Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 9 ⭒࿈⭒ Waktu Berdua



Tok tok tok

Suara ketukan pintu, membuat Fitri yang tengah berada di dapur rumahnya jadi terlonjak kaget. Gadis itupun buru-buru beranjak ke pintu utama dan membukanya.

"Lama banget bukainnya."

Fitri menyambut kedatangan Fian dengan senyum bahagianya. Ia segera mengamit lengan sang suami dan menyeretnya ke dalam. Dalam hati Fian jadi bertanya-tanya, apa gerangan yang membuat istrinya jadi tampak bahagia seperti saat ini. Ia juga baru menyadari kalau suasana rumah begitu sepi sekarang.

"Ke mana semua orang?"

Fitri mengambil alih tas kerja Fian dan membawanya ke dalam kamar. "Lagi ke rumah Nenek Buyut. Beliau sakit katanya, dan kita disuruh jagain rumah."

Fian menganggukkan kepalanya mengerti. Pria itu buru-buru melepaskan pakaian atasnya dan melemparkannya ke dalam keranjang. Lalu mengambil handuk yang tersampir di atas lemari dan segera melesat ke kamar mandi. Meninggalkan Fitri yang menatap punggung kokoh suaminya dengan kedua pipi yang sudah memerah.

Plak

"Astaga! Mikir apa sih, aku?!"

Sepertinya ia harus membersihkan otaknya sebelum mulai berpikir aneh-aneh lagi. Bukan karena apa, tapi Fian itu memang benar-benar menggoda dari segi manapun.

"Sayang! Tolong siapin baju ganti buatku, dong!"

Seruan berat Aldiano Lutfiansyah yang berasal dari kamar mandi itu semakin membuat pikiran Fitriana Ayodya berkeliaran ke mana-mana. Dengan wajah yang semakin memerah, buru-buru Fitri membuka lemari pakaian dan menyiapkan baju ganti untuk Fian. Meletakkannya di atas ranjang dan bergegas kembali ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Mengingat Fian yang baru pulang bekerja, pasti suaminya itu sudah sangat lapar sekarang.

Sementara itu di kamar mandi, Fian tengah mematut dirinya di depan cermin. Dipandanginya pantulan dirinya di dalam sana. Rahang yang tegas, alis tebal, dan bibir penuh. Jangan lupakan hidungnya yang mancung. Begitu tampan makhluk ciptaan Tuhan yang berada di sana. Seringai kecil terbit di bibir laki-laki yang masih saja mengagumi tampilan dirinya di depan cermin.

"Ternyata aku ganteng juga," gumam Fian dengan percaya dirinya. Kekehan kecil terdengar kemudian. Laki-laki yang masih mengenakan celana bahannya itu mulai mengambil gayung dan membasahi tubuh beserta celananya dengan air. Begitu seterusnya hingga lima kali guyuran.

Otaknya kembali teringat kejadian di pabrik tadi. Saat dirinya tidak sengaja melihat atasannya marah-marah dengan seseorang di telepon untuk yang kesekian kalinya di hari itu. Fian tidak sengaja mendengarnya, soal uang penjualan kalau tidak salah. Entahlah, ia pun juga tidak terlalu mengerti dengan maksud perkataan bosnya.

Namun entah kenapa ...

Itu terus mengganggu pikirannya akhir-akhir ini.

"Hm, apakah aku harus menyelidikinya?"

Fian termangu dengan netra yang kembali menatap pantulan dirinya dalam cermin. Pikirannya sangat berkecamuk saat ini. Seperti ada yang tidak beres dengan bosnya, tapi ia juga tidak tahu itu apa. Ia penasaran, ia juga curiga, tapi ia tidak ingin ikut campur. Takut kalau kecurigaannya juga salah. Yang ada malah jadi suudzon nantinya.

"Mas! Jangan lama-lama di kamar mandi!"

Pekikan istri manisnya membuat Fian kian tersadar dari lamunan. Seulas senyum kembali terbit di bibir laki-laki itu. Dengan secepat kilat, Fian buru-buru menyelesaikan ritual mandinya sebelum sang istri kembali menegurnya.

⭒࿈⭒

"Nasi sudah, lauk sudah, sayur juga sudah." Fitri menatap satu per satu hidangan makanan di depannya. Keningnya mengerut dalam kala merasa ada yang kurang dalam hidangannya. "Apalagi yang kurang, ya?" gumamnya.

"Kamu belum bikin sambal."

Fitri terkesiap. Buru-buru ia menoleh dan mendapati sang suami sudah berdiri di belakangnya dengan kondisi badan yang sudah segar dan rambut setengah basah.

"Ah, iya! Sambalnya belum!"

Aldiano Lutfiansyah hanya menggelengkan kepalanya kala melihat sang istri kembali berlari kecil ke dapur. Suara ulekan yang terdengar beberapa detik setelahnya membuat Fian mengulas senyum singkat.

Entah kenapa Fitri selalu terlihat menggemaskan di matanya. Tidak pernah ia merasakan cinta yang sedemikian dalamnya pada seseorang hingga ia begitu menginginkannya seperti sekarang. Hanya Fitriana Ayodya seorang yang bisa membuatnya sampai seperti ini.

Dihampirinya sang istri di dapur, dipeluknya pula pinggang kecil yang spontan terperanjat itu dengan gemas. Pekikan kecil dari istri manisnya itu semakin membuatnya gemas bukan main. Dikecupnya pipi berlesung yang mulai menunjukkan ronanya itu dengan cepat. Membuat sang empunya malu adalah tujuan utamanya.

"Fian! Hentikan!"

Cup

Cup cup

Bukannya berhenti, Fian malah semakin bersemangat mengecupi pipi istrinya yang masih bertahan dalam dekapannya itu. Sementara Fitri tidak bisa fokus pada ulekan sambal di depannya kalau Fian terus saja menganggunya dengan kecup-kecupan kecil yang terus laki-laki itu berikan.

Menyebalkan memang.

Namun Fitri menyukainya. Apalagi ketika kekehan gemas keluar dari bibir Aldiano Lutfiansyah. Wajahnya yang sudah merah, kini jadi semakin memerah dibuatnya.

"Fian!"

Cup

Setelah berhasil mencuri kecupan kecil dari bibir istrinya, barulah Fian menghentikan aksinya. Laki-laki itu tak membiarkan sang istri untuk mencubit ataupun memukulnya dengan pukulan tanpa tenaga itu. Makanya ia memanfaatkan kakinya untuk berlari menghindari sang istri sekarang.

"FIAN!"

Pekikan keras dari sang istri sudah cukup untuk membuat perasaannya menjadi senang. Aldiano Lutfiansyah dengan segala sikap jahil dan romantisnya memang meresahkan bagi Fitriana Ayodya yang tidak bisa menyembunyikan perasaan senang dan malunya kini. Fian itu benar-benar bisa menjungkir-balikkan perasaan Fitri hingga sedemikian rupa.

⭒࿈⭒

"Jadi istriku yang cantik ini sedang merajuk, hm?" Seringai kecil Fian tunjukkan sebelum kembali berujar dengan jahilnya. "Apakah kau tidak akan memaafkan suamimu yang tampan ini?"

Ohh! Lihatlah pipinya yang memerah itu! Sangat menggemaskan!

Ingin sekali Fian mencubit pipi istrinya itu sekarang juga. Namun jika ia melakukannya, Fitri akan semakin merajuk nantinya. Jadi untuk mengantisipasi hal itu, Fian langsung saja memegang tangan sang istri yang memang berada di atas meja makan itu dengan erat. Mengelus punggung tangan Fitri disertai seulas senyum lembut yang terbit dari bibirnya.

"Maaf ... kau mau memaafkanku, 'kan?"

Fitri menggigit bibir bawahnya, menahan senyuman yang kapan saja bisa timbul di bibir tipisnya. Ia tidak ingin Fian melihatnya. Bisa-bisa suaminya itu jadi besar kepala karena berhasil menggodanya.

"Sayang ..."

Blush

"Apa, sih?!"

"Maafin dong."

Katakan! Bagaimana Fitri tidak frustasi jika saat ini sang suami tengah menunjukkan ekspresi cemberutnya yang bak anak kucing kehilangan induknya itu?!

"Ekhem! Begini ya, suamiku yang paling tampan dan paling keren-" Fian mengembangkan senyumnya. "-tapi juga menyebalkan," ujar Fitri yang langsung membuat senyum Fian luntur seketika. Fitri terkekeh geli sebelum melanjutkan kalimatnya. "Aku tidak merajuk, oke?"

Fian memicingkan matanya tak percaya. "Jelas-jelas kau tadi merajuk dan mendiamiku."

"Aku hanya bercanda."

Senyuman Fitri mengembang.

"Jadi ... kita impas, 'kan?"



Oke, Fitri. Kau benar-benar membuat suamimu tak berkutik saat ini. ಥ⌣ಥ

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro