Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Daydreaming

Hei. Aku ingin bertanya sesuatu kepadamu.

Pernahkah kau merasa menciptakan duniamu sendiri? Dunia yang selalu terbayang-bayang dalam pikiranmu. Dunia yang terasa sangat nyata. Namun, hanyalah sebuah khayalan belaka.

Aku pernah--lebih tepatnya sering. Aku punya sebuah candu. Candu pada dunia yang kuciptakan. Atas dasar pelampiasan dan kesepian.

Dunia itu, jauh lebih luas dari pada yang ada pada novel. Namun sekali lagi, duniaku adalah sebuah khalayan dari hasil imajinasiku.

Imaji itu, entah kenapa, bisa membuat suatu dunia yang luas. Semua yang ada di dalamnya, terasa sangat nyata.

Terutama ... dia.

Sekelebat bayangan seorang pemuda muncul di hadapanku. Pemuda yang sangat kukenal.

"Kau sedang memikirkanku, hm?" Pemuda itu bertanya, dengan senyum menggodanya. Maniknya menatapku dalam.

Aku memutar bola mataku malas. "Ge'er."

Dia terkekeh. "Maaf, maaf. Lagipula, kau ini kenapa sih? Melamun saja. Nanti kesambet lho."

Mendengar ucapannya, sontak aku menendang kakinya keras.
Ia meringis kesakitan sembari memegangi kakinya.

Dasar ... dia ini pura-pura tidak tahu atau pura-pura bodoh sih?

"Tega sekali kau menendang kakiku," rengeknya seperti anak kecil.

Aku berdecak. "Masih mending dari pada kubanting."

Ia mengerucutkan bibirnya. Benar-benar seperti anak kecil yang sedang mengambek saja.

"Kalau begitu akan kubalas banting," sahutnya.

"Eh, dari pada main banting-bantingan, bukankah lebih baik adu kekuatan saja?" usulku. "Hei, Ry, kau mau 'kan?"

Mendengarnya, Ryan--pemuda di hadapanku--langsung berbinar semangat.

"Ayo!" seru Ryan, mengepalkan tangan kanannya ke atas.

Aku juga mengangguk dengan semangat. Bangkit berdiri, aku merentangkan kedua tanganku.

Angin di sekitarku berkumpul, membentuk sebuah pusara. Mengacungkan tangan kananku ke depan, aku mengarahkan pusara itu ke arah Ryan.

Namun, aku tahu. Ryan bisa menangkisnya dengan cepat dan memelesat ke tempatku berada dengan tombak petir di tangan kirinya.

Masih seperti posisi tadi, aku membuat perisai angin. Bunyi 'wush~' seketika terdengar ketika kekuatan kami saling beradu.

Dalam diam, aku menyeringai kecil. Begitu pun Ryan. Sudah lama aku tidak bertanding dengannya seperti ini. Rasanya sungguh menyenangkan.

Tak sampai di situ, dia menyerang lagi dan lagi. Perisaiku tak dapat menahannya lebih lama.

"Mau sampai kapan kau bertahan, huh?" tanya Ryan dengan wajah menantangnya.

"Sampai sekarang!" balasku cepat.

Aku mengubah perisai angin itu menjadi beberapa jarum angin yang diluncurkan ke Ryan. Pemuda itu menghindar dengan lincah. Walaupun beberapa bagian tubuhnya tergores karena terkena sedikit jarum anginku yang akan meledak jika mengenai target.

Baru saja dia ingin membalas seranganku dengan aliran listrik yang sangat besar, aku mengangkat tangan kananku.

"Sudah cukup," kataku dan menarik kembali jarum-jarum anginku.

Ryan membuka mulut, ingin membalas perkataanku. Namun, sebuah suara membuat semuanya buyar.

"Rana! Jangan melamun terus! Kayak nggak ada kerjaan aja selain melamun!"

Suara ibuku.

Aku berdecak kesal. Aku bukan melamun tahu. Tapi berkhayal! Berimajinasi!

Mataku beralih menatap Ryan. Ia malah tertawa terpingkal-pingkal.

"Sudahlah. Sebaiknya kau kembali ke duniamu saja. Ingat kataku, bagiku kau adalah esper."

Aku mengangguk. Lalu, ia menghilang begitu saja, sama seperti saat ia datang.

Hh ... esper ya?

Ya, memang benar. Di duniaku, dunia yang kuciptakan, aku adalah esper. Ryan pun juga sama.

Katakanlah aku gila, karena menganggap Ryan dan teman-teman serta duniaku nyata. Karena yang sebenarnya, itu hanyalah hasil imajinasiku saja.

☆☆☆

Hmmz. Saya gabut.

Oke, sekian.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro