BAB 1
"Selamat datang, ada yang bisa dibanting?"
Raonno, pemuda jangkung itu menyambut pelanggan yang datang dengan senyuman. Seperti biasanya, menjaga konter ponsel milik Ayahnya memang pekerjaan Raonno sejak beberapa tahun silam. Pelanggan yang tadi masuk bergerombol, berjumlah tiga orang dan masih melihat-lihat, belum menanyakan kebutuhannya.
"Ada yang bisa dibantu, Mbak?" Dengan ramah, Raonno bertanya pada segerombolan wanita muda tersebut.
"Kabel charger yang biasa satu, headset yang biasa juga satu, sama casing HP Onno tipe 1920 ya, Mas." Raonno mengangguk, dari tiga orang yang datang, hanya satu yang memesan.
Raonno segera pergi untuk mengambil pesanan wanita muda tersebut. Sembari mencari-cari barang yang diinginkan pelanggan, Raonno mendengar tiga wanita muda itu bercengkrama di belakang. Membahas mengenai sesuatu yang memang akhir-akhir ini sedang ramai dibicarakan.
"Lo tahu nggak, sih, di kost-an sebelah, ada banyak cewek-cewek yang kehilangan pakaian dalemnya. Serem nggak sih, segala pakaian dalem dicuri, nggak ada kerjaan banget tuh maling."
"Kemaren di gang sebelah gue denger juga gitu, deh. Ih, serem banget."
"Maaf Mbak, boleh pinjem Hpnya sebentar, chargernya di tes dulu." Raonno memutus pembicaraan mereka seketika.
Wanita yang tadi memesan mendekat, menyerahkan ponselnya pada Raonno. Raonno pun sibuk mencoba barang-barang yang dipesankan oleh gadis tersebut. Selesai sudah transaksi antara mereka.
Sembari membungkus barang-barang pesanan, Raonno berkata, "Mbak hati-hati, ya, kalau jemur pakaian. Kasusnya udah banyak terjadi di daerah sini. Warga-warga juga lagi berembuk untuk memperketat keamaanan kampong. Mbaknya ngekos daerah sini atau gimana?"
Mereka bertiga mendekat begitu Raonno berbicara. "Iya Mas, kita ngekost di gang melati depan gang sini."
"Selalu hati-hati, ya Mbak."
Ketiga wanita muda yang Raonno kira masih usia sekitar 23-26 itu kemudian keluar bersamaan sembari berbisik. Seketika konter Hp Raonno hening. Tidak ada lagi pembicaraan sejak tiga wanita itu keluar. Berhubung hanya Raonno sendiri dan pegawai ayahnya tidak masuk, alhasil ia hanya duduk diam sembari memainkan ponselnya.
Tidak ada yang menarik. Raonno malah tiba-tiba teringat dengan percakapan tiga orang tadi. Kalau dipikir-pikir memang tidak ada gunanya mencuri pakaian dalam. Tapi jika dipikir lebih dalam, pencuri pakaian dalam justru sangatlah merugikan. Tidak ada yang tahu apa yang akan dilakukan oleh pelaku dengan pakaian dalam itu. Bisa dijadikan sebagai alat pemuas nafsu, atau bisa jadi dipakai sebagai tindak kejahatan tak kasat mata alias santet dan lain sebagainya.
Memikirkannya saja membuat Raonno bergidik ngeri. Manusia-manusia zaman sekarang sangatlah menyeramkan. Lebih menyeramkan dari setan.
"Lagian aneh aja. Maling lain, nyurinya sepeda motor, emas, hp yang bisa jadi uang lah ini malah pakaian dalam. Apa malingnya punya kelainan kali, ya?" ujarnya pelan.
Memandang daerah sekitar yang sepi membuat Raonno bergidik ngeri. Cepat-cepat laki-laki jangkung itu memandangi ponselnya, mengecek jam. Masih pukul 8 malam, sangat jauh dari jam konter tutup. Raonno menghela napas. Apa yang bisa ia lakukan di tengah toko yang sepi mencekam sambil menunggu hingga waktu toko tutup?
Stalking mantan? Raonno sudah bosan. Tidak ada yang menarik dari kisah percintaan mantannya yang bisa jadi setiap tiga bulan sekali ganti pasangan.
Nonton bola? Please, deh. Tidak ada pertandingan bola sekarang.
Scroll aplikasi tok-tok? Raonno sedang tidak dalam suasana baik untuk melihat konten-konten bodoh orang-orang di sana. Hmm, tidak semua sih, hanya saja kebanyakan yang muncul di beranda akun Raonno adalah konten-konten yang tidak bermanfaat.
Apakah saatnya ia membuka aplikasi dating? Raonno yang sedang kesepian dan fakir asmara ini membutuhkan sesuatu yang berbeda untuk mengusir rasa bosannya.
Bagaimana pemirsa,apakah Anda setuju?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro