Random Story - Pengawal Putri Kerajaan
WELCOME BACK TO MY STORY
Request : Akame Dan Putri Kerajaan
Dari : yappleich
Kerajaan Skylos.
Sebuah Kerajaan yang berdiri di Benua Eslanta.
Kerajaan yang cukup makmur dan sejahtera karena Raja mereka yang bijaksana serta tegas mengatur masyarakat.
Masyarakat Kota sangat menyukai pemerintahan Kerajaan sekarang. Raja Skylos sangat baik dan rendah hati, ditambah pengamanan Kota yang bisa melindungi Masyarakat
Hari demi hari dilalui dengan ketentraman, ketenangan, dan kebahagiaan menyelimuti Kota.
Tapi, sebuah tragedi menimpa Kerajaan tersebut. Membuat senyuman bahagia Masyarakat menjadi sendu dan sedih.
Di hari itu dan dimalam hari, tepatnya Hari Ulang Tahun Sang Putri Mahkota bernama Valleyrina Skylos tewas dikamarnya.
Sang Putri terkapar di lantai dengan bersimbah darah, luka tusukan dan memar di tubuhnya.
Saat itu, Sang Putri memakai gaun Ultahnya.
Melihat kematian Putrinya, Sang Raja dan Ratu menangis sejadi jadinya.
Sang Ratu langsung jatuh pingsan dan dibawa ke kamarnya, sedangkan Sang Raja langsung menurunkan para Pasukan Kerajaan untuk mencari Pembunuhnya.
"Cari Pembunuhnya! Pasti Dia tidak jauh dari sini!"
Sang Raja diselimuti perasaan campur aduk, kesedihan dan kemarahan terpancar darinya.
Tidak lupa, kejanggalan muncul dipikiran Sang Raja dan sempat terpikirkan menjadi pertanyaan.
Kenapa Penyusup bisa masuk dengan mudah?
Kenapa tidak ada teriakan Putrinya saat ada Penyusup?
Mengapa luka tusukan di perut Putrinya begitu mulus dan rapi?
Pertanyaan itu berputar di pikirannya dan berakhir Sang Raja yang frustasi.
Semua yang mendengar kabarnya, langsung kaget dan sedih atas kematian Sang Putri.
Tak terkecuali Akame, Sang Pengawal Putri Kerajaan.
Akame.
Pengawal Putri yang setia terhadap Kerajaan dan Putri, bahkan Ia rela mengelilingi Dunia hanya menemani Sang Putri.
Tentunya mendengar kabar kematian Sang Putri, Akame bangkit dari tidur panjangnya dan turun tangan mencari Pelakunya.
"Aku tidak membiarkan Pembunuh itu lolos begitu saja"
Baju khas milik Akame serta Katana yang selalu Ia bawa telah diselipkan di punggung.
Mata terbuka dengan berwarna merah darah serta rambut yang ditiup angin lembut.
Lingkaran portal berwarna merah gelap muncul, dikelilingi rune Sihir yang sangat asing.
Akame menghirup udara sebentar dan menatap ke arah portal tersebut dengan tatapan yakin.
Saatnya, Sang Pengawal menuntaskan tugasnya!
.....
Di lain sisi, terlihat siluet hitam loncat dan terbang kesana kemari sana sini diatas atap bangunan.
Terlihat lincah dan lihai melompati tiap tiap bangunan yang dilalui, sulit untuk ditangkap oleh mata.
Sosok itu pun berhenti di sebuah bangunan yang tinggi, Ia menatap ke arah Kota yang disinari bulan purnama yang terang.
Sosok itu ditutupi pakaian hitam dan masker hitam, sulit untuk diketahui siapa Dia.
"Target telah dieliminasi..."
.....
2 HARI SEBELUM KEJADIAN
Sebuah portal merah gelap muncul dari langit, tepatnya langit atas bukit.
Di Portal itu keluarkan seorang Pria dan berguling saat mendarat di tanah.
Ia bangkit berdiri bersamaan Portal itu menghilang tanpa jejak. Pria itu menatap ke arah Kota yang ramai.
Cuaca dan udara yang lumayan panas, membuat orang kegerahan dan mandi keringat saat beraktivitas di luar ruangan.
Pria itu adalah Akame.
"Aku akan memulainya dari sini" Ucap Akame tenang dan berjalan santai menuruni bukit yang terjal.
Akame kembali ke 2 hari sebelum kejadian tewasnya Sang Putri, Ia ingin Putri Valleyrina Skylos hidup tanpa terbunuh.
Mungkin ini mustahil dan melawan Takdir, tapi Ia akan tetap melakukannya karena itu juga kesalahannya.
Kesalahannya?
Yaa, Akame merasa bersalah karena Ia tidak ada disisi Sang Putri saat itu.
Akame berjalan di Kota sembari memakai pakaian tertutup dan tidak mencolok serta menutupi identitasnya.
Ada beberapa alasan Akame menutupi identitas nya ini, salah satunya adalah masyarakat Kota telah mengetahui bahwa Akame (Waktu sekarang) sudah tertidur selama 1 minggu lebih.
Kedua, Akame tidak ingin bahwa Dia telah bangun dan kabar dirinya sampai terdengar ke telinga Musuh.
Ini cara yang terbaik untuk mengelabui Musuh saat hari tragedi itu terjadi.
Akame berjalan layaknya orang biasa dan memakai masker untuk menutupi wajahnya.
Kini, Akame berdiri didepan Istana yang berjarak 50 meter. Ia akan memantaunya di kejauhan ini sampai waktunya tiba.
Akame bersandar disalah satu pohon besar dan beristirahat untuk menghilangkan lelah.
.....
WAKTU KEJADIAN
Acara Ultah Sang Putri, Valleyrina Skylos telah tiba. Acara dilaksanakan di Gedung Istana dan mengundang sebagian masyarakat Kota.
Akame yang dari kejauhan memantau pun bergerak dengan cepat menuju Istana.
Ia melewati orang orang, menghindari, menyelinap, dan melompat ke dalam Istana dengan lincah.
Setibanya didepan pintu kamar Sang Putri, Akame berteleport masuk ke dalam dan bersembunyi di bawah kasur Sang Putri.
Terlihat Sang Putri merapikan gaun yang Ia pakai dan terpancar kebahagiaan di wajahnya.
Akame hanya mengamati dan sesekali tersenyum disaat Sang Putri bahagia.
"Ayolah, muncul Kau... Aku tidak tahan lagi" Ucap Akame agak merasa pengap saat bersembunyi dibawah kasur yang sempit.
Disaat Sang Putri merias wajahnya, tiba tiba jendela kamar terbuka sendirinya bersamaan lepasnya engsel jendela.
Sang Putri dan Akame pun melihat ke jendela, disana masuklah seseorang dengan pakaian serba hitam.
Akame memegang katananya dengan erat serta mata merahnya yang menajam ingin menusuk lawan.
"Si-siapa Kau?!" Ucap Sang Putri sambil mundur perlahan lahan.
"Aku? Tidak perlu tau..." Ucap Sosok itu dengan suara berat dan mengangkat pedangnya.
Sang Putri pun melempar berbagai barang dan tentunya Sosok dengan mudah menghindar.
Saat Sosok itu ingin mendekat, Akame dengan cepat keluar dan menahan Pedang yang ingin menusuk Sang Putri.
Sang Putri dan Sosok itu kaget dengan muncul Akame secara tiba tiba.
"Tu-tuan Akame?!" Ucap Sang Putri kaget.
Sosok itu pun tersadar dari kagetnya dan menghindari tendangan Akame.
Sosok itu dengan cepat kebelakang Sang Putri dan menahan Sang Putri dengan mulut yang dibungkam.
"Lepaskan Dia!" Ucap Akame dengan geram.
"Mundur atau Aku akan membunuhnya disini!" Ucap Sosok itu mengarahkan Pedangnya ke leher Sang Putri.
Sang Putri pun menangis tanpa mengeluarkan suara dan tubuhnya menjadi lemas.
Sosok itu pun langsung membawa pergi Sang Putri setelah Ia melempar Bom Asap ke pijakan Akame.
Akame yang mengetahui itu pun keluar dari Asap dan menendang Sosok itu saat keluar dari jendela.
Sosok Hitam dan Sang Putri pun terjatuh dari jendela, lalu menghantam tanah.
Akame pun turun dari jendela dan mendekat ke arah Sang Putri.
"Sialan Kau!" Teriak Sosok itu kesal dan menyerang Akame dengan Pedangnya.
Akame pun yang sudah menebaknya dari awal, menahan serangan itu dengan katananya.
Terlihat percikan api dan tubrukan dua Aura berbeda muncul.
Disinilah adu kekuatan dengan dorongan dari masing masing Aura terjadi.
Adu dorongan pun hanya beberapa detik, tapi sebuah retakan diantara mereka terjadi.
Seperti retakan sekilas dan cukup membuat Akame tersadar saat itu juga.
Akame pun mundur beberapa meter dan berdiri tepat disamping Sang Putri yang pingsan.
"Sial... Dorongan tadi membuat retakan Dimensi Ruang dan Waktu" Ucap Akame pelan.
Ia tau, dorongan kekuatan yang saling beradu membuat retakan Dimensi Ruang dan Waktu yang dimana bisa berakibat fatal jika tidak dihentikan.
Jika saja Ia menggunakan kekuatan penuh atau melebihi kapasitas Dimensi, bisa bisa itu menghancurkan Dimensi Ruang dan Waktu.
Sosok Hitam itu langsung menyerang Akame dengan brutal dan cepat, Sosok itu udah terlanjur terbawa emosinya sendiri.
Yang niat awalnya ingin membunuh Sang Putri, kini teralihkan ke Akame.
Akame pun menghindari serangan, menangkis, dan sesekali membalasnya.
Pertarungan dari keduanya, diketahui oleh Sang Raja dan Ratu beserta masyarakat disana.
Mereka semua menyaksikan pertarungan itu dan tentunya Sang Putri sudah diamankan.
Serangan Sihir dan kekuatan Pedang beradu sangat keras sengit, mereka berdua terlihat seimbang dikarenakan Akame sedang dimode biasa.
Retakan Dimensi Ruang dan Waktu semakin terlihat, tentunya Akame mulai mengatasinya dengan menghindarinya serangan.
Sosok itu yang sudah emosi besar dan lelah, langsung mnegeluarkan serangan Pamungkasnya.
"Hiyaa! Ultimate : Meteor Berapi!" Teriak Sosok itu saat berada dilangit.
Sebuah Meteor raksasa yang diselimuti Api panas serta bola api sebesar basket berjatuhan dari langit menuju Akame yang berdiri di Kawasan Istana.
Semua yang meihatnya seketika ketakutan dan panik, tentunya mereka segera kabur bersama Raja dan Ratu.
Kerajaan tidak bisa berbuat apa apa karena tidak sempat untuk menahan serangan itu, mereka berharap Akame bisa menanganinya.
"Sialan! Ini bisa hancur jika tidak dihentikan!" Ucap Akame geram dan membuka jubahnya.
Ia membuang jubahnya asal dan membuka Mode ke tahap berikutnya.
"Awakening : Demon King!"
Akame merubah wujudnya Demon King, tapi wajah tampan serta mempesona saja yang tidak berubah.
Akame mengembangkan sayap Demonnya, lalu membuat kubah besar serta membuat Pedang Merah gelap dari kehampaan.
"Aku akan melakukannya, walaupun ini bisa berakibat fatal... Bagiku..." Ucap Akame bergetar.
Akame bergetar bukan karena ketakutan, melainkan Dimensi Ruang dan Waktu yang menggetarkan dirinya.
Meteor itu pun beradu dengan kubah Akame, membuat retakan Dimensi Ruang dan Waktu melebar serta pecahannya bertaburan sedikit demi sedikit.
"Ini... Demi... Kebaikan!!!" Teriak Akame dengan Auranya membara.
Pedang Merah gelapnya Ia tabrakkan ke Meteor dan menimbulkan ledakan besar yang keras.
Ledakan itu bersamaan hancurnya Dimensi Ruang dan Waktu menjadi serpihan kecil.
Sinaran ledakan itu menutupi daerah tersebut bersamaan hembusan angin ledakan menyebar kemana mana.
Hembusan angin ledakan menerbangkan yang ada disekitarnya dan tidak lupa pecahan Dimensi bertaburan.
.....
SATU BULAN KEMUDIAN
Seorang Gadis terlihat sedang berdiri didepan bangunan besar, megah, dan juga elegan.
Itu adalah Mension Horikita.
Ia terlihat gugup saat ingin memencet bel Mension, Ia juga gemetar.
Tiba tiba, seorang Perempuan muncul dari balik gerbang dan menatap Gadis tersebut.
Ia adalah Aira.
"Eh? Putri Valleyrina Skylos?!" Ucap Perempuan itu sedikit kaget dan berjalan membuka gerbang.
"E-eh?!" Putri Valleyrina yang berdiri depan gerbang kaget dan nyaris saja jatuh.
"Putri, ada tujuan apa kesini? Dimana pengawal Kerajaan?" Tanya Aira kepada Putri Valleyrina.
"Ma-maaf... Saya hanya ingin menjenguk Tu-tuan Akame" Ucap Putri Valleyrina sembari menunduk.
Aira mengerutkan alisnya, mengapa kelakuan Putri Kerajaan seperti ini?
Aira hanya mengangguk dan mengizinkan Putri Valleyrina menemui Akame.
Sesampainya dikamar Akame, Putri Valleyrina bisa melihat bahwa Akame belum bangun sejak kejadian itu.
Kejadian besar yang mengakibatkan Akame tidak bangun selama 1 bulan penuh ini.
Sedangkan Sosok Hitam yang ingin membunuh dirinya dan Akame, kini sudah tewas dengan Pedang Akame yang tertancap rapi tubuhnya.
Sejak kejadian itu, Putri Valleyrina merasa bersalah karena dirinya yang mengakibatkan semuanya terjadinya seperti ini.
Seorang Pengawal yang setia, baik, dingin, dan tentunya menakutkan telah terbaring dengan lembut di ranjangnya.
Tidak ada yang tau, apakah Akame telah tiada atau masih hidup kecuali Keluarga Horikita.
Mereka tau bagaimana keadaan Akame sekarang, hanya saja mereka tidak mengungkapkannya.
Putri Valleyrina memeluk Aira dengan erat dan tentunya Aira membalas pelukan Sang Putri.
"Maafkan Aku... Ini karena diri Ku yang lalai, Tuan Akame tidak sadarkan diri... Aku salah..." Ucap Putri Valleyrina sembari menangis.
Aira pun mengelus kepala menenangkan Sang Putri.
"Tuan Putri, maafkan kalau Aku lancang. Tuan Akame baik baik saja, jadi jangan menangis. Anda tidak salah Putri, ini sudah takdir dan jangan menyalahkan diri Anda sendiri" Ucap Aira dengan tenang.
Sang Putri kembali tenang setelah penjelasan Aira, tapi tetap saja Ia masih merasa bersalah.
Setelah Akame bangun nanti, Ia akan meminta maaf.
Aira tau tentang kejadian itu, Akame sudah menceritakannya sebelum pergi untuk menyelamatkan Sang Putri.
Awalnya Aira membantah karena itu mustahil melawan Takdir, kalau pun bisa itu bisa berakibat fatal nantinya.
Yaa, akhirnya dugaan Aira benar.
Sejak kejadian itu, beberapa hal yang terkubur selama ini akhirnya keluar kembali dan membuat Aira mengusap wajahnya dengan kasar.
Semoga saja tidak terjadi hal yang tidak diinginkan kedepannya.
.....
Disebuah tempat yang jauh dan tidak ketahui, terlihat seseorang yang sedang dikurung dalam sebuah kurungan yang besar.
Seseorang itu diikat erat dan kurung rapat, membuatnya tidak bisa lepas dari sana.
Hanya saja, sebuah retakan Dimensi Ruang dan Waktu melepaskan dirinya dari ikatan dan kurungan tersebut.
Ia terbebas lepas dari sana dan seseorang itu menghirup udara segar.
"Hah... Retakan Dimensi Ruang dan Waktu? Sepertinya hal menarik telah terjadi yaa..." Ucap seseorang itu dengan pelan dan berdiri tegak dengan badan kekarnya.
"Aku kembali... Horikita..."
Selesai
Yosh! Akhirnya Cerita Request kali ini selesai juga!
Hohoho... Akame terkapar tidak berdaya, Aira banyak pikiran, retakan Dimensi Ruang dan Waktu terjadi, dan seseorang telah lepas dari kurungannya.
Ending yang menarik bukan?
Bagaimana dengan Cerita kali ini?
Semoga suka dengan Ceritanya dan tetap setia disini yaa
Sampai jumpa di chapter selanjutnya yaa~
Byeee~
Dadaa~
See you~
Ttd
Minggu, 2 Oktober 2022
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro