Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

× About Time pt. 4 ×

"Mwoya, kenapa jadi seperti ini?" Kesadaran Dahyun langsung terkumpul sempurna. Jantungnya berdebar, "ini terlalu dekat!" Pun ia juga tidak bisa bergerak karena lengan kekar Jungkook masih memeluknya.

Ponselnya di atas meja bergetar. Seseorang menelponnya. Memanfaatkan situasi itu, Dahyun mencoba melepaskan pelukan itu, bahkan sampai menampar-nampar bahu Jungkook cukup keras.

"Ya! Irreona! Ya!" pekiknya berulang kali. Jungkook membuka matanya, tapi ia masih bergeming, malah menatap Dahyun tajam tanpa ekspresi, membuat Dahyun membeku.

"Jangan diangkat," ujarnya santai, kembali memeluk Dahyun erat hingga kepala gadis itu berada di dadanya.

"Ya! Neo micheosseoh?! Lepaskan aku!" Dahyun berontak.

Jungkook berdecak, "Ck, diam dulu sebentar! Aku masih mengantuk."

"Ya! Kau bisa tidur lagi tapi lepaskan aku! Jangan seperti ini."

"Wae? Kau tidak suka? Padahal dulu selalu tidur nyenyak kalau di peluk."

"Itu dulu! Sekarang berbeda!"

"Apanya yang berbeda? Ahh ... Iya, tubuhmu sudah lebih berbentuk sekarang."

"Mwo?! Byuntae saekki. Lepaskan! Kalau tidak aku akan—"

Ponsel Dahyun kembali bergetar. Panggilan dari Taehyung untuk yang kesekian kalinya. Jungkook berdecak, lelaki itu menjulurkan sebelah tangannya ke belakang untuk meraih ponsel itu. Posisinya memang tidak terlalu jauh dari Jungkook, masih bisa dijangkau. Dahyun hendak merampasnya dari tangan Jungkook tapi kalah cepat, lelaki itu sudah mengangkat panggilannya dan mengatakan sesuatu yang membuat manik Dahyun melotot.

"Dahyun menolak lamaranmu. Dia sekarang masih tidur bersamaku. Perlu ku kirimkan gambarnya? Dah ya, kami sibuk."

Jungkook langsung memutuskan panggilannya sekaligus mematikan ponsel Dahyun. Kembali meletakkannya di tempat semula. Santai sekali, Jungkook melakukannya tanpa beban.

"YA! APA YANG BARUSAN KAU LAKUKAN?!" Dahyun memekik. Terkejut, kesal dan marah menjadi satu. Jungkook sampai meringis dan memegangi telinganya yang pengang.

"Ck, kau bisa santai sedikit tidak sih? Aku hanya menyelesaikan urusanmu. Sekarang sudah beres, kan? Kau tidak perlu memikirkan soal lamaran itu lagi."

"Mwo? Ya! Kau tidak bisa berbuat seenaknya! Bagaimana jika—"

"Wae? Memangnya kau akan menerimanya?" Dahyun terdiam. Tidak bisa menjawabnya karena dia juga ragu.

"See? Kau tidak bisa menjawabku. Dan kalau kau memang suka pada pacarmu itu, kau tidak akan kemari, apalagi sampai menginap di sini."

Skakmat. Perkataan Jungkook benar-benar menamparnya. Dahyun menunduk, tanpa sadar menyetujui perkataannya tapi tetap saja, seharusnya ia memutuskannya dengan baik-baik, bukan seperti tadi.

Sebelum Jungkook kembali menahannya, buru-buru ia bangkit. Membenarkan pakaiannya yang acak-acakan seraya merapihkan rambutnya. "Jangan sok tahu. Kau membuat semuanya semakin kacau. Aku harus segera pergi sebelum Taehyung—"

"Kau benar-benar bodoh ya."

Dahyun menoleh, menatap Jungkook sebal, merasa tersinggung. "Mwo?"

Jungkook mengubah posisinya menjadi duduk. Tanpa sadar kembali memojokkan posisi Dahyun, yang berdekatan dengan dinding di belakangnya. "Kau benar-benar tidak mengerti, ya? Kalau kau mendatangi Taehyung, sama saja dengan kau menyerahkan dirimu! Akui ini, kau tidak mencintainya, kan? Jadi sudah! Putuskan hubungan kalian!" Bentak Jungkook membuat Dahyun tersentak. Ini pertama kalinya, ada orang lain yang membentaknya selain ayahnya. Matanya memanas.

"Itu bukan urusanmu, Yuhn Jungkook. Memangnya siapa kau? Kau tidak berhak mengaturku!" Air mata Dahyun tanpa sadar mengalir. Gadis itu mendorong tubuh Jungkook, bergegas untuk beranjak dari ranjang itu tapi tangan Jungkook malah menahannya, menariknya kembali ke tempatnya semula dan membungkam bibirnya. Dahyun melotot, langsung mendorong tubuh Jungkook sekuat tenaga hingga ciuman paksa itu terlepas.

"KAU GILA?! KENAPA MENCIUMKU?!!!"

"AKU MENYUKAIMU!" pekik Jungkook tak kalah kencang. Napasnya terangah, urat-uratnya menonjol. "Aku menyukaimu! Kau tak sadar? Bahkan jauh sebelum Jimin bilang kalau Jimin menyukaimu, aku sudah lebih dulu menyukaimu! Aku ... Aku hanya tidak ingin merusak persahabatan kita, makanya saat itu aku mendukung Jimin untuk mendapatkanmu. Tapi kau malah bilang kalau kau menyukaiku. Kau tahu betapa frustasinya aku saat itu? Hanya karena perasaan sialan ini, persahabatan kita sampai hancur!"

Dahyun membeku. Air matanya semakin deras keluar. Ini terlalu mengejutkan, butuh waktu baginya untuk memproses semua ini. "Lalu Nara eonni bagaimana? Kalau kau menyukaiku, kenapa kau malah berpacaran dengannya?"

"Bodoh. Aku hanya melakukannya supaya kau menjauh dan kupikir Jimin lebih baik untukmu. Karena dengan begitu, kita masih bisa bersama-sama."

"Cih, alibi. Seharusnya sejak awal kau bilang saja! Mungkin kalau kau bilang, hubungan kita tidak akan—"

"Lalu Jimin bagaimana? Dia pasti merasa terasingkan. Berbeda denganku, dia pasti akan merasa canggung dan tidak mau bergaul dengan kita lagi."

Benar juga. Dahyun menunduk, kepalanya terasa berat sekali. Frustasi. Hidup mereka rumit sekali.

Jungkook mengusap kepala Dahyun lembut seraya menghapus air mata di pipinya. "Maaf kalau aku terlalu kasar tadi. Keputusannya ada di tanganmu. Aku tidak akan memaksamu untuk menuruti keinginanku. Kau bisa pergi menemui Taehyung kalau mau."

Dahyun menggeleng, ia menggenggam tangan Jungkook yang di pipinya. "Aku ... ingin berada di sini lebih lama." Dahyun mendongak, menatap Jungkook. "Geunde ... Mana bajumu? Kenapa kau tidak memakainya?"

"Kau lupa kejadian semalam?"

"Huh?" Dahyun bingung namun tak lama kemudian, maniknya melebar. "Seolma ... Aku yang ... Melepaskannya?"

Jungkook mengangguk. "Kaosku bahkan sampai robek." Dahyun menenggelamkan kepalanya pada selimut. Astaga, itu memalukan! Kenapa disaat seperti ini, kebiasaan buruknya saat tidur malah terjadi?!

"Ternyata kau masih punya kebiasaan itu ya. Untung aku sudah tahu, jadi aku bisa menghindar saat kau akan menendangku. Bayangkan, kalau kau menikahi lelaki lain, gimana nasibnya nanti? Dia pasti trauma."

Dahyun memukul wajah Jungkook dengan guling. "Berisik!"

Sambil menutupi wajahnya, Dahyun hendak turun lagi dari ranjang itu. "Aku ingin pulang," cicitnya malu, namun lagi-lagi Jungkook berhasil menahannya. Malah kini, lelaki itu sudah mengungkung tubuhnya. Membuatnya kembali berbaring di ranjang itu dengan Jungkook yang ada di atasnya.

"Ya, mau mengabulkan perkataanku saat di telfon tadi?" tanyanya nakal. Jelas, Dahyun tahu kemana arah pembicaraan Jungkook saat ini. Ia menggeleng kuat tapi lelaki itu malah mendekatkan wajahnya, berbisik lirih di telinganya.

"Morning sex sepertinya tidak buruk. Kau mau kan, melakukannya dengan sahabatmu?"

Tamat?

Gaje banget gk si 🙃
Namanya juga random,
Jadi maklumi aja ya 😌

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro