Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10. Exhausting Day

Kenyamanan dari kedua lengan yang menyelimuti Zemira begitu melenakan. Gadis itu sempat memperbaiki sandaran kepalanya selama meresapi hangat yang Shaquille tawarkan, sampai Zemira mulai mencerna kondisi sekarang ini.

Seorang majikan tengah memeluk pelayannya di tempat umum, dan itu memalukan.

Zemira merasa berat melepaskan cengkeramannya dari baju Shaquille, tetapi ia harus menjaga batasan antara dirinya dan sang tuan. Gadis itu mundur dengan kepala tertunduk, sementara Shaquille tampaknya tidak begitu suka melepaskan tangannya dari pinggang Zemira.

"Kau baik-baik saja?" tanya Shaquille, sembari merunduk, mencari-cari wajah Zemira yang gadis itu berusaha sembunyikan.

Menggunakan lengannya, Zemira mengusap bawah mata agar jejak-jejak kesedihannya bisa dipudarkan. Ia mencoba untuk tampil profesional, dengan memamerkan lengkungan tipis di bibirnya.

"Maaf, Tuan. Ini hanya masalah pribadi," ucap Zemira. Ia memberanikan diri menatap Shaquille yang tampaknya belum pernah memindahkan fokus darinya. "Anda membutuhkan sesuatu? Ah, maaf karena saya sudah mengganggu kegiatan futsal Anda. Anda bisa kembali ke lapangan untuk bermain futsal, Tuan. Saya baik-baik saja."

"Uh, kau sangat payah dalam berbohong, Zemira." Shaquille berdecak geli. "Kau tidak mengganggu sama sekali. Temanku cedera, sehingga latihan hari ini terpaksa selesai lebih awal. Aku khawatir karena kau pergi sendiri, jadi aku menyusulmu ke sini atas arahan supir, dan ... benar saja, kau sedang tidak baik-baik saja."

"Ini hanya masalah kecil, Tuan. Anda tidak perlu memikirkan saya." Zemira semakin melebarkan senyumnya demi mendapatkan kepercayaan dari sang tuan. "Mari pulang, Tuan."

"Sekarang? Oh, ayolah, Zemira. Masih ada satu jam dari waktu yang seharusnya aku pulang biasanya. Kita bisa memanfaatkannya untuk ... jalan-jalan mungkin. Kau perlu menyegarkan pikiran agar keadaan hatimu kembali membaik."

"Tetapi Tuan Nata hanya mengizinkan Anda ke tempat futsal saja. 'Pastikan agar Shaquille tidak ke tempat lain selain ke tempat futsal.' Itu yang Tuan Nata katakan pada saya," ucap Zemira menjelaskan.

"Nata tidak akan tahu jika kau tidak melapor, Zemira. Ayolah, kau perlu penyegaran suasana hati. Tidak perlu memberitahu Nata. Memangnya dia siapa, sampai setiap tempat yang harus kudatangi, harus mendapat persetujuan darinya?"

"Tuan Nata adalah kakak Anda, dan majikan saya. Penyegaran suasana hati saya sangat sederhana, Tuan. Cukup dengan terhindar dari kemarahan Tuan Nata, itu sudah sangat melegakan hati saya."

"Zemira ...." Shaquille memelas ketika memanggil nama gadis itu. Sedikit berhasil membuat nurani Zemira terusik, apalagi ketika ia teringat bahwa Shaquille sudah membantu meringankan suasana hatinya tadi, tetapi fakta bahwa kemarahan Nata yang menakutkan telah menanti jika Zemira tidak mengikuti perintah—membuat gadis itu terpaksa abai pada si tuan muda.

Zemira berjalan terlebih dahulu meninggalkan Shaquille yang juga terpaksa menyusul dengan gerutuan kesal. Shaquille selama perjalanan terus memaki sang kakak karena terlalu tegas mengawasinya.

"Zemira apa kau tidak merasa tertekan dengan semua peraturan Nata yang begitu menyebalkan? Dia pikir, semua orang harus hidup datar seperti dirinya? Sialan, aku bahkan ingin resign sebagai adiknya—seandainya bisa, karena pria kaku itu terlalu menjengkelkan," ucap Shaquille setelah berhasil mensejajarkan langkah dengan Zemira.

"Sebanding dengan bayarannya, Tuan, jadi saya tidak masalah dengan tekanan Tuan Nata."

"Jadi, kau akan tetap tahan bekerja di rumah?"

"Tentu saja, selama Tuan Nata tidak memecat saya."

"Ah, aku lega mendengarnya. Kau tahu, setiap hari aku selalu cemas memikirkan kau akan pergi karena tidak tahan dengan sikap berlebihan Nata. Aku sangat sulit dekat dengan pelayan lain, tetapi aku mudah menyukaimu. Jadi, aku akan menjadi orang pertama yang marah jika Nata memecatmu. Jika kau merasa tertekan suatu saat nanti karena pria datar itu, jangan sungkan untuk menemuiku. Orang-orang mengatakan, beban hidup akan berkurang setengahnya jika kau bercerita dengan orang lain. Kau harus tetap nyaman bekerja, dan tetap berada di sekitarku, oke? Zemira?"

Gadis itu memasang wajah bingung sebentar, lalu tersenyum geli. "Anda berlebihan, Tuan. Anda memang tidak dibiarkan Tuan Nata untuk dekat dengan pelayan lain, karena Anda selalu memanfaatkan mereka agar lolos dari pengamatan Tuan Nata." Zemira menarik napas panjang ketika senyumnya perlahan luruh. "Anda juga pasti akan melupakan saya jika bertemu kekasih hati Anda nantinya. Hanya karena Anda belum menemukannya, maka dari itu Anda terlalu berlebihan terhadap pelayan seperti saya."

"Aku bahkan lupa mencari kekasih hati karena terlalu fokus padamu, Zemira." Shaquille terkekeh kecil, sembari mengusap tengkuknya. "Lagipula, Nata tidak akan mengizinkanku memiliki kekasih."

"Tidak juga. Saya pikir Tuan Nata tidak akan melarang Anda untuk memiliki kekasih, Tuan. Hanya jika Anda mempermainkan para gadis seperti Tuan Kai, Tuan Nata jelas akan marah."

"Bagaimana aku bisa mempermainkan gadis lain, Zemira? Jika mendapatkan perhatianmu saja terlalu sulit." Shaquille tampak lesu mengutarakan hal ini, sehingga memancing senyum dari Zemira.

"Tidak, Tuan. Saya selalu memperhatikan Anda." Zemira merasa geli dengan obrolan mereka sekarang, tetapi karena sudah menganggap Shaquille sebagai jelmaan bayi besar, maka ia seperti harus memposisikan diri sebagai seorang kakak, atau bahkan sebagai seorang ibu. Lihatlah bagaimana Shaquille seolah merajuk karena kurang mendapatkan perhatian. "Jadi, tidak perlu bersedih, oke? Saya selalu memedulikan Tuan Shaquille."

"Uh, kau sangat manis, Zemira." Shaquille kembali tersenyum, tetapi melenyapkan kebahagiaan Zemira ketika ia tanpa beban meletakkan sebelah lengannya di pundak gadis itu. "Ini alasan mengapa aku mudah menyukaimu."

Zemira tersenyum kaku, tetapi ia tidak bisa melepaskan tangan sang tuan dari pundaknya karena enggan Shaquille kehilangan senyum lagi. Ia menganggap hal sederhana ini sebagai ucapan terima kasihnya pada Shaquille yang juga memberikan pelukan hangatnya tadi.

Keluar dari kamar Shaquille, Zemira begitu sibuk merenggangkan otot-otot lengan dan pundaknya. Ia turut merenggangkan leher karena pegal, dan berniat untuk istirahat sebentar. Shaquille dengan segala protes manjanya terlalu melelahkan untuk dipenuhi oleh Zemira. Gadis itu harus selalu memutar otak agar bisa meluluhkan ego Shaquille, dan akhirnya membuat tuannya itu bisa belajar.

Tiba di pertengahan anak tangga, Zemira memilih duduk sebentar. Selain lelah fisik, ia juga merasa lelah batin. Bahkan walaupun sering menguatkan diri, tetapi kekuatannya selalu runtuh ketika melihat secara langsung pengkhianatan kekasihnya.

Pertanyaan-pertanyaan banyak muncul di benak Zemira sekarang, membuat gadis itu menyisiri rambut penuh penekanan.

Apa Atlas dan Zafira bertemu setiap hari? Apakah Atlas yang menggoda Zafira lebih dulu? Jika iya, mengapa masih mempertahankan Zemira hingga hari ini? Atau ... adiknya yang menggoda Atlas karena memang berniat merebut semua kepunyaan Zemira? Mengingat bagaimana cara Zafira berpakaian tadi, Zemira tiba-tiba termenung.

Pasti Zafira yang memulai semuanya. Zemira tiba-tiba saja begitu yakin dengan opininya ini.

Sekali lagi, Zemira mengingat bagaimana baiknya Atlas ketika mereka pertama kali bertemu. Atlas yang asing, begitu memperhatikan Zemira, hingga ia dengan mudah jatuh hati pada pria itu.

Apa Atlas juga melakukan hal yang sama pada Zafira? Apa Atlas terlalu baik pada sang adik, sehingga Zafira memanfaatkannya?

Jadi, Zemira harus bagaimana sekarang?

Gadis itu masih sibuk dengan berbagai pikiran berat di kepalanya, ketika ia menemukan pintu rumah dibuka secara paksa. Mengabaikan lelah di sekujur tubuh, Zemira langsung bangkit dari duduknya ketika melihat bahwa Kai telah memasuki rumah, tetapi dalam kondisi dirangkul oleh seorang wanita.

Zemira memijit pangkal hidungnya. Ia mendesah lelah, tetapi tetap melangkah mendekati Kai yang tampaknya tidak sadarkan diri karena mabuk berat.

"Terima kasih sudah mengantar Tuan Kai pulang. Saya akan membawa Tuan Kai ke kamarnya. Anda boleh pergi." Zemira tersenyum ramah pada perempuan asing dalam balutan dress ketat berwarna merah metalik itu. Ia hendak meraih tubuh tuannya, tetapi si perempuan menepis dengan memukul tangan Zemira.

"Dia kekasihku. Biarkan aku yang membawa Kai ke kamarnya. Lagipula, kau ini ... pelayan? Kau tidak pantas menyentuh tubuh tuanmu!" hardik perempuan asing itu.

"Saya memang pelayan di sini, tetapi saya yang diberikan tanggungjawab untuk mengurus segala keperluan Tuan Kai. Anda orang asing, tidak seharusnya masuk rumah orang lain tanpa izin."

"Sialan, kau pelayan paling lancang yang pernah kutemui! Berhenti mencampuri urusan tuanmu, dan kembalilah ke tempat di mana pelayan seharusnya berada! Menepi, sebelum aku benar-benar akan mencabik wajahmu itu!"

Zemira merotasi bola matanya. Ia merasa sangat lelah, tetapi ini sudah menjadi tugasnya. Entah bagaimana cara Zoe mengusir semua perempuan yang Kai bawa ke rumah tanpa pertengkaran seperti ini. Zemira mencoba memperbanyak tabungan sabar, dan hendak bersikap baik dalam pengusiran wanita satu ini. Namun, melihat bagaimana si perempuan berpakaian merah ini melebarkan mata seolah menantang Zemira, gadis itu sepertinya tidak punya pilihan lain.

Mengabaikan lawan di depannya, Zemira melepaskan tangan Kai dari pundak wanita itu dengan tenang, sehingga si wanita tidak terima dan meraih rambut Zemira menanamkan jemarinya di sana. Beruntung, rambut Zemira terlalu lembut untuk ditahan oleh tangan si perempuan. Zemira memukul siku wanita itu cukup kuat, hingga cengkeramannya lepas, lalu mendorong leher si wanita ke samping agar menjauh dari Kai.

Zemira kehilangan ikat rambutnya, tetapi tidak terlalu ia pedulikan karena fokusnya adalah mengambil alih tubuh Kai agar bertumpu padanya. Namun, Zemira tidak sempat memperkirakan bobot Kai lebih dulu. Pria itu terjun bebas ke arah sofa. Zemira yang mencoba mempertahankan agar Kai tetap berdiri tegak, malah ikut terjatuh bersama tuannya itu.

Di saat itulah, Zemira ingin mengumpat. Pria ini padahal  terlatih minum setiap hari, tetapi kenapa selalu tidak sadarkan diri saat pulang ke rumah? Mengapa tidak minum sesuai kemampuannya saja?

Sayangnya, semua gerutuan itu hanya bisa Zemira keluarkan dalam hati. Ia jelas tidak seberani itu menyembur wajah tuannya dengan makian kesal.

Zemira hendak memperbaiki posisi tubuhnya, tetapi tangan Kai entah sejak kapan berada di pinggang gadis itu, menahan dengan begitu kuat hingga Zemira hampir kehabisan tenaga melawan.

Laki-laki ini sebenarnya tidak sadarkan diri, atau hanya sekadar pura-pura?

"Tetap di sini, Zemira," bisik Kai dengan nada rendah. Bulu matanya sedikit terangkat, menunjukkan tampilan bola mata hitam pekat yang menatap lurus pada Zemira. "Kau sangat cantik malam ini. Bawa aku ke kamarmu, Zemira."

Zemira mendesis kesal. Ia menoleh panik pada perempuan yang ia tumbangkan tadi, karena lawannya sudah berdiri dengan sepatu hak tinggi di tangan hendak menyerang. Zemira berusaha melepaskan diri dari pelukan Kai, tetapi selalu gagal. Entah karena kekuatan Kai bertambah dua kali lipat ketika mabuk, atau Zemira yang memang sudah kehabisan tenaga.

Beruntungnya, beberapa pelayan muncul, dengan cepat menahan perempuan itu, dan membawanya keluar rumah. Mengabaikan segala jenis maki dari si perempuan, yang ditujukan pada Zemira. Pelayan itu juga membantu Zemira terlepas dari pelukan Kai, dan turut membantu Zemira membawa sang tuan ke kamarnya.

"Terima kasih," ucap Zemira pada tiga rekannya itu. "Kalian bisa kembali. Aku yang akan mengurus Tuan Kai."

"Sendiri?" Salah satu dari mereka tampak meragukan ucapan Zemira. Ia bergidik ketika menatap Kai. "Apa kau  tidak takut, Zemira? Tuan Kai adalah pria berbahaya bagi para perempuan mana pun. Bibi Zoe bahkan beberapa kali pernah diserang ketika pria ini mabuk berat. Apalagi, tidak ada Tuan Nata yang bisa kau mintai tolong jika terjadi sesuatu. Aku benar-benar khawatir. Aku bisa membantumu, Zemira."

"Tidak perlu, terima kasih. Tuan Kai sudah tidur pulas. Kecil kemungkinan dia akan menyerangku. Aku akan segera pergi dari sini setelah mengurus Tuan Kai. Kau tidak perlu khawatir." Zemira menjelaskan dengan penuh ketenangan, percaya diri.

"Kau yakin?"

Zemira mengangguk mantap. "Pergilah. Aku akan baik-baik saja. Aku tidak akan membebanimu dengan tugasku."

"Baiklah. Kau harus langsung berteriak, jika Tuan Kai melakukan sesuatu yang buruk padamu, oke?"

Zemira mengangguk mantap, yang dengan itu, tiga rekannya tadi bisa meninggalkan ruangan. Zemira bergeming sesaat di samping tempat tidur mengamati majikannya, demi mencari sinyal kesadaran dari Kai. Namun, pria itu tampak sangat pulas dalam tidurnya. Zemira memberanikan diri untuk mendekat.

Awalnya, Zemira hanya ingin membantu melepaskan sepatu dan kaus kaki tuannya itu, tetapi setelah sepatu itu sudah dilepas, Zemira merasa tidak nyaman dengan aroma alkohol menyengat dari tubuh Kai. Zemira menepikan sepatu di dekat kaki ranjang, lalu mendekat ke kepala majikannya. Ia merunduk, mencoba mengabaikan aroma alkohol, Zemira mulai melepaskan satu-persatu kancing kemeja Kai.

"Bagaimana Tuan Kai bisa ke kelab? Bukankah ada supir yang mengantarnya dari kantor ke rumah?" Zemira bertanya-tanya dengan suara lirih. Ia juga mempertanyakan keberadaan jas dan dasi tuannya ini yang sudah hilang entah tertinggal di mana.

"Pria tua itu ...." Kai tiba-tiba menjawab, membuat Zemira langsung mundur beberapa langkah secara spontan. "Kutinggalkan di kantor. Dia terlalu ... berisik. Segala sesuatu ... harus ... dilaporkan pada Nata. Menyebalkan."

"Maka aku juga akan membantu supir itu untuk melaporkanmu pada Tuan Nata, Tuan Kai." Zemira membalas. Ia mengamati cara bicara Kai yang begitu lemah, lalu mendekat kembali agar bisa menarik kemeja sang tuan dengan susah payah.

Kai memiringkan tubuhnya untuk membantu Zemira, dengan dengkusan geli. Pria itu masih memejam, tetapi senyum tipisnya tercipta.

"Aku juga ... berniat memberikan ... pelajaran padamu, tetapi ... beruntung kau cantik. Aku akan ... memaafkanmu."

"Baik, terima kasih sudah memaafkanku. Sebaiknya Anda sekarang memikirkan cara untuk terlepas dari kemarahan Tuan Nata."

Zemira menuju kamar mandi. Mengambil salah satu handuk untuk ia basahi, lalu kembali ke samping tempat tidur Kai. Perlahan, Zemira mengelapi tubuh Kai dari perut ke leher, juga di bagian punggungnya. Setelah selesai, Zemira membantu menutupi tubuh tuannya itu dengan selimut hingga sebatas leher.

Pakaian kotor Kai dimasukkan ke dalam keranjang, bersama handuk basah tadi. Zemira keluar dari ruangan, dengan membawa serta sepatu laki-laki itu.

Kedua bahu Zemira luruh setelah ia menutup pintu.

Hari yang melelahkan, tetapi ia tetap menikmatinya. Gadis itu membawa semua barang-barang kotor ini ke belakang. Setelah meletakkan keranjang dekat mesin cuci, Zemira menyandarkan punggungnya di dinding. Ia masih harus menyelesaikan tugas terakhir sebelum beristirahat. Baru saja memikirkan tugas itu, telepon rumah tiba-tiba berdering. Zemira menguatkan kakinya ke ruang tengah, di mana telepon itu berada. Selama di perjalanan, ia memerintahkan pada pelayan lain untuk memastikan semua pintu dan jendela sudah terkunci, mengingat sekarang sudah lebih jam sepuluh malam.

Zemira mengangkat telepon, menyapa dengan ramah seseorang di seberang sambungan sana.

"Kau terdengar begitu lelah, Zemira." Suara Nata terdengar, disusul kekehan samar dari telepon.

"Tuan Nata? Kebetulan, Tuan, saya juga ingin memberikan laporan pada Anda," kata Zemira.

"Oke, jelaskan dengan sangat rinci, apa yang adik-adikku itu lakukan hari ini."

Zemira menghela napas terlebih dahulu, lalu menjelaskan semuanya. Mengenai latihan Shaquille, proses belajarnya, serta kepulangan Kai tadi.

"Hampir mustahil memang, Kai akan mendengarkan perintahku, Zemira." Nata memberikan tanggapan, disusul decakannya. "Tapi, tidak masalah. Kau sudah bekerja dengan sangat baik. Aku yang akan mengurus Kai besok."

Zemira mengangguk. Ia berniat pamit, agar segera beristirahat, tetapi rupanya Nata masih ingin mengatakan sesuatu.

"Jadi, apa yang kau lakukan sekarang, Zemira?"

"Tidak ada, Tuan. Hanya perlu memastikan pintu terkunci, lalu mematikan lampu—saya akan segera ke kamar saya setelah itu."

"Baiklah. Aku sebenarnya ingin mendengarkan lebih banyak lagi mengenai keadaan adik-adikku darimu, tetapi kau juga sepertinya sudah sangat lelah." Nata berdeham pelan. "Selamat beristirahat, Zemira."

Gadis itu melirik ke arah telepon, seolah meragu dengan nada bicara Nata barusan. Apa laki-laki ini tengah mabuk, sehingga suaranya terdengar begitu lembut? Namun, Zemira bersyukur, karena ia tidak perlu berpacu jantung ketika berbicara dengan Nata kali ini.

"Baik. Tuan juga, selamat beristirahat." Entah dorongan apa, gadis itu membalas ucapan tuannya, yang mendapatkan balasan kekeh geli dari Nata.

"Aku suka. Terima kasih."

To Be Continued...
Next bab ada di akun Putrie-W

Zemira yang capek ngurus :


Tuan Muda—Manja—Shaquille,


dan, Tuan Kai yang tiada hari tanpa berurusan dengan wanita😶

***

Follow >> Es_Pucil & Putrie-W

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro