Bagian 73 ⭒࿈⭒ Kejutan Untuk Fian
•
•
•
Malam ini adalah malam yang cukup spesial bagi Fian. Karena ini adalah hari ulang tahunnya dan ia menebak-nebak hadiah apa yang akan diberikan sang istri padanya. Itupun kalau Fitri ingat.
Jika tidak?
"Ah, masa sih Fitri lupa dengan hari ulang tahunku?" gumam Fian di tengah aktivitasnya menghitung jumlah kardus barang yang akan ia antarkan. Sesekali kepalanya akan menggeleng pelan kala ia lupa dengan hitungannya karena pikirannya yang terbagi kepada sang istri.
"Kalau dia istrimu, dia pasti ingat dengan hari ulang tahunmu, Yan."
Spontan Fian langsung menoleh ke sumber suara dan mendapati Bima─rekan satu divisinya─yang tengah tersenyum kecil padanya saat ini. Laki-laki itu adalah salah satu teman dekatnya di sini. Kadang mereka akan pergi mengantar barang ke daerah yang sama.
"Hah ... aku hanya takut dia lupa. Istriku itu cukup ceroboh dan pelupa orangnya," tutur Fian sembari melanjutkan kegiatan menghitung tumpukan kardus di depannya.
Bima tertawa kecil mendengar penuturan rekan kerjanya ini. "Tenanglah sedikit, Yan. Istrimu pasti ingat kok dengan hari ulang tahunmu," ujar Bima, masih dengan senyum simpul di wajahnya. Entah datang dari mana, tapi firasatnya mengatakan kalau Fian akan mendapat kejutan yang sangat besat setelah pulang dari kerja nanti.
Mau tidak mau, Fian pun jadi ikut tertawa kecil setelah mendengar penuturan Bima yang sedang menenangkannya. Sebenarnya, Fitri pun memang selalu memberikannya kejutan selama 5 tahun terakhir sejak mereka berpacaran. Namun entah kenapa, ia hanya merasa kalau tahun ini akan sedikit berbeda. Maka dari itu, ia harap-harap cemas sekarang.
"Hahaha, terima kasih sudah mencoba menenangkanku. Ayo, kita harus kembali ke pekerjaan kita." Fian mulai beranjak berdiri sembari membawa nota hasil hitungannya. Nota itu akan ia setorkan ke divisi keuangan pabrik untuk ditotal. Setelahnya, baru ia bisa mengantarkan barangnya jika semua barang sudah ditotal. Berikut dengan total harga yang menyertainya.
"Kau benar. Aku masih harus mengisi botol air minumku," tutur Bima sembari mengusap keringat di dahinya. Laki-laki yang usianya berbeda dua bulan dengan Fian itu tersenyum kecil sembari mendaratkan satu tepukan kecil pada bahu rekan kerjanya tersebut. "Semangat, dan selamat ulang tahun, bro!"
Fian tersenyum kecil dan mengacungkan jempolnya sebagai tanda terima kasih. "Thank you, Bim!"
⭒࿈⭒
Jika Fian tengah harap-harap cemas dan gundah-gulana, maka lain lagi dengan Fitri yang saat ini tengah tersenyum puas dengan hasil kerjanya. Menatap kue bolu rasa coklat dan keju yang berdiri gagah di atas meja makan dengan senyuman mengembang. Kue itu untuk suaminya yang tengah berulang tahun hari ini. Sedari tadi pagi, ia memang sengaja pura-pura tidak ingat kalau hari ini adalah hari kelahiran sang suami tercinta. Ia hanya ingin membuat kejutan untuk Fian.
"Lagipula ... aku yakin dia akan sangat senang dengan hadiahku tahun ini," gumam Fitri sembari mengelus bagian perutnya secara perlahan. Senyuman kecil tercipta di bibir wanita bernama Fitriana Ayodya itu.
Fitri memberikan penutup untuk kue yang baru saja selesai dibuatnya dan mulai membersihkan kekacauan yang ia buat. Mulai dari pecahan telur, remahan wijen, dan tepung yang berceceran di lantai. Fitri membersihkannya dengan cepat karena ada hal yang harus dilakukannya setelah ini. Ia masih harus ke Indomaret untuk membeli beberapa camilan dan minuman bersoda untuk sang suami. Sementara ia juga akan membeli susu ibu hamil untuk dirinya sendiri.
Ya, kalian benar.
Fitri tengah mengandung sekarang.
Tidak ada tanda-tanda mual atau sebagainya memang. Ia hanya merasa kalau ada yang aneh dengan perutnya. Maka dari itu ia cepat-cepat pergi ke apotek dan membeli testpack setelah pulang dari pasar tadi.
Hasilnya? Tentu saja positif!
Ia sangat tidak percaya pada awalnya. Karena bisa saja alat tes kehamilan itu salah. Maka untuk berjaga-jaga dan memastikan, ia sengaja membeli dua testpack dengan merk yang berbeda, dan hasilnya sungguh mengejutkan. Sama, dua garis biru! Itu tandanya, ia benar-benar hamil!
Sehingga ia berencana untuk memberikan kejutan perihal kehamilannya ini pada Fian nanti. Ia sungguh tidak sabar menantikan reaksi suaminya itu kala mendapat kabar membahagiakan ini darinya. Maka untuk sekarang, Fitri akan mencari dan membeli kotak kado kecil yang bisa membungkus kedua testpack itu di dalamnya sebagai hadiah untuk ulang tahun Fian.
"Sebaiknya aku bergegas sebelum tokonya tutup untuk ishoma," gumam Fitri sembari mengambil kunci rumah dan selendang kesayangannya. Selendang merah itu sudah menjadi ciri khasnya, dan ia pun sangat menyayangi selendang merah yang kini melingkar indah di lehernya. Selendang itu adalah bukti nyata kalau ia begitu menyukai dan mengidolakan Anjali Sharma yang diperankan oleh Kajol Devgan di film Kuch Kuch Hota Hai.
Usai mengunci pintu rumah, Fitri bergegas mengambil sepedanya yang terparkir di bawah pohon mangga yang berada di halaman rumahnya. Ia kan pergi ke toko pernak-pernik yang menjual kebutuhan seperti boneka, tas, kotak musik, dan barang lainnya yang memang dikhususkan untuk hadiah. Ia akan mencari kotak kecil untuk wadah testpacknya. Ah, mungkin ia juga akan birthday card untuk suaminya itu.
⭒࿈⭒
Fian yang baru saja memarkirkan sepedanya di halaman rumah, dibuat bingung ketika mendapati keadaan rumahnya yang gelap gulita. Pintu rumah juga sepertinya di kunci dari luar, entah ke mana istrinya itu pergi sekarang. Tidak biasanya Fitri pergi ke luar sore-sore begini. Karena selalunya, sang istri selalu stand by di teras rumah untuk menyambutnya ketika pulang kerja setiap harinya.
Namun, ia malah tidak mendapati hal itu hari ini. Wajar saja sebenarnya, mengingat ia yang pulang satu jam lebih awal daripada jadwalnya yang biasa. Kebetulan para karyawan di pulangkan lebih karena sang boss sedang bahagia katanya. Aneh-aneh saja memang bossnya itu. Bahkan mereka semua tadi ditraktir di kantin. Entah apa yang membuat atasannya itu sangat bahagia. Yang jelas, Fian sangat bersyukur karena bisa pulang lebih awal.
"Pergi ke mana Fitri sebenarnya?" gumam Fian bertanya-tanya. Ia tidak bisa masuk karena pintunya dikunci dari luar. Hingga beberapa menit setelahnya, barulah ia menemukan sosok sang istri dengan sepedanya dari arah Timur.
Fitri yang menyadari kehadiran sang suami di depan rumah, spontan membulatkan kedua bola matanya dengan sempurna. Bagaimana tidak?! Ia kan belum menyiapkan kejutannya dengan sempurna! Kenapa suaminya itu pulang lebih awal dari jadwal biasanya, sih?!
"Assalamua'laikum ..."
"Waa'laikumsalam. Dari mana, sayang?"
Fitri tersenyum kikuk dan mulai berjalan mendekat ke arah sang suami yang masih terduduk di teras. "Aku habis membeli beberapa keperluan, Mas. Tumben pulang lebih awal?" tanya Fitri kemudian.
"Iya, pekerjaanku selesai lebih awal." Fian tersenyum dan meraih tangan kanan Fitri untuk digenggam. "Apa yang kamu bawa itu?"
Netra Fitri langsung melirik ke arah kresek hitam di tangan kirinya. "Ohh, ini hanya bumbu tambahan untuk memasak. Maaf ya, aku belum menyelesaikan masakanku. Aku tidak tahu kalau kamu akan pulang lebih awal."
Fian terkekeh gemas dan mengecup pipi sang istri dengan cepat. "Tidak apa-apa, aku akan menunggu untuk hidangan terbaikmu." Senyuman Fian mengembang kala melihat rona merah di pipi istrinya.
"Ayo masuk!"
•
•
•
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro