ia memimpin kepergian semua orang asing itu, hingga tidak terlihat lagi oleh mata.

Para pelayan berbondong-bondong mendekat. Sebagian penasaran dengan isi ruangan, dan beberapa lagi memuji Zemira, bahkan secara terang-terangan mengaku iri.

"Kau sangat hebat, Zemira. Bisa menundukkan hati dingin Tuan Nata. Aku padahal sempat berpikir bahwa rumor yang tuan Kai katakan mengenai Tuan Nata adalah benar," ucap salah satu pelayan, yang sontak ditanggapi oleh pelayan lainnya penuh antusiasme.

Zemira tidak lagi peduli dengan obrolan mereka di dalam ruangan miliknya. Ia masih berdiri di ambang pintu, menatap lamat-lamat bayangan sendiri di cermin pada lemari barunya itu.

"Kenapa Tuan Nata tiba-tiba saja seperti ini? Maksudku, beliau tidak menunjukkan ketertarikan sama sekali sebelumnya. Tidak ada curi-curi pandang, tidak ada puja-pujian. Kenapa langsung memberikan pakaian sebanyak ini?" Adalah salah satu pertanyaan dari banyaknya ucapan pelayan yang Zemira tangkap.

"Tidak tiba-tiba juga." Salah satu pelayan yang sekamar dengan Zemira sebelumnya, angkat suara. "Kau tahu, kemarin, saat keluarga Zemira datang membuat keributan, Tuan Nata lah yang melindungi Zemira, dengan mengusir mereka secara kasar. Lalu, kalian tahu apa yang Tuan Nata lakukan? Beliau menenangkan Zemira dengan ... memeluknya!"

Gadis yang menjadi objek obrolan itu tiba-tiba terguncang atas satu fakta yang sempat ia lupakan itu. Telinganya kian menajam ketika pelayan tadi melanjutkan ceritanya.

"Tuan Nata bahkan membentak Bibi Zoe karena terlalu khawatir dengan Zemira. Tuan Nata juga yang berinisiatif untuk mengobati Zemira, padahal kami bertiga masih ada untuk mengobati Zemira, tapi ... beliau tidak mau."

Jadi ... apa benar Nata menyukai Zemira? Bukan sekadar memotivasi Shaquille?

Semua ini ... kian rumit. Zemira memejam kuat, merasa semakin ketakutan. Alur hidupnya kian menjauh dari sebelum peristiwa hidup kembali ini terjadi. Sekarang ... efek sampingnya sudah melampaui perkiraan Zemira. Ia semakin ... khawatir dengan masa depannya sendiri.

Sejak kapan pria itu tertarik pada Zemira? Ia merasa tidak melakukan hal istimewa, hingga berhasil membuat pria yang disangka suka sejenis itu tertarik padanya. Zemira hanya perempuan biasa, yang lebih sering mengenakan seragam pelayan, atau pakaian biasa dengan diskonan harga. Nata dipastikan sering bertemu gadis yang lebih menarik, dan lebih cantik dalam balutan pakaian mahal bermerek di luaran sana.

Mengapa harus Zemira?

Gadis itu sekarang bingung harus menganggap ini sebagai anugerah, atau karma. Ia sama sekali tidak memiliki rasa selain segan penuh penghormatan pada sang tuan, jadi Zemira tidak tahu harus memilih menolak pria itu sebelum perasaan suka sang tuan berkembang menjadi cinta, atau menerima Nata. Pria itu sangat sempurna dijadikan pasangan, dan Zemira berpikir akan mudah baginya menaruh hati pada sang tuan, apalagi kesetiaan Nata dalam hidup sendiri patut diacungi jempol. Pria itu pasti tidak mudah tertarik pada sembarang perempuan, berbanding terbalik dengan Atlas. Sikap seperti itu yang Zemira suka, tetapi ....

Gadis itu semakin fokus hanya pada bayangannya saja, sehingga riuh obrolan orang-orang tidak membuatnya merasa dalam lingkungan ramai, karena hening itu diciptakan oleh hatinya sendiri.

Zemira dan Nata memiliki kesenjangan sosial yang terlampau tinggi. Jika Nata memiliki status setinggi langit ketujuh, maka Zemira berada di dalam kerak bumi.

Mereka tidak akan bisa bersama, dan memaksakan kehendak hanya akan membuat banyak belah pihak terluka.

Zemira tidak bisa.

Gadis itu tiba-tiba tertegun ketika menyadari keberadaan bayangan lain di cermin selain tampilannya sendiri. Lemari yang menghadap langsung ke luar ini menampilkan pintu ruangan, yang di sana diisi Zemira, dan sosok pria tepat di belakang punggungnya.

Zemira tiba-tiba meneguk ludah secara kasar, entah untuk alasan apa. Pria itu, Kai, mempertemukan titik tatap mereka melalui cermin. Pria yang biasanya banyak bicara omong kosong itu, kali ini membisu. Mengirimkan suasana sepi pada Zemira, padahal di dalam ruangan masih banyak pelayan lain yang saling adu bicara.

Bagaimanapun usaha Zemira untuk membaca ekspresi teduh Kai, ia selalu gagal. Zemira belum pernah melihat raut ini di wajah si tuan kedua, jadi, sebagai pelayan, ia berinisiatif untuk merotasi tubuh menghadap Kai.

"Anda butuh sesuatu—"

Namun, Kai tidak menunggu Zemira menyelesaikan ucapan, langsung berbalik pergi. Keheningan semakin kental terasa, karena semua orang di ruangan mendadak berhenti bercerita menyadari bahwa ada sosok lain di sekitar mereka.

Zemira semakin merasa tidak nyaman. Ia hendak menyusul pria itu, tetapi kakinya malah tertahan di tempatnya berpijak sekarang ini untuk terus mengikuti punggung pria itu yang kian menjauh hingga menghilang dari pandangan. Setelah itu, Zemira menjatuhkan tatap pada lantai dengan alis berkerut. Bertanya-tanya.

Ada apa dengan pria itu?

Zemira merasa semakin tidak nyaman. Kecemasannya kian sulit diredam, membuat tangannya tanpa sadar meremas pinggiran bajunya dengan kuat.

Ini ... sudah dipastikan sebagai pembuka dari karma Zemira karena mengubah alur hidupnya sesuka hati.

To Be Continued...
Next, Putrie-W

Jadi, menurut kalian, ini anugerah atau karma, guis?

*
Yang meng-PD nantangin adiknya sendiri buat saingan 👇

*

Pelayan yang "biasa" saja, katanya👇

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro