Kue Jahe Penantian
Malam natal tahun ini pasti akan menyenangkan!
Ayah akan kembali dari luar negeri, Kakak juga pulang dari perantauan, dan Adik Kecil yang baru lahir seminggu lalu akan menemani malam natalku! Ah, senangnya!
Sudah berapa tahun ya, kami sekeluarga tidak berkumpul bersama? Ayah terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Sekali pulang hanya saat hari biasa, itu pun tidak sampai dua hari. Sementara Kak Thomas ... karena kakakku itu mahasiswa semester akhir, dia sibuk dengan skripsinya. Jadi tidak bisa sering pulang. Kali ini pun karena Mama dan aku memaksa. Soalnya natal tahun ini bukan cuma karena berkumpul, tetapi juga menyambut kehadiran keluarga baru.
Karena besok Ayah dan Kakak akan pulang—bertepatan dengan malam natal—aku mau membelikan mereka kue jahe dengan tabunganku.
Kenapa tidak buat sendiri?
Penginnya sih begitu, tapi tiap kali aku mencoba membuat kue, Mama pasti akan menggagalkanku. Terakhir saat hari Valentine, aku ingin membuatkan kue cokelat untuk Rish. Namun Mama tiba-tiba datang ke dapur dan langsung mematikan oven. Padahal, kan, aku lagi memanggang kue. Huft!
Jadi, mau tidak mau, aku beli saja deh. Aku, kan, mandiri. Hehe.
Toko kue Bibi Marlin baru buka sekitar setengah jam lagi. Aku bosan menunggu, jadi aku mau ke rumah Rish.
"Ma! Iru mau ke rumah Rish dulu, ya!" Sekalian beli kue jahe!
Mama yang sedang memasak di dapur menyahut, "Tunggu sebentar, Ru!"
Tak lama kemudian, Mama datang dengan membawa bingkisan besar berisi camilan. Ada wafer, biskuit, permen, dan ... ah, banyak!
"Ini, sekalian kamu kasih ke keluarga Rish, ya." Mama memberiku amanat.
Aku mengangguk semangat. Tiap tahun sewaktu menjelang Natal, keluarga kami memang sering bertukar bingkisan dan saling berbagi. Menyenangkan, bukan?
"Siap, Ma!" balasku sambil hormat '45 kemudian berlari keluar rumah.
"Rish! Rish! Iru dataang!" Aku berteriak dari depan rumahnya. Iya, rumah kami berhadapan. Cuma beberapa langkah langsung sampai.
Beberapa detik kemudian, kepala Rish muncul dari jendela balkon kamarnya. "Berisik, Ru!"
Aku mengerucutkan bibir. Bingkisan yang kugenggam dengan kedua tangan kuangkat ke atas. "Mau nggak?"
Raut Rish langsung berubah. Senyumnya mengembang seperti adonan kue. "Mau! Tunggu aku di bawah!"
Tiba-tiba saja, Rish sudah membukakan pintu. Aish, aku heran kenapa dia bisa turun tangga secepat itu. Hebatnya dia tidak pernah jatuh—eh, bukannya aku mau mendoakan dia jatuh dari tangga, lho!
Rish yang mengenakan kaus kotak-kotak dan celana pendek selutut menghampiriku. "Mana? Mana?"
Aku menjitak kepalanya. "Ish, dasar!" Bingkisannya tidak langsung kukasih. "Bunda ada di rumah?" tanyaku sambil menelengkan kepala, memandang isi rumah Rish yang terlihat karena anak itu tidak menutup pintu.
Rish menggeleng. "Lagi arisan," jawabnya. "Jadi, mana bingkisannya?"
"Nih! Nih!" Aku langsung menodongkan bingkisan itu tepat di wajahnya.
"Bilang makasih ya sama Mama," pesan Rish. Bingkisannya kini sudah berpindah tangan.
Aku hanya mengangguk singkat. Lalu aku teringat akan tujuanku.
"Rish, temenin Iru ke toko kue Bibi Marlin, yuk? Iru mau beli kue jahe buat Ayah dan Kakak," ajakku dengan puppy eyes.
"Hm? Oke," balas Rish. Dia masuk ke dalam rumah, mungkin untuk menaruh bingkisan dan berganti baju. Benar saja, sekitar dua-tiga menit kemudian, dia keluar lagi dengan baju yang lebih rapi.
"Ayo!" Rish menarik tanganku lalu berjalan duluan menuju toko kue Bibi Marlin.
Sesampainya di sana, Bibi Marlin baru saja membalikkan papan bertuliskan 'buka/tutup'. Sekarang tulisannya 'buka', karena sudah pukul delapan pagi.
Bibi Marlin mempersilakan kami masuk. Saat aku melangkah ke dalam toko, aroma berbagai kue yang harum langsung tercium. Ah, sangat menggiurkan!
Aku memandang kue-kue yang terpajang di etalase toko. Ada blackforest ... rainbow cake ... lalu ... tiramisu ... red velvet ... dan ... pokoknya masih banyak lagi! Dan semuanya terlihat sangat enak!
Aduh, jadi pengin.
"Ingat tujuanmu ke sini, Ru," celetuk Rish. Aku langsung menoleh dengan bibir mengerucut.
"Nah, Iru mau apa?" tanya Bibir Marlin begitu kami sampai di depan meja kasir.
"Kue jahe, Bibi! Ayah dan Kak Thomas akan pulang tahun ini!" jawabku riang.
"Wah, benarkah? Ru pasti sangat senang." Bibi Marlin tergelak kecil. Aku mengangguk semangat.
"Sangat! Natal tahun ini pasti akan terasa sangat menyenangkan karena Iru bisa berkumpul sama keluarga." Aku berkata dengan senyum lebar.
Bibi Marlin ikut tersenyum. "Senang mendengarnya," ucap Bibu, "sebentar, ya. Bibi ambil dulu kue jahenya."
Setelah itu, Bibi Marlin menghilang dari pandangan. Akh beralih menatap Rish. Dia sedang melihat-lihat kue blackforest.
"Rish, mau itu?" tanyaku sambil menghampirinya.
Rish langsung menoleh padaku. "Ah, nggak."
Aku tahu Rish bohong. Dia keliatan ngiler, tuh!
"Terus?" lanjutku bertanya.
"Ya nggak kenapa-kenapa. Cuma liat-liat aja kok!" Rish memalingkan wajah. Ternyata Bibi Marlin sudah kembali. Aku dan Rish langsung menghampirinya.
"Ini, Ru. Kue jahe spesial untuk Iru dan keluarga!" Bibi Marlin menyerahkan satu bingkisan berbungkus nuansa natal—hijau, merah, dan putih—kepadaku.
Mataku berbinar. "Terima kasih banyak, Bi!" ucapku menerima bingkisan itu. "Berapa harganya, Bi?"
"Tidak perlu membayar, Ru. Bibi berikan itu untukmu," kata Bibi Marlin, membuatku dan Rish melebarkan mata.
Kemudian Bibi Marlin menyerahkan satu bingkisan yang sama kepada Rish. "Ini untukmu juga, Rish. Terimalah."
"Ta-tapi, Bi, aku nggak—"
"Anggap saja ini kebaikan Bibi di malam natal." Bibi Marlin tersenyum hingga matanya menyipit.
"Yang benar, Bi?" Aku dan Rish menatap Bibi tak percaya.
"Tentu saja. Oh, iya, sampaikan salam Bibi pada Bunda dan Mama kalian, ya!"
Aku dan Rish mengangguk. "Baiklah, Bi! Terima kasih banyak," ucapku senang.
Rish yang di sampingku membungkukkan badannya. "Terima kasih banyak, Bibi Marlin."
E-eh?
Aku langsung ikut membungkuk. "Sekali lagi, terima kasih banyak, Bi!"
"Terima kasih kembali, Anak-anak. Kalian segera kembali ke rumah, ya."
"Baik, Bi."
Aku dan Rish menegakkan badan. Kami melambai pada Bibir Marlin. "Dadah, Bi!" pamit kami sebelum meninggalkan toko kue.
Kami segera kembali ke rumah, tapi begitu aku sampai di depan rumah, Mama memberitakan kabar buruk yang membuatku tidak ingin mempercayainya.
"Ru ....Ayah dan Kak Thomas, mengalami kecelakaan parah dalam perjalanan menuju kemari."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro