Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 4 : Sandal

Seperti sholat pada biasanya, para jamaah harus meletakkan alas kakinya di depan masjid dan wajib ditata rapi kalau tidak mau Xiao marah besar.

Tentu, aturan itu ditaati beberapa orang disana. Kecuali sosok pembuat onar seperti Kaeya dan Venti, yang asal melepas sandal mereka.

Dimana pada akhirnya mereka berhasil terpukul oleh sandal terompah yang dilempar oleh Xiao dari kejauhan.

Lanjut ke sholat tarawih, semua jamaah bershaf lurus dan rapi.
Apalagi kalau bukan kerja keras Xiao yang harus merapikan shaf sholat mereka.

Setelah sholat tarawih, barulah tiap orang melaksanakan kegiatan mereka masing-masing.
Dan disinilah suatu momen terjadi, dimana suatu benda sering menghilang atau tertukar kala itu.

Sandal

Hal ini benar-benar terjadi pada sosok Bennett.
Dimana dia selalu menggunakan sandal berwarna merah setiap pergi ke masjid.

"Lho?"

Lensa matanya memeriksa sekitar.
Mencari-cari dimana dua pasang sandal yang selalu dipakainya.

Tak jarang dia tampak kebingungan saat mencarinya. Kemudian berakhir menghembus nafas lelahnya.

Tepat saat itu, Abah Zhongli melihat Bennett yang tampak tidak pulang dari masjid.

"Nak Bennett ada apa? Kenapa murung sekali?"

Bennett menatap ke arah Abah zhongli.

"Eh Abah. Assalamualaikum, bah. Itu..."

"Sandal Bennett tidak ada, padahal tadi Bennett taruh disini."

Abah Zhongli melihat sekitar tempat dimana jari Bennett menunjuk.
Tapi tidak ada satupun sandal disitu.

Zhongli : "Abah bantu cari ya. Kasihan Bennett kalau nyari sendiri."

Bennett : "Wah, makasih, bah!"

Zhongli : "Kayak gimana sandalnya?"

Bennett : "Pokoknya warnanya merah, bah."

Mereka berdua kemudian mencari sandal Bennett yang hilang.
Namun dimanapun mereka mencari, entah selokan, pojokan, rak sepatu atau parkiran sekalipun, sandal bennett masih juga tak ditemukan.

"Waduh, dimana ya?"

Abah Zhongli mulai kewalahan mencari sandal bennett.
Begitu juga Bennett yang mulai menyerah mencarinya.

"Lho, Abah? Lagi nyari apa?"

Xiao tiba-tiba muncul diantara mereka.

"Nak Xiao, Bennett kehilangan sandalnya. Warnanya merah, kamu lihat?"

Xiao melihat sekitar, dia tau jelas dimana letak alas kaki milik para jamaah.
Dia berjalan menuju dimana bennett menunjuk tadi.

Xiao : "Eh? Harusnya ada disini."

Bennett : "Kaaan? Aku udah nyari kemana-mana, Xiao. Tapi nggak ketemu juga."

Xiao : "Hmm, aneh."

Xiao melihat ke arah gerbang masjid.

"Apa ada yang mengambil dengan sengaja? Tidak akan kubiarkan.", ucap Xiao geram.

Dia berniat untuk mencari orang yang mengambil sandal bennett.
Tapi tangannya ditarik oleh Bennett.

Bennett : "Tidak usah, Xiao. Mungkin orang itu tidak tau kalau itu sandalku. Atau... m-mungkin saja orang itu sedang membutuhkan."

Xiao : "Tapi..."

Bennett : "Tak apa, tak apa, cuma sandal, kok! Bisa beli lagi juga."

Xiao : "Hmm, baiklah. Maaf tidak bisa membantu, Bennett."

Bennett hanya tersenyum.

"Kalau begitu aku pulang ke asrama dulu, ya! Assalamualaikum!"

Bennett melambaikan tangannya pada Xiao dan Abah Zhongli.

Zhongli : "Bennett! Kamu yakin pulang pakai kaki telanjang?"

Bennett : "Nggak apa kok, bah. Asrama deket juga."

Zhongli : "Kalau kamu kesandung batu gimana? Kakimu bisa terluka, nett."

Bennett : "Nanti aku obati di asrama."

Zhongli : "Nggak, nggak. Nanti bisa infeksi. Abah beliin sandal, ya?"

Bennett : "Lho, nggak usah, bah. Ngerepotin."

Zhongli lantas menjentikkan jarinya. Seketika seseorang yang dia maksud muncul di sebelahnya. Siapa lagi kalau bukan mas Tatang.

Tatang : "Ada yang bisa kubelikan untukmu, abah?"

Zhongli : "Tang, bisa belikan sandal untuk Bennett? Sandalnya baru saja hilang. Aku tidak tega dia pulang tanpa alas kaki."

Tatang : "Apapun untukmu, abahku tersayang."

Tatang : "Perlu berapa? sepuluh? dua ratus? sepabrik?"

Zhongli menatap ke arah Bennett. Seperti bertanya berapa banyak sandal yang dia butuhkan.

Bennett : "Satu aja, mas."

Tatang : "Ohoho, permintaan segera dilaksanakan."

Mas tatang mengeluarkan dompet tebalnya, kemudian berlari ke arah toko dekat masjid untuk membeli sandal. Lalu kembali lagi ke masjid.

Tatang : "Silahkan sandalnya, Bennett."

Bennett : "Makasih banyak ya, mas. Makasih juga, abah."

Zhongli : "Hati-hati jalannya ya, nett."

Bennett : "Siap, bah! Assalamualaikum."

Zhongli : "Waalaikumsalam."

Bennett pun kembali ke asramanya dengan riang sambil mengenakan sandalnya yang baru.

Mungkin Bennett berpikir ini adalah akhir dari ketidakberuntungannya.
Tapi tidak, hal itu terus berlanjut sampai berhari-hari kedepannya.

Sandal Bennett kembali menghilang.
Xiao sebagai saksi berkata bahwa sandal Bennett sering menghilang karena diambil kucing ataupun digunakan anak-anak kecil untuk main lempar sandal.

Bennett hanya tersenyum tiap mendengarnya, dia selalu berkata tidak apa-apa dan pergi tanpa alas kaki menuju asrama.
Dia sudah sungkan menerima bantuan terus dari Zhongli.
Dia juga mengabaikan rasa sakit kakinya saat menginjak jalan yang kasar.

"Mungkin ini ujian dari Allah untukku." Ucapnya sambil menahan perih di kakinya yang lecet akibat gesekan jalan yang kasar.

"Pasti, maksudnya baik. Aku percaya." Airmatanya mulai berlinang, dia tak kuasa melihat betapa malang dirinya yang selalu ditimpa ketidakberuntungan.
Suatu alasan kenapa Bennett memilih menjadi seorang santri.

Dulu, Bennett selalu di bully di sekolahnya karena ketidakberuntungannya.
Dia juga dijauhi dan diejek anak-anak seangkatan karena itu.

Merasa frustasi, Bennett meminta kepada ayah dan ibunya untuk pindah sekolah.
Dan pada akhirnya, dia memutuskan untuk menjadi seorang santri di kampung teyvat.

Kembali ke saat ini, Xiao menatap Bennett yang selalu ditimpa kemalangan.
Dia berpikir keras bagaimana caranya agar Bennett tidak kehilangan sandalnya lagi.

Setelah beberapa saat berpikir, sebuah ide brilian muncul di kepala Xiao.

===============

Keesokan harinya, Bennett datang ke masjid teyvat tanpa menggunakan alas kaki.
Tentu kakinya sudah dibalut berbagai handsaplast karena luka lecetnya.

Walau begitu dia tetap dengan senang hati datang ke masjid untuk melaksanakan kewajiban seorang muslimin–sholat berjamaah.

Bahkan saking senangnya, setiap imam menyelesaikan pembacaan al-fatihah. Suara Bennett lah yang selalu paling kencang membaca "AAAAMIIINNN!!".
Membuat Dainsleif menatapnya tajam, yang tentunya sholat milik Dainsleif menjadi tidak khusyuk.

Sesaat setelah melaksanakan sholat tarawih berjamaah dan berdzikir. Dia berjalan menuju depan masjid, dimana sandal-sandal milik semua jamaah tertata rapi.

Tepat saat dia akan menghiraukan tempat sandal, lensanya menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya.
Sebuah sandal berwarna merah dengan namanya yang terukir jelas diatas sandal itu.

"I-ini?"

Bennett mengambil sandal yang bertuliskan namanya.

"Untukmu."

Suara seseorang muncul dibelakangnya.

"Xiao?!"

Xiao berdiri dibelakang Bennett.

"Jangan sampai hilang lagi.", ucapnya.

Mata Bennett berlinang airmata melihat sandal pemberian Xiao.
Dia berdiri dari tempatnya, kemudia memeluk Xiao erat.

"Terimakasih, Xiao!!"

Xiao mengusap punggung Bennett, berusaha meredakan Bennett yang menangis haru.
Senyum tipis tanpa sadar muncul di wajah Xiao. Dia senang bisa memberi sesuatu pada seseorang, apalagi pemberiannya bisa membantu orang itu.

"Hiks... Aku akan menyimpannya baik-baik. Dan pasti tidak akan hilang!", Bennett begitu senang menerima sandalnya.

"Baguslah kalau kau senang. Aku juga ikut senang.", jawab Xiao.

"Kalau begitu, aku kembali ke asrama dulu ya, Xiao! Assalamualaikum!", Bennett melambaikan tangannya pada Xiao, kemudian berlari dengan riang gembira menuju asramanya.

Setelah berpisah dengan Bennett, membalas lambaian tangan anak itu.
Xiao berjalan menuju tempat wudhu pria.
Dadanya tiba-tiba terasa berat, dia mulai terbatuk-batuk karena itu.

Tepat saat matanya terbuka, tangannya sudah berwarna merah karena sebuah cairan yang keluar dari mulutnya.
Tak lama, dia terjatuh dan tak sadarkan diri.

=================
To be continued
.
.
.
.
.
.
.
.
Watduu, Xiao kenapa nih? Σ(O_O;)
Apa sesuatu bakal terjadi sama Xiao?

Selanjutnya, Rahasia Xiao!
Cuma Xiao sama Zhongli saja yang tau rahasia itu, lho~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro