Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15. It's Already Started

Dagu Zemira tergores kuku Nora cukup dalam, hal itu membuat Nata kian geram saat mengobatinya. Ia tidak tahu jika Zemira memiliki keluarga mengerikan seperti itu. Beberapa bulan lalu yang ia ketahui hanyalah gadis itu diantar kemari oleh kekasihnya untuk pertama kali. Nata jadi berpikir banyak setiap kali gadis itu pulang ke rumah di akhir pekan apakah mendapat perlakuan seperti tadi. Apakah kekasihnya tahu? Siapa yang membelanya? Berbagai pertanyaan semacam itu merangsek ke pikiran Nata.

"Mereka sering memperlakukanmu seperti itu?"

"Saya punya hak untuk tidak menjawabnya. Maaf, Tuan."

Nata mendengkus. Jawaban Zemira barusan sudah memenuhi keingintahuan Nata. Jika yang tadi itu adalah perlakuan pertama, sudah pasti Zemira akan mengelak dan membela keluarganya. Namun, kini Zemira kehilangan tenaga untuk menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja.

"Sebenarnya apa yang mereka mau?"

Zemira menatap Nata tidak berdaya. Laki-laki itu mengalihkan pandangannya sejenak karena tidak tahan melihat betapa menyedihkannya Zemira. Sejak bertemu Zemira, Nata sering merasakan hal-hal aneh yang ia sendiri tak mengerti. Gadis itu sering membuat Nata kesal tanpa sebab, hingga kadang-kadang Nata melampiaskannya saat Zemira melakukan kesalahan sepele. Nata sering uring-uringan ketika Kai atau Shaquille mendekati Zemira. Ia merasa tidak ada yang boleh mencuri perhatian dan fokus Zemira.

Terkadang Nata sangat percaya diri bahwa ia hanya ingin Zemira bekerja dengan fokus. Kadang-kadang, ia pun berpikir alasan itu tetap saja kurang masuk akal. Dan Nata akan buru-buru mengalihkan pikirannya sebelum bertambah pening karena memikirkan Zemira.

"Ini memalukan, Tuan, sebaiknya saya tidak menceritakannya."

"Setelah kau membuat keributan di rumahku, kau masih bisa berkata seperti itu?"

Wajah Zemira memerah, ia lalu tertunduk sambil mengangguk pelan. Sementara itu, Nata merutuk dalam hati, ia sama sekali tidak berniat membuat Zemira semakin merasa bersalah. Hanya saja ... Nata memang tidak bisa bicara dengan lemah lembut, sejak dulu ia sudah terang-terangan seperti itu.

"Saya ... hanya anak yang mereka adopsi dari sebuah panti asuhan."

Sedikit kecurigaan Nata terbukti. Melihat kekejaman tiga orang tadi, Nata sudah merasa hubungan Zemira dan keluarganya tidak normal.

"Orang tua saya sudah menikah lama, tapi belum juga hamil. Tidak lama setelah mengadopsi saya, berita baik itu datang."

"Dan kau seketika tersisihkan."

Lagi, Zemira mengangguk pelan.

"Saya bekerja keras agar bisa mendapatkan kasih sayang, tapi di mata mereka hanya adik saya yang berharga. Bertahun-tahun hasil keringat saya hanya untuk memuaskan keinginan mereka."

"Itu sebabnya saat bulan pertama kau mendapat gaji, kau tidak pergi berbelanja dengan yang lain?"

Sangat kentara bahwa Zemira terkejut. Raut wajahnya yang sejak tadi diselimuti luka, kini berganti tanya dan penasaran. Melihat hal itu, Nata tertawa kecil, yang lagi-lagi membuat Zemira syok. Pemandangan barusan sangat langka.

"Hanya karena aku pendiam dan dingin, kau kira aku tidak memperhatikan apa-apa?"

Zemira tidak berani menjawab, ia masih tidak menyangka bahwa Nata memperhatikan dirinya sejak awal. Di kehidupan sebelumnya setelah mendapatkan gaji pertama, teman-teman Zemira mengajak gadis itu untuk pergi berbelanja. Tanpa banyak berpikir, Zemira menolaknya karena harus mementingkan Nora dan Zafira. Ia tinggal bersama Zoe di saat yang lainnya menghabiskan Jumat malam di luar. Seingat Zemira, tidak ada satu pun dari ketiga tuan muda yang menegurnya hari itu. Akan tetapi ... ternyata ada Nata yang diam-diam memperhatikan.

"Maaf, Tuan."

"Untuk apa?"

"Apa saja. Semua yang sudah saya lakukan sehingga membuat Anda tidak nyaman."

Nata mengangkat dagu Zemira, menciptakan situasi di mana mereka berpandangan dalam hening yang cukup lama. Zemira berdebar karena tatapan Nata seolah-olah menginginkannya, tetapi ia tahu itu pastilah hanya imajinasi semata. Sementara Nata, ia sedang kebingungan bagaimana cara memberi tahu Zemira bahwa dadanya tengah berseru keras saat ini. Nata ingin bertanya, apakah itu sebuah tanda ketidaknormalan dan mengapa gejalanya hanya muncul jika berdekatan dengan Zemira.

"Kau tahu hal yang paling menggangguku, Zemira?"

Gadis itu menggeleng.

"Melihat matamu yang ketakutan, merasakan tanganmu yang gemetaran, mendengar napasmu yang tidak beraturan, dan bibirmu yang tidak kunjung terbuka untuk bersuara. Aku tersiksa ketika kau mengalami semua hal itu."

Hanya ada mereka di kamar yang tidak terlalu luas itu sehingga Zemira bertanya-tanya detak jantung siapa yang suaranya begitu keras; miliknya atau Nata? Zemira tidak dapat memahami situasi dengan benar ketika Nata menjulurkan tangan, lalu menepuk-nepuk pelan kepala Zemira. Rasa panas luar biasa menjalari wajah gadis itu, malu ... sekaligus nyaman karena sentuhan penuh kelembutan barusan. Zemira jadi ingin menangis lagi, karena Nata seperti seorang kakak yang sedang menenangkan sang adik. Selama ini Zemira-lah yang harus berdiri kokoh, bertahan dari segala serangan Nora, Arvan, dan Zafira. Ketika Nata menawarkan kehangatan, Zemira berpikir betapa beruntungnya jika ia memiliki satu saja keluarga yang benar-benar tulus padanya.

Zemira menyeka air matanya. Ia tidak mau menangis lagi, ia sudah lelah sekarang. Dan ia harus segera membunuh sisi lemahnya. Tidak, ia tidak ingin lagi disakiti oleh siapa pun. Kali ini Zemira sungguh berjanji pada diri sendiri.

"Jika kau mengalami kejadian seperti itu lagi, balas saja, Zemira. Bukan dengan tenaga, tapi pakai otakmu. Jangan biarkan dirimu tertindas terus-menerus. Kau punya hak untuk membela diri, agar hidupmu tidak sia-sia."

Nata benar, apalagi kehidupan yang lalu Zemira sepenuhnya menjadi orang lemah dan mudah dimanfaatkan. Gadis itu harus semakin menguatkan tekadnya demi membalas dendam.

"Kenapa Tuan sebaik ini pada saya?"

"Kenapa? Karena aku tuanmu?"

"Itu bukan jawaban yang saya inginkan, Tuan."

"Oh, memangnya kau berani menuntut sesuatu dariku?"

"Eh, eh. Tidak, Tuan. Maafkan saya."

Kepanikan Zemira menggelitik Nata. Laki-laki itu tertawa kecil untuk kedua kalinya hari ini.

"Maaf jika saya lancang, Tuan."

Sebelah alis Nata naik, menunggu dengan antisipasi kelanjutan kalimat Zemira.

"Anda sangat tampan jika tersenyum dan tertawa."

Mata Nata melebar sejenak, wajahnya yang putih bersih memerah tiba-tiba. Sedetik kemudian ia bangkit dengan cepat dari sisi ranjang, lalu meninggalkan Zemira yang kebingungan. Seketika gadis itu merasa menyesal. Sepertinya ... Nata tidak suka pujian, begitu pikir Zemira.

"Zemira, bagaimana keadaanmu?"

"Aku baik-baik saja."

"Aku sudah mendengarnya dari Zafira. Kau dan ibumu bertengkar, bukan? Zafira menangis saat menghubungiku, dia sangat sedih karena tidak bisa membantumu dari kemarahan ibu kalian."

Baru saja Zemira berniat menghibur diri dengan mengikuti saran Kai walau tidak ditemani langsung, tetapi kini situasi hati gadis itu benar-benar buruk. Ia melempar tasnya ke ranjang, lalu menghapus semua bayangan untuk bersenang-senang malam ini.

"Kau berkomunikasi secara intens dengan Zafira? Untuk urusan apa?"

"Dia adikmu, Zemira. Itu wajar, bukan?"

"Atlas, kita sama-sama tahu bahwa orang dewasa bisa saja terlibat hubungan tidak terduga yang berawal dari kata 'wajar'."

"Apa maksudmu, Zemira?"

Nada Atlas sedikit berubah, Zemira berhasil memberi sedikit percikan kali ini.

"Aku hanya khawatir, kau akan berpaling pada Zafira. Kau tampan dan Zafira cantik."

"Hei, hei, jangan berpikir seperti itu. Aku hanya akan menjadi milikmu, Zemira."

Kalimat itu sudah basi untuk Zemira. Kali ini ia tidak lagi terluka, malah merasa kasihan pada Atlas yang berpikir sudah berhasil menjadi pembohong sempurna.

"Ehm, Zemira. Kenapa kau tidak memberikan yang Bibi mau?"

Apakah sekarang dia sudah benar-benar ada di pihak Zafira? Konyol.

"Mereka menginginkan seluruh gajiku, Atlas. Bagaimana aku akan membantumu menyelesaikan rumah dan membeli perabotan itu?"

"Untuk apa terburu-buru, Zemira? Masih ada lebih dari setengah tahun untuk pernikahan kita. Kita bisa menyelesaikan semuanya sebelum kau berhenti bekerja."

Berhenti bekerja, itu memang yang Zemira lakukan di masa sebelumnya. Ia mengorbankan jenjang karir yang cerah hanya untuk menikah dengan Atlas. Sebenarnya tidak ada larangan bahwa pelayan tidak boleh menikah selama terikat kontrak, tetapi Zemira tidak mau berpisah dengan Atlas dulu. Mereka sepakat Zemira hanya akan menyelesaikan satu tahun kontrak kerja saja, lalu mereka akan menikah dan tinggal di rumah yang dibangun bersama itu.

Sayangnya semua itu tinggal bayangan untuk Zemira.

"Tetap saja, setidaknya aku harus memiliki tabungan. Lagi pula, Zafira sudah dewasa, seharusnya dia mulai bekerja agar puluhan juta yang aku keluarkan untuk membiayai kuliahnya tidak sia-sia. Bagaimana jika kau yang memberi saran itu, Atlas? Kurasa Zafira lebih mendengarkanmu."

"Ehm, baiklah. Aku akan memikirkannya. Kau sudah makan?"

Tiba-tiba saja Zemira teringat sesuatu. Ia curiga jika Atlas saat ini bersama Zafira. Sudah jauh-jauh kemari, Zemira yakin gadis itu tidak akan langsung pulang ke rumah. Sayangnya Kai sedang sibuk bersenang-senang sehingga Zemira tidak bisa memastikan situasi di sekitar Atlas melalui detektif. Di saat seperti ini Zemira kesal pada tuan muda keduanya itu, karena Kai tidak mengizinkan berkomunikasi secara langsung dengan sang detektif.

"Atlas, kau sibuk? Bukankah kita sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama? Bagaimana kalau kau menjemputku?"

"Tapi aku ada pekerjaan, Zemira."

Dugaan Zemira benar, Atlas akan menolak.

"Aku merindukanmu, Atlas. Sangat ingin bertemu denganmu saat ini."

Sejujurnya Zemira tidak merindukan kekasihnya sama sekali, ia hanya sedang menggagalkan kemungkinan jika kekasihnya sedang bersama Zafira. Dan keributan kecil yang mendadak Zemira dengar menjadi sedikit petunjuk bahwa kecurigaannya benar. Meski tidak jelas, tetapi Zemira yakin barusan adalah suara Zafira. Suara gadis itu mendadak lenyap, bisa saja karena Atlas yang membungkamnya.

"Baiklah, Zemira. Aku akan segera tiba."

Gadis itu menatap langit-langit kamarnya setelah pembicaraan dengan Atlas selesai. Ia sudah muak berpura-pura menjadi gadis yang sangat mencintai sang kekasih, tetapi Zemira masih harus bersabar sampai waktunya tiba.

Hampir tiga puluh menit berlalu, Atlas akhirnya tiba di kediaman mewah itu. Zemira sudah menunggu Atlas di pintu belakang, menyambut laki-laki itu dengan lambaian tangan dan senyuman menawan. Sesaat Atlas terdiam, urung melangkah untuk menghampiri Zemira karena mengira sosok yang berdiri dengan menawan sempurna itu bukanlah kekasihnya. Atlas mendekati Zemira dengan tatapan penuh kekaguman.

Gaun bunga-bunga dengan dasar biru dongker dan belahan panjang pada bagian kiri itu sangat pas di tubuh Zemira. Tidak ada satu pun aksesoris di tubuh Zemira, kecuali cincin yang Atlas berikan saat melamar, dan gadis itu benar-benar sudah terlihat sempurna sekarang. Malam ini kekasihnya terlihat sangat berbeda sampai berhasil membuat Atlas berdebar seperti saat Zemira menerima pengakuan cintanya.

"Untukmu, Zemira."

Sebuah buket bunga yang agak besar baru saja berpindah ke tangan Zemira. Gadis itu cukup terkejut bahwa Atlas ingat menyiapkan hal manis seperti ini. Ia tersenyum, tanpa paksaan saat melihat betapa cantiknya mawar-mawar merah muda itu.

"Ini sangat cantik."

"Zemira, sebenarnya aku sangat terkejut. Wow."

"Kenapa? Apakah aku buruk?"

Zemira melihat ke bagian bawah pakaiannya, heels, serta tas yang tergantung di pundaknya. Tidak ada yang aneh menurut Zemira.

"Tidak. Kau justru sangat cantik."

Sebuah kecupan mendarat di pipi Zemira.

"Bahkan kau sangat wangi. Ah, aku jadi menyesal sempat ingin menolakmu tadi."

"Yang terpenting kau ada di sini sekarang. Ayo, pergi."

"Tunggu. Dagumu terluka?"

Ekspresi Atlas mendadak berubah melihat sebuah plaster luka transparan di dagu Zemira.

"Ah, sangat terlihat, ya? Padahal aku sudah menggunakan yang bening."

"Siapa yang melukaimu?" Laki-laki itu terdengar khawatir.

"Ibu. Ibu marah karena aku hanya mengirimkan uang untuk kebutuhan pokok. Zafira juga begitu, dia menarik rambutku sambil marah-marah karena aku tidak membelikannya gaun mahal. Kau tahu, Atlas? Rasanya sangat sakit karena puluhan rambutku jadi putus."

"Apa? Mereka sampai berbuat seperti itu padamu? Tapi Zafira tidak mengatakan apa pun."

"Kau pikir aku berbohong?"

Tatapan sendu Zemira melemahkan Atlas.

"Tentu saja tidak. Aku sangat percaya padamu. Sialan. Aku akan bicara pada Zafira. Kau jangan khawatir. Ayo, kita cari hal-hal yang membuatmu senang malam ini. Zemira-ku sudah melalui hari yang berat."

Zemira membalas senyuman Atlas dan merespons dengan baik saat laki-laki itu membukakan pintu mobil. Seolah tidak terjadi apa-apa, seolah segalanya baik-baik saja sekarang.

Perjalanan dimulai, Zemira merasa Atlas cukup berbeda malam ini. Kekasihnya itu terus-menerus mencuri kesempatan untuk menatap Zemira dan memberikan senyuman tulus saat pandangan mereka bertemu. Gadis itu cukup berbangga diri karena keputusannya memakai barang-barang dari Kai dan parfum mahal Nata ternyata berguna. Zemira yang selama ini merias wajah seadanya, kali ini lebih mengeluarkan usaha untuk tampil menawan. Kelopak matanya ditaburi pewarna dengan nude tone, pewarna pipi dan bibirnya juga selaras, sehingga menghasilkan kombinasi yang tidak mengecewakan. Bahkan Zemira sangat meyakini bahwa Atlas terpesona sejak tadi.

"Kau membuatku malu, Atlas."

"Maaf karena terlalu lama tidak memperhatikanmu seperti ini. Aku bersungguh-sungguh tidak ingin melepaskan pandangan darimu."

Jemari Zemira digenggam, lalu Atlas mengecupnya. Hal sederhana seperti ini dulu adalah salah satu kesukaan Zemira. Gadis itu merasa Atlas terlihat lebih keren ketika satu tangan memegang setir, dan satu lagi menggenggam jemari Zemira. Untuk ke depannya pun Zemira merasa tidak akan mengubah kesukaannya itu, hanya saja dengan subjek yang berbeda. Karena ia dan Atlas tidak bisa lagi seperti dulu.

Zemira menatap cincin yang melingkar di jari manis kirinya. Ia hanya terpaksa memakainya saat bertemu Atlas demi menutupi bahwa Zemira sudah tahu pengkhianatan itu. Dan melihat reaksi Atlas, Zemira tidak merasa semua usahanya sia-sia. Ia mendapatkan hasil baik.

"Atlas, bukankah kita akan pergi makan?"

Zemira menatap ke luar kaca, sedikit bingung mengapa Atlas memarkir mobil di deretan toko emas. Laki-laki itu juga sudah turun tanpa menjawab pertanyaan Zemira lebih dulu.

Begitu pintu dibuka dari luar, Atlas mengulurkan tangan dan Zemira menerimanya walau belum tahu apa yang akan mereka lakukan.

"Aku ingin membelikanmu sesuatu. Kemari, Zemira."

"Tiba-tiba?"

"Kau sudah secantik ini akan sangat berdosa jika aku tidak memberimu hadiah."

Senyum Atlas, tulus kata-katanya, tatapannya yang berbinar untuk Zemira, ya semua itulah yang membuat Zemira jatuh hati sebelum tersadar bahwa Atlas sama saja dengan laki-laki berengsek lainnya saat berhadapan dengan gadis cantik dan seksi.

"Aku akan menghabiskan uangmu kalau seperti ini, Atlas," bisik gadis itu, tetapi Atlas mengabaikannya Zemira dan membuat gadis itu sungguh-sungguh menjadi konsumen di sana.

Atlas membelikan seuntai kalung dengan liontin huruf depan nama Zemira, tentu saja setelah menanyakan pendapat gadis itu. Sempat muncul rasa tidak enak hati pada Zemira, tetapi ia memilih untuk menikmati apa pun yang bisa ia dapatkan. Akan lebih baik juga untuknya jika bisa membuat hati seseorang meringis malam ini.

"Kau yang terbaik, Atlas. Terima kasih."

Gadis itu tersenyum semringah sambil memainkan kalung baru yang tampak indah di lehernya. Ia juga bergelayut di lengan Atlas walau sebentar. Laki-laki itu tetap menyetir dengan satu tangan, membuat Zemira tiba-tiba tersenyum masam kala membayangkan Atlas melakukan yang sama pada Zafira. Hanya sekejap saja ia merasa begitu, karena selebihnya Zemira kembali menjadi kekasih yang tengah bahagia saat ini.

"Kau pantas mendapatkannya, Sayang."

"Ah, Atlas. Kita sudah lama tidak berfoto, maukah kau melakukannya?"

"Tentu. Tunggu kita sampai di restoran, bagaimana? Suasananya pasti bagus untuk latar foto kita."

"Aku menantikannya," kata Zemira penuh semangat.

Ia memang sangat menantikan saat memperbarui halaman salah satu media sosialnya dengan sebuah foto. Zemira memegang buket bunga ditambah raut wajah semringah, Atlas ada di sebelahnya dan merangkul pinggang gadis itu dengan tatapan terpesona. Pose yang pas ditambah keterangan:  Malam ini❤️.

Dan Zemira berhasil membuat seseorang melempar ponsel hingga layarnya retak.

Siapa lagi kalau bukan Zafira?

To Be Continued...
Ditulis oleh Putrie-W

Aku akan upload bab 16 satu setengah jam dari sekarang. Jadi, jangan lupa berikan bintang untuk bab ini;)

Follow >> Es_Pucil & Putrie-W

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro