Toko Cokelat Scelerisque
Di tengah-tengah Hutan Catalis, berdiri sebuah bangunan yang tampak tua, tetapi kokoh dan megah. Bangunan itu terlihat seperti istana dengan perpaduan gaya classic dan gothic.
Biarpun tampak seperti istana, sebenarnya bangunan dengan nuansa ungu itu adalah sebuah toko. Toko cokelat tepatnya. Dan di sanalah Ru-gadis berusia lima abad yang selalu mengenakan gaun ungu berenda-berada.
Ru memiliki penampilan yang manis dan menawan layaknya boneka porselen. Rambutnya yang sewarna kecubung terjuntai hingga punggung. Aksesori topi bulat kecil berwarna cokelat selalu terlihat menghiasi kepalanya. Iris yang senada dengan warna rambutnya menampilkan sorot dingin dan tajam. Lain halnya dengan bibir mungil merah muda yang selalu melengkung ke atas.
Tidak banyak yang bisa diketahui dari Ru, selain dirinya adalah chocolatier yang senang melayani makhluk-makhluk serakah-entah itu manusia, penyihir, iblis, bahkan malaikat-selama beberapa abad.
Ru adalah chocolatier sekaligus pemilik toko cokelat bernama Scelerisque. Toko cokelat ini sangat terkenal kira-kira selama tiga abad terakhir. Tak pernah sekalipun Toko Cokelat Scelerisque sepi pengunjung.
Setiap harinya Ru harus membuat cokelat dan melayani pelanggan yang begitu ramai datang ke toko. Kadang-kadang, ia harus menerima kritikan atas ketidakpuasan pelanggan dan memasang senyum terbaiknya.
Ru lelah, tetapi ia menyukai pekerjaannya. Menurutnya, membantu makhluk-makhluk serakah sangat menyenangkan. Selain bisa mengenal banyak makhluk dari berbagai ras, Ru juga mendapatkan apa yang diinginkannya.
Toko Cokelat Scelerisque memang tak pernah sepi pengunjung, walaupun tahu sesuatu yang harus mereka bayar tidaklah murah.
Satu hal yang terkenal dari toko cokelat ini adalah, sang Chocolatier yang dapat mengabulkan permohonan dengan cokelat buatannya. Namun, bayaran atas sesuatu yang berharga adalah jiwa pelanggan tokonya.
Bayaran yang tidak murah.
Kendati demikian, tak membuat para pelanggan tokonya takut ataupun apa. Ru tahu betul. Tiap pelanggan tokonya adalah makhluk-makhluk serakah nan egois, tak terkecuali malaikat.
Selama tiga abad Ru membuka toko cokelat ini, pernah beberapa kali malaikat yang terkenal sebagai utusan Tuhan yang suci berkunjung ke tokonya. Malaikat itu bahkan rela membayar jiwanya pada Ru dan menjadi iblis yang hina.
Ru tertawa dalam hati.
Apakah ia menjadi penyesat sehingga malaikat itu menjadi iblis?
Tidak. Ru bukan penyesat. Membayar jiwanya pada Ru sudah menjadi keputusan malaikat itu. Ru tak pernah memaksa pelanggannya untuk membeli cokelat pengabul permohonannya.
Sekali lagi, Ru bukanlah penyesat. Ru juga bukan iblis. Ia hanyalah chocolatier yang senang melayani makhluk-makhluk serakah.
Itu yang para pelanggannya tahu.
Ru ... tidak banyak orang yang mengetahui identitas asli sang Chocolatier. Ru bukanlah manusia, penyihir, iblis, ataupun malaikat. Bukan juga seorang elf, mermaid, dwarf, dan lainnya.
Ru hanyalah Ru. Pemilik toko cokelat yang memiliki masa lalu kelam. Melihat rasnya dibantai dengan mata kepalanya sendiri adalah memori yang sangat ingin dilupakannya. Dan salah satu cara untuk melupakan memori itu adalah dengan membangun toko cokelat di tengah-tengah Hutan Catalis, bekas daerah kekuasaan rasnya, dahulu.
Selama puluhan hingga ratusan tahun, kian ia bertemu dengan makhluk dari berbagai ras, Ru banyak mengetahui sesuatu yang tidak seharusnya ia ketahui. Satu per satu fakta dan memori lamanya terkuak seiring berjalannya waktu. Kian ia menerima tragedi itu, dirinya bisa lebih mudah melupakannya.
Bukan dalam waktu singkat. Tiga abad. Lama atau tidaknya bergantung pada umur rasmu. Bagi ras malaikat dan iblis tentu waktu tersebut tidaklah lama. Namun, bagi Ru dan ras lain, tiga abad terasa menunggu hari tua.
.
.
.
Kemungkinan dilanjutkan di chapter lain.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro