Cogan
"Demi kerang ajaib! Lihat! Ada cogan, Ra!" jeritku pada Ara saat melihat seorang cogan (cowok ganteng) lewat di depan kami.
Ara ikut ber-fangirling ria. "Iya, Sha! Kok bisa ya ada cogan di rumah sakit jiwa ini?"
"Demi kerang ajaib! Aku juga tidak tahu, Ra!" ucapku, "tapi, dia ganteng banget, kan? Kayak penyanyi siapa tuh namanya? Shaun Mendes?"
Ara melotot kesal dan menjitak kepalaku. "Shawn Mendes, Sha! Kamu yang bener dong kalau nyebut idol kesukaanku," celetuk Ara, cemberut.
"Demi kerang ajaib! Maaf, deh, maaf." Aku mengelus-elus kepalaku yang sakit habis dijitak Ara. "Eh, tapi bukannya Shaun Mendes itu penyanyi Amerika, ya?" pikirku.
Ara terdiam, lalu menatapku polos. "Oh, iya ya," ucapnya yang membuatku menepuk jidat. Gini nih, kalau temenan sama orang gak waras.
Kepalaku celingak-celinguk mencari cogan yang mirip Shaun Mendes tadi. "Eh, itu cogan ke mana ya, Ra? Kok udah ngilang aja?" tanyaku bingung. Ara menggeleng tak tahu. Dengan persetujuan Ara, kami pun pergi mencari cogan itu. Tapi, cogan itu tak kunjung ketemu juga. Argh ... kok mencari cogan saja lebih susah daripada mencari kerang ajaib, sih?
"Itu orang ke mana, sih? Kok dari tadi gak ketemu-ketemu, ya?" tanya Ara. "Padahal, kan, jarang-jarang ada cogan di rumah sakit jiwa ini. Kapan lagi cuci mata ye, kan? Eh, tapi orangnya malah ngilang!"
Aku mengangguk menyetujui. "Nyari cogan kok lebih susah daripada nyari kerang ajaib, sih?" gerutuku.
"Udahlah, Sha. Kita nyerah aja. Aku udah capek keliling rumah sakit ini. Daripada nyariin cogan yang gak jelas asal-usulnya, mending ngehalu sama idol kesayangan Incess Ara, Shawn Mendes," kata Ara. "Sebentar lagi Suster Ana pasti mencariku. Aku cabut duluan, ya!" pamitnya.
Aku mengibas-ibaskan tangan dengan gerakan mengusir. "Yaudah, sana pergi. Kalau nanti aku ketemu cogannya, jangan iri dan ngambek loh, ya," balasku cuek. "Lagian kerang ajaib lebih ganteng daripada si Shaun Mendes-mu itu."
Perempatan siku-siku muncul di kepala Ara. "Cih, kalau sudah ketemu jangan lupa bilang aku. Enak aja menikmati cogan sendiri. Aku juga mau cuci mata-nya tahu!" sahut Ara kesal. "Dan yang benar itu Shawn Mendes bukan Shaun Mendes apalagi Shaun the Sheep! Udahlah, aku mau ngehalu dulu sama ayang beb Shawn Mendes!" Setelah mengatakan itu, Ara cabut.
Aku berteriak, "Demi kerang ajaib! Kurangi halumu itu, Ra! Lagi pula, Shaun Mendes itu penyanyi bukan idol Korea!" Dan tentu saja, teriakanku itu tidak dibalas oleh Ara.
Tak memedulikannya, aku pergi ke ruangan Dokter Ron berada. Beliau adalah dokter yang mengurusku sejak pertama kali aku masuk rumah sakit jiwa ini hingga sekarang.
Aku mengetuk pintu ruangan. "Dokter, ini aku, Rasha," kataku kemudian langsung nyelonong masuk ke ruangan. Namun, belum sampai aku masuk ke dalam ruangan, mataku terbeliak kaget.
Demi kerang ajaib! Kenapa bisa cogan yang tadi kulihat ada di sini?
Di dalam ruangan, tampak Dokter Ron bersama seorang pemuda dengan paras rupawan yang tampaknya seumuran denganku. Oh, oh, apa-apaan ini? Aku memegang dadaku. Jantungku berdegup tak beraturan dan wajahku terasa panas.
Dokter Ron dan pemuda itu sontak menoleh ke arahku. "Rasha?" panggil Dokter Ron. Aku hanya diam dan berdiri mematung di depan pintu ruangan. Pemuda itu terus menatapku.
"E-eh, Do-dokter," balasku terbata-bata. "I-itu yang di sebelah Dokter si-siapa?" tanyaku malu-malu. Demi kerang ajaib! Ingin sekali rasanya aku menutup wajahku saking malunya.
"Oh, dia pasien-tidak, tapi teman baru kita. Namanya Shaun. Dia juga keponakannya Anna Sura, teman Dokter yang sering ke sini itu, loh," kata Dokter Ron.
Demi kerang ajaib! Wajahnya memang mirip Shaun Mendes si penyanyi kesukaan Ara, tapi kenapa namanya juga sama?
Shaun mendekatiku lalu menyodorkan tangan kanannya. "Perkenalkan, namaku Shaun. Baru tujuh belas tahun. Namamu siapa, Cantik?" kata Shaun seraya tersenyum manis yang membuat kadar kegantengannya bertambah. Aku makin kesemsem. Maklum, jarang liat cogan. Udah gitu, cogannya sekarang lagi senyum dan bilang aku cantik lagi!
"Namaku Rasha. Salam kenal," jawabku memperkenalkan diri. "Demi kerang ajaib! Kok kamu bisa ganteng banget, sih?"
Shaun mengernyit dan menaikkan satu alisnya. "Kerang ajaib?" gumam Shaun yang tampak bingung dengan kebiasaanku yang selalu menyebut 'kerang ajaib'.
Aku mengangguk. "Iya, kerang ajaib. Kenapa?" tanyaku yang dibalas gelengan kepala Shaun.
"Nah, Rasha. Coba kamu ajak Shaun keliling rumah sakit," kata Dokter Ron. Aku mengangguk semangat.
"Siap, Dokter!" balasku semangat 45. "Sini, Ganteng. Aku anterin," ajakku pada Shaun kemudian menarik tangannya dan mengajaknya keluar ruangan.
"Apa gapapa, nih? Nanti kalau Tante Sura nyariin gimana?" tanya Shaun.
"Demi kerang ajaib! Tante Sura nggak akan nyariin kita kok. Kan Dokter Ron sendiri yang menyuruhku mengajakmu. Beliau pasti akan bilang ke Tante Sura," jawabku agak jengkel.
Aku lalu mengajak Shaun ke suatu tempat di rumah sakit jiwa ini. Tempat bermainku dan Ara di kala kami bosan dan ingin mencuci mata. Tempat yang tidak seorang pun tahu, kecuali aku, Ara, cogan yang mengunjungi maupun pasien rumah sakit ini, dan tentu saja Tuhan.
"Sha, kita mau ke mana?" tanya Shaun dengan raut yang agak ketakutan. "Jangan jauh-jauh."
Aku berdecak. "Demi kerang ajaib! Kamu cogan, tapi kok cerewet banget, sih? Bahkan kerang ajaib saja jauh lebih nurut daripada kamu!" geramku.
Shaun menghentikan langkahnya. Namun aku menyeret tubuhnya paksa hingga ke tempat itu. Sesampainya di sana, Ara tampak menungguku.
"Kamu lama banget, sih, Sha!" oceh Ara. Namun begitu ia melihat Shaun, wajahnya langsung berseri-seri. Lihat cogan aja, langsung mingkem.
"Lho, ini, kan, cogan yang tadi, Sha?" ucap Ara jejeritan senang. "Hai, Ganteng. Nama kamu siapa?"
Shaun tampak cengo. Demi kerang ajaib! Ini cogan selain cerewet, ternyata lola (loading lama) amat, sih! "Shaun, Ra." Akhirnya aku yang menjawab pertanyaan Ara.
Ara berdecak. "Udah kubilang berkali-kali, Sha. Yang bener itu Shawn bukan Shaun!"
"Namanya itu memang Shaun, Ra! Bukan Shaun Mendes penyanyi kesayanganmu itu!" kataku lalu menghela napas. "Shaun, ini temanku. Namanya Ara. Yang sabar aja kalau sama dia. Soalnya dia gak waras."
"Eh, enak aja! Justru kamu tuh yang paling gak waras di sini!" sahut Ara tampak terima.
"Kalian berdua pasien di rumah sakit jiwa ini, kan?" celetuk Shaun tiba-tiba yang membuatku dan Ara sontak menoleh ke arahnya. "Berarti kalian berdua sama-sama gak waras!" lanjutnya lalu cengar-cengir.
Aku dan Ara saling bertatapan. Seringaian kecil tercetak di wajah kami berdua. "Bukankah dia target yang bagus untuk cuci mata, Ra?" tanyaku pada Ara.
Ara mengangguk semangat. "Apalagi dia mirip penyanyi kesayangan Incess Ara! Aduh, tambah suka deh!"
Sementara kami senang, Shaun tampak curiga. "Apa maksud kalian, Ladies?" tanya Shaun. Kakinya mundur selangkah pelan-pelan. Tak membiarkannya, aku segera menerjang Shaun dan mengunci kedua tangannya. Posisi kami berdua saat adalah Shaun yang tiduran di bawahku dan aku merangkak di atas tubuhnya. Shaun terkesiap dan menatapku kaget.
"Kamu pikir aku tidak tahu kalau kamu mau kabur?" kataku dengan nada dingin. Seringaianku kian melebar. Aku menoleh ke Ara. "Ara, enaknya congkel matanya pakai apa, ya?"
"Pake--"
"Oh! Ternyata aku masih menyimpan pisau lipat kesayanganku di kantong!" selaku kala mendapati sebuah pisau lipat saat merogoh-rogoh kantong celanaku.
Ara tampak kesal, tapi tak kuhiraukan. Pupil mata Shaun membulat sempurna saat melihat tangan kananku yang menggenggam pisau lipat. Demi kerang ajaib! Kenapa matanya sungguh indah saat terbelalak begini?
"Ma-mau apa kamu?!" jerit Shaun.
Aku menempelkan jari telunjukku di depan bibirnya. "Ssst, jangan berisik. Cukup nikmati saja permainan dari kami ya, Ganteng. Dan jangan memberontak, oke? Bahkan kerang ajaib saja jauh lebih menurut daripada kamu," kataku, mendesis.
Aku lalu mulai mencongkel mata Shaun dimulai dari mata kanan. Suara pekikan dan jeritan Shaun yang melengking menjadi musik pengiring permainan ini.
Kini, tanganku masing-masing menggenggam dua buah bola mata berlendir utuh yang masih segar. Rongga mata Shaun sudah bolong. Aku tersenyum puas atas hasil kerja--ah, tidak, tapi maha karyaku yang indah. Bola mata ini jauh lebih indah daripada kerang ajaib.
"Wah, hebat! Padahal sudah lama kamu tidak mencongkel bola mata, tapi kok bisa tetap bagus, sih?" Ara bertepuk tangan.
Aku kemudian menyerahkan kedua bola mata ini kepada Ara. "Sudah lama kamu tidak mencuci bola mata cogan setelah dua bulan lamanya, kan?" tawarku. Ara menerimanya dengan senang hati. "Demi kerang ajaib--eh, maksudnya selamat ulang tahun sahabatku, Ara! Ini hadiah spesial dariku karena bola mata ini mirip dengan penyanyi kesayanganmu, kan?"
Ara langsung memelukku. "Yeay! Terima kasih Rasha! Akhirnya koleksi bola mata cowok gantengku bertambah lagi!" serunya girang. "Aku akan mencuci bola mata ini sampai bersih! Pakai detergen dan pewangi apa ya yang bagus?" Ara terus mengoceh sambil mencuci bola mata Shaun di keran yang tak jauh dari tempatku berada.
Aku beralih menatap wajah indah Shaun yang sudah tidak memiliki bola mata lagi. Setelah mencongkel bola matanya, bagaimana kalau kumulai dari jari dan kuku-kukunya? Ah~ Pasti akan sangat menyenangkan.
Demi kerang ajaib! Kalian tidak usah bersimpati padanya. Inilah yang akan terjadi jika ada cowok ganteng yang masuk ke rumah sakit kami.
END
Maap, gaje.
Jadi, udah tau kan kenapa Rasha dan Ara jadi pasien RSJ?
Dah, itu aja. Sekian.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro