Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 52 ⭒࿈⭒ Rumor Buruk



"Sudah berapa kali Ibu bilang sama kamu waktu itu? Tetap saja tidak kamu dengarkan, bukan? Sekarang apa? Mau ngeluh karena masalah uang? Mikir, Fit!"

Fitri menunduk dalam-dalam sembari menahan isak tangisnya. Ya, ia tahu kalau ini semua karena kesalahannya yang terus memaksakan kehendak hari itu. Akan tetapi mau bagaimana lagi, semua sudah terlambat. Ia tidak bisa mundur lagi, ia hanya harus mencari jalan keluarnya.

Namun itulah permasalahannya, ia tidak tahu solusi seperti apa yang dibutuhkannya saat ini. Niat hati cerita ke sang ibu agar mendapatkan saran atau solusi. Eh, malah omelan bernada sinis dan sarat akan sindiran yang ia dapatkan.

"Fian dan keluarganya itu orang susah. Ijazah SD tidak akan laku jika mencari pekerjaan di zaman sekarang. Kamu tahu sendiri soal itu." Nyonya Anetta memijit batang hidungnya untuk mengurangi rasa pusing yang mendera kepalanya. "Sekarang apa? Kamu mau minta upah tambahan sama Ibu? Jualan sedang sepi akhir-akhir ini, apa yang mau Ibu kasih?"

Fitri semakin menunduk dalam. Gadis yang selalu memakai selendang merah di lehernya saat keluar rumah itu benar-benar tidak berani mendongakkan kepalanya dan menatap pada sang ibunda. Lebih baik ia diam dan mendengarkannya dulu sampai kekesalan sang ibu mereda.

Salah ia juga sebenarnya.

Ia tiba-tiba minta dinaikkan upah tanpa melihat situasi terlebih dahulu. Ia juga baru ingat kalau toko camilan sang ibu sedang sepi semenjak sang ayah dirawat di rumah sakit beberapa waktu yang lalu itu. Terlebih, ada Muntaha yang akan lulus sebentar lagi. Sudah jelas adik laki-lakinya itu akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi setelah lulus, dan itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

"Jawab, Fitri!"

Fitriana Ayodya tersentak. Kepalanya langsung ia dongakkan dan tatapan tajam sang ibunda lah yang menyambutnya. "So-soal apa, Ibu? Maaf, Fitri tidak mendengarnya tadi." Bibir merah miliknya digigit dengan pelan untuk menghilangkan perasaan gugup yang dirasakannya saat ini.

"Kamu ini benar-benar suka mempermainkan emosi orang tua, ya?" desis Nyonya Anetta yang kini sudah berkacak pinggang sembari memberikan tatapan tajamnya pada putri keduanya tersebut. "Ibu nanya, apa yang mau kamu lakukan sekarang? Ibu tidak bisa memberimu upah tambahan. Apa yang digunakan untuk uang saku kedua adikmu bila Ibu memberikannya padamu?"

Suasana di ruang tamu tersebut hening seketika. Baik Nyonya Anetta maupun Fitriana Ayodya masih bungkam. Fitri masih berpikir dan mencari jawaban yang pas untuk pertanyaan yang baru saja dilontarkan sang ibu.

"Aku tidak tahu, Ibu. Mungkin aku akan mencari pekerjaan sampingan," tutur Fitri dengan lugasnya.

Gadis itu tidak tahu bahwa jawabannya yang terdengar begitu santai tersebut malah membuat sang ibu semakin berang padanya.

"Kamu nggak usah ikut bersusah payah nyari kerja! Apa gunanya punya suami di rumah, hah?! Suruh suamimu yang cari kerja sampingan!" pekik Nyonya Anetta. Napas wanita paruh baya itu mulai memburu karena emosi.

"Tapi-"

"Nggak ada tapi-tapian, Fitri. Kali ini nurut sama Ibu. Biarkan suamimu yang bertindak selayaknya lelaki sejati. Kamu jangan langsung turun tangan, biarkan dia berusaha terlebih dahulu."

Fitri menghela napasnya, pasrah. Akan tetapi, sang ibu ada benarnya juga. Setidaknya ia harus berbicara dengan sejujurnya pada Fian agar laki-laki itu lebih cepat bertindak. Memang, ia sudah mengembalikan kepercayaan diri suaminya. Namun, ia merasa itu masih kurang.

"Ibu benar. Aku akan bicara padanya nanti," tutur Fitri dengan serius.

Seulas senyum puas langsung timbul di bibir wanita paruh baya yang merupakan Ibunda dari Fitriana Ayodya tersebut. Hanya sesaat, karena setelahnya ... Nyonya Anetta teringat dengan rumor tidak enak yang menyangkut putri keduanya itu.

"Fit, kamu sudah tahu rumor itu belum?"

Kening Fitri mengerut, ia tidak mengerti dengan maksud ibunya. "Rumor apa? Aku tidak mendengar ada rumor apapun."

"Bodoh. Ya iyalah kamu tidak mendengarnya. Orang-orang pasar tidak akan membicarakan hal itu saat ada orangnya."

Oke, Fitri semakin tidak mengerti sekarang. Rumor apa? Kenapa sang ibu tampak serius sekali menanggapi hal yang seperti ini? Apakah rumor itu ada hubungannya dengan dirinya?

Seolah bisa membaca pikiran Fitri, Nyonya Anetta langsung berujar membenarkan. "Ya, rumor ini ada hubungannya denganmu."

Deg!

Netra sehitam jelaga milik Fitriana Ayodya itu langsung membulat seketika. Ia menatap sang ibu dengan ekspresi bingung, tak percaya, dan penasaran yang terpampang jelas pada wajahnya. "Rumor apa yang berhubungan denganku?" cicitnya.

"Ada rumor yang mengatakan kalau kamu perempuan gatal karena masih mendekati laki-laki saat sudah bersuami."

"APA?! RUMOR MACAM APA ITU?!"

Fitri langsung berdiri dari duduknya dan melayangkan protesannya. Hei! Jelas saja ia tidak terima! Apa-apaan dengan rumor tak mendasar yang menjelek-jelekkannya itu?! Bisa-bisanya ada rumor tidak jelas seperti itu yang menyangkut dirinya.

"Katanya ada beberapa orang pasar yang melihatmu bercanda dengan seorang laki-laki tampan, tapi berpenampilan seperti preman. Memangnya benar? Kalau iya, berarti memang dari itulah rumor tidak jelas itu menyebar."

Perkataan sang ibu semakin membuatnya terperangah tak percaya. Itu kan saat ia ditolong oleh Rama. Lantas atas dasar apa si penyebar rumor ini bilang bahwa dia perempuan gatal yang tengah menggoda laki-laki lain saat posisinya telah bersuami?! Hanya karena ia bercanda di tengah keramaian pasar dengan laki-laki yang bukan suaminya, begitu?! Astaga! Kolot sekali pemikiran mereka!

Fitri mengusap wajahnya kasar. "Aku ingat, Ibu. Waktu itu aku sedang terlibat masalah dengan seorang bapak-bapak. Lantas ada laki-laki yang menolongku, dan kebetulan sekali itu adalah Rama. Dia adalah kakak dari salah satu pembeli di toko camilan Ibu."

"Aku sama sekali tidak ada hubungan apapun dengannya. Kami tidak lebih hanya seorang teman. Lagian, apakah bercanda dengan seorang teman itu tidak diperbolehkan? Kami juga bercanda di keramaian, bukan? Mereka semua bisa melihatnya kalau kami hanya sekadar bercanda dan saling melempar lelucon."

"Lantas, dari mana kata 'gatal' itu berasal?"

Nyonya Anetta menggeleng tak mengerti. "Ibu juga tidak tahu, Fit. Yang jelas, ada rumor tidak enak seperti itu tentangmu akhir-akhir ini." Wanita paruh baya itu menghela napasnya sejenak sebelum melanjutkan perkataannya. "Namun Ibu harap, kamu bisa menghadapi semua permasalahan kamu dengan bijak."

Tanpa diperintah pun, Fitri juga sudah mengerti akan hal itu. Ia tidak boleh sampai gegabah dan salah langkah dalam mengambil suatu keputusan atau tindakan. Karena jika ia salah langkah sedikiiiittt saja, maka akibatnya bisa saja akan sangat fatal.

"Pasti, Ibu. Aku harus pandai-pandai dan hati-hati dalam bersikap setelah ini."



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro