Bagian 69 ⭒࿈⭒ Eh, Ada Fian!
•
•
•
Fian yang baru saja sampai di rumah dibuat heran kala melihat ada banyak sendal beraneka warna di halaman rumahnya. Fian mengdengkus, ia sudah menduganya. Pasti ada sahabat-sahabat Fitri di dalam. Siapa lagi yang akan membawa teman-temannya ke rumah kalau bukan sang istri.
Tok! Tok! Tok!
"Assalamua'laikum!"
Ya, Fian memutuskan untuk tidak langsung masuk. Melainkan mengetok pintu dan mengucapkan salam terlebih dahulu, agar siapapun yang berada di dalam mengetahui keberadaannya sekarang.
"Waa'laikumsalam!"
Senyuman tipis langsung mengembang di bibir Aldiano Lutfiansyah. Itu suara Fitri, suara istri tercintanya. Benar dugaannya, karena beberapa saat kemudian, pintu rumah terbuka dan muncul wajah cantik Fitriana Ayodya di sana. Istrinya itu tampak menunjukkan senyum yang sedikit dipaksakan padanya.
"Kenapa?"
Pertanyaan itu spontan keluar dari bibir Fian kala menangkap tingkah gelisah istrinya.
"Di dalam ada sahabat-sahabat aku. Maaf ya, tadi nggak izin sama kamu dulu kalau mau ngundang mereka. Dadakan soalnya," cicit Fitri dengan ekspresi melasnya yang justru terlihat sangat menggemaskan di mata Fian.
"Tidak apa-apa. Nanti aku akan langsung masuk dan beristirahat di kamar saja," ujar Fian mencoba menenangkan sang istri. Ia tahu, Fitri merasa tidak enak padanya sebagai kepala keluarga. Namun, ia juga tidak ingin istri cantiknya ini bersedih.
"Maaf ya, Mas." Lagi-lagi, hanya permintaan maaflah yang bisa Fitri ucapkan sekarang. Karena sejatinya ini memang salahnya yang tidak memberitahukan suaminya dulu. Ia hanya takut kalau Fian merasa terganggu dengan keberadaan para sahabatnya di rumah.
"Sstt! Tidak apa-apa, sayang." Fian meraih tangan kanan Fitri dan mengecup punggung tangan istrinya itu dengan mesra. "Tidak perlu minta maaf, okey? Kamu tidak salah."
"Ekhem!"
"Ya ampun, mataku ternodai oleh kemesraan ini!"
"Kalian berdua kalau mau mesra-mesraan jangan di depan pintu gini, dong!"
"Aaa jadi pengen nikah!"
Ya, bisa kalian tebak. Suara-suara heboh itu berasal dari kelima sahabat Fitri yang tanpa sengaja melihat kemesraan sepasang suami-istri itu di depan pintu. Awalnya mereka hanya mencoba memeriksa keadaan, mengingat Fitri yang tidak kembali-kembali setelah berpamitan hendak membukakan pintu untuk Fian. Eh ternyata, kedua pasutri itu malah bermesra-mesraan di depan pintu. Sungguh suatu kejadian yang tak terduga.
"Kalian apaan, sih?! Ganggu aja tahu, nggak?!" pekik Fitri dengan kedua pipi yang sudah merona lantaran merasa malu karena terpergok oleh kelima sahabatnya, dan parahnya lagi saat ia sedang bermesraan bersama suaminya.
"Dih! Justru kalian berdua yang bermesraan tidak tahu tempat!" pekik Qonita dengan jengkelnya. Sungguh, ingin sekali rasanya ia menenggelamkan diri kala teringat kalimat romantis yang ditujukan Fian untuk Fitri tadi. Rasanya menggelikan saja saat menyaksikan drama romansa secara langsung.
Fian mendengkus. "Bilang saja kalau kau iri," cibirnya yang membuat Qonita auto mendelik pada laki-laki itu. "Sudahlah, aku mau ke dalam. Kalian berlima jangan berisik, ya! Atau akan aku usir kalian dari sini, paham?"
Ctak!
"Aduh! Sakit sayang," ujar Fian sembari memegang dahinya yang baru saja disentil oleh Fitri. Bahkan bibir Fian sudah mencebik kesal kala Fitri sudah berkacak pinggang sekarang.
"Nggak boleh gitu sama temen aku!" tegur Fitri. Ia langsung saja mendorong punggung suaminya itu ke dalam dan menemani Fian ke kamar. "Aku akan menyiapkan makananmu, Mas. Untuk sementara, lebih baik kamu tidak keluar kamar agar tidak terjadi keributan, okey?"
Fian hanya mengangguk menurut. Toh, lebih baik ia di kamar daripada berinteraksi dengan para sahabat istrinya yang ia klaim sangat menyebalkan itu. "Semua cewek memang ribet," gumamnya.
"Hush! Kamu itu, ya!" Ingin sekali Fitri menyumpal mulut suaminya itu agar berhenti mengumpat. "Nggak boleh gitu, Mas! Mereka kan sahabat aku!" pekik Fitri tak terima.
Sementara Fian hanya mendengkus kesal karena Fitri lebih membela para sahabatnya. Ia benar-benar sangat kesal dan ingin segera tidur sekarang. "Iya-iya, lebih baik kamu kembali menemani mereka. Akan tetapi ambilkan aku makanan dulu, lapar." Di kalimat terakhir, Fian memang sengaja membuat nadanya menjadi rendah dan terdengar manja. Ia hanya ingin Fitri tahu kalau dirinya tengah merajuk sekarang.
"Ututu, baiklah bayi besarku. Tunggu sebentar, ya."
Tap, tap, tap ...
Brak!
Helaan napas terdengar dari bibir Fian setelah pintu kamarnya tertutup dan Fitri menghilang di baliknya. Laki-laki penggemar puisi dan musik klasik itu langsung melepas atasannya dan melemparnya ke ranjang baju kotor. Kemudian, mengambil handuk di dalam lemari dan memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Tubuhnya sudah sangat lengket dan itu sungguh tidak nyaman.
Usai membersihkan diri, Fian pun keluar dari kamar mandi dengan keadaan badan yang sudah segar. Netranya tak sengaja menangkap nampan berisi seporsi nasi goreng lengkap dengan sambal dan lauknya. Kemudian ada segelas es sirup di sampingnya.
Senyuman Fian mengembang seketika. Ia mengucapkan terima kasih dalam hati untuk istri tercintanya. Ia bersyukur atas pernikahannya dengan gadis itu. Walaupun di awal, untuk mendapatkan restu dari sang ibu mertua tak semudah kelihatannya.
"Aku mencintaimu, Fitri. Sangat-sangat mencintaimu."
Itu adalah ungkapan perasaannya yang sesungguhnya, bukan hanya sekadar bualan semata. Karena kehadiran Fitrilah yang membuat kehidupannya jadi lebih berwarna.
Dengan semangat, Fian melemparkan handuknya ke atas nakas dan meraih nampan tersebut. Mendudukkan dirinya di atas ranjang dan memakan nasi goreng itu setelahnya. Hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit bagi Fian untuk menghabiskan hidangan itu.
Karena setelahnya, laki-laki yang berstatus sebagai suami dari Fitriana Ayodya itu memutuskan untuk beristirahat. Menidurkan dirinya di atas ranjang satu-satunya di kamar tersebut. Tentunya setelah meletakkan bekas piring dan gelas itu di tempatnya semula. Biarlah Fitri nanti yang membersihkannya.
"Hoamm, selamat tidur dunia."
Benar, selamat tidur dunia. Itulah kalimat yang selalu Fian ucapkan sebelum tidur. Sudah menjadi rutinitas wajib bagi laki-laki itu untuk mengucapkan selamat tidur pada dunia dan semesta yang ia tempati sekarang ini. Kalimat itu hanyalah bentuk rasa syukur pada sang pencipta yang sudah memberikannya kehidupan yang layak di dunia.
Fian yang kini sudah memejamkan matanya dan mencoba untuk tidur itu menyunggingkan senyum yang tampak sangat menawan sekarang. Laki-laki bernama lengkap Aldiano Lutfiansyah itu sudah bekerja keras hari ini. Jadi ia pantas mendapatkan waktu istirahat yang mumpuni.
Sementara di luar kamar, Fitri dan kelima sahabatnya masih saja menonton film India. Akan tetapi, kali ini sudah ganti film. Kania memang membawa dua kaset film tadi. Jadilah keenamnya tetap lanjut menonton ditemani dengan camilan dan es sirup yang disediakan Fitri. Mereka hanya ingin menikmati waktu berkumpul bersama setelah hampir seminggu lebih tidak quality time sama sekali.
"Girls, aku tidak ingin hari ini cepat berlalu."
•
•
•
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro