Bagian 53 ⭒࿈⭒ Rama dan Silfya
•
•
•
Kamar bernuansa hitam putih itu tampak begitu suram sekarang. Ditambah dengan sang pemilik yang sedang marah-marah dengan lawan bicaranya di seberang telepon sana. Keningnya tampak berkerut-kerut dalam dengan rambut yang sudah acak-acakan.
"Kamu gila ya, Sil?!
"Kamu yang gila! Ngapain kirim-kirim ginian ke rumah?! Kita kan, sudah tidak ada hubungan apa-apa!"
"Apa maksudmu?! Aku belum mengiyakan permintaan putusmu! Sebuah hubungan tidak bisa diputuskan secara sepihak!"
"Terserah kamu ya, Ram. Aku sudah muak. Aku akan mengirimkan paket ini kembali kepadamu, tunggu saja."
Tut ... tut ... tut ...
"Ck, sial!"
Sambungan telepon itu dimatikan secara sepihak dari seberang sana. Rama spontan membanting HP-nya ke atas ranjang dengan kesal. Itu tadi mantan kekasihnya. Ralat, gadis itu masih jadi kekasihnya. Ia tidak akan pernah mengiyakan permintaan putusnya. Tidak, tidak akan pernah.
Kelopak mata laki-laki itu terbuka dan tertutup selama seperkian detik sebelum sang empunya bangkit menelisik. Mengamati penampilan diri di depan cermin. Mengerjap pelan dan mendengkus kemudian.
Rama segera merapikan penampilannya dengan cepat. Meraih handuk yang tergantung di belakang pintu kamar dengan cekatan. Lantas beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dinginnya air di malam itu tak membuatnya menggigil sama sekali. Justru ia masih merasakan gemuruh panas pada dadanya kala mengingat perdebatannya dengan sang kekasih via telepon tadi.
Sungguh, Rama masih sangat mencintai sang kekasih. Ia tahu kesalahannya memang sangat fatal, tapi ia sudah meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Namun kekasihnya itu sama sekali tidak mau memberikannya kesempatan. Padahal ia tahu, kalau rasa cinta dan sayang itu masih ada. Gengsi dan rasa kecewa lah yang menghalanginya.
"Apakah Silfya sudah tidak mencintaiku lagi?" gumam Rama sembari memandangi wajahnya di cermin kamar mandi dengan lekat.
Ya, dugaan kalian benar.
Silfya Ayu, cucu dari anak pertama Nek Ja adalah mantan kekasih Rama. Bisa dibilang, mereka masihlah sepasang kekasih karena Rama sama sekali tidak mengiyakan permintaan putus dari Silfy. Problem yang terjadi di antara keduanya adalah kesalahpahaman dan ketidakmampuan dari Rama untuk melupakan kekasih hatinya yang kini sudah tenang di alam sana.
Sementara Silfya ingin perasaan laki-laki itu hanya tertuju padanya seorang. Bukan pada gadis yang kini sudah tidak bernyawa. Memang, gadis yang pernah menjadi pengisi hati Rama itu sudah lama meninggal dunia. Sudah sekitar dua tahun lamanya.
Namun, bagaimana ia tidak kesal kalau Rama masih sering mengingat-ingat sosok mantan tersayangnya itu?
Jelas saja ia kesal saat ini.
Apalagi Rama selalu tampak bahagia jika menceritakan tentang gadis itu. Seolah-olah dirinya saja tidak cukup untuk membuat laki-laki itu bahagia.
Setidaknya, hal itulah yang ada di pikiran Silfya Ayu sekarang.
Gadis yang sedang membungkus kembali paket pemberian Rama itu tampak merengut dengan netra berkaca-kaca sekarang. Silfy sangat mencintai Rama. Namun rasa sakit di hatinya membuat ia jadi mengambil keputusan 'putus' secara sepihak. Ia sudah bertekad akan melupakan Rama dan memulai kehidupan tanpa pemuda yang sudah hampir setahun ini selalu bersama dan menemaninya.
Bohong kalau ia bilang tidak sakit hati. Karena faktanya, ia justru kembali menangisi laki-laki itu lagi saat ini. Sebenarnya hak Rama ingin mengingat atau melupakan almarhumah mantan kekasihnya itu.
Namun ia tidak bisa terima kalau ia harus berbagi rasa cinta Rama pada seorang gadis yang bahkan, sudah tidak ada lagi di dunia. Ia benar-benar tidak rela jika Rama masih memberikan tempat khusus bagi almarhumah mantan kekasihnya itu di sudut hatinya.
Hei! Gadis mana sih yang cintanya mau diduakan?! Nothing, girls! Sekalipun itu orang yang sudah meninggal dunia. Ia benar-benar tidak rela, dan tidak akan pernah rela.
Biarlah ia memberikan hukuman seperti ini pada laki-laki itu. Ia hanya ingin Rama sadar bahwa dia beruntung memiliki dirinya di sisi laki-laki itu selama ini. Ia ingin membuat Rama sadar kalau ia tidak bisa dibanding-bandingkan ataupun menyamai almarhum mantan kekasihnya itu.
"Aku sudah memutuskan, aku tidak akan luluh dengan semudah itu kali ini."
Seulas seringai yang terlihat miris dan keji di saat bersamaan itu tersungging di bibir Silfya Ayu sekarang. Gadis yang baru saja selesai membungkus kembali paket dari Rama tersebut sedang menguncir rambut panjangnya saat ini. Bersiap pergi ke tempat ekspedisi antar barang untuk mengirim kembali paket tersebut.
Isinya adalah sebuah album kenangan dan sebuah hoodie berwarna cream bertuliskan love you di bagian sakunya. Kemudian ada juga surat yang menyertainya. Isinya adalah permintaan maaf dan penyesalan. Sudah pasti kalau itu Rama yang menulisnya. Karena ia sangat kenal dengan tulisan Rama. Hampir satu tahun bersama dan menjalin hubungan, membuatnya jadi hafal tentang hal-hal kecil yang berhubungan dengan laki-laki itu.
"Hah ... aku bisa gila kalau terus memikirkannya."
•
•
•
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro